for better life Headline Animator

Wednesday 31 July 2013

Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, rabb semesta alam.

Shalawat dan salam terlimpah dan tercurah kepada manusia

pilihan, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga

dan para sahabatnya.

Lailatul Qadar adalah malam yang agung. Malam penuh kemuliaan.

Ibadah di dalamnya lebih baik daripada ibadah selama seribu

bulan. Siapa yang mendapatkan kemuliaannya sungguh ia manusia

beruntung dan dirahmati. Sebaliknya, siapa yang luput dari

kebaikan di dalamnya, sungguh ia termasuk manusia buntung dan

merugi.

Kemuliaan Lailatul Qadar yang penuh keberkahan dapat dilihat

dari pilihan Allah terhadapnya untuk menurunkan kitab

terbaik-Nya dan syariat agama-Nya yang paling mulia. Allah

Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam

kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam

kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.Pada malam itu turun

malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya

untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan

sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadar: 1-5)

Sesungguhnya Lailatul Qadar tidak seperti malam-malam

selainnya. Pahala amal shalih di dalamnya sangat besar. Maka

siapa yang diharamkan mendapatkan pahalanya, sungguh  ia tidak

mendapatkan kebaikan malam itu. Oleh karenanya, sudah

sewajarnya seorang muslim menghidupkan malam tersebut dengan

bersungguh-sungguh melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah

secara maksimal. Dan menghidupkannya harus didasarkan kepada

iman dan berharap pahala kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Disebutkan dalam hadits shahih:

"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan

imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala),

diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan

Muslim)

Dalam redaksi lain,

"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di Lailatul Qadar

imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala),

diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan

Muslim)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan tentang

waktu turunnya Lailatul Qadar tersebut. Beliau bersabda,

"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari

Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)

Lalu beliau menjelaskan lebih rinci lagi tentang waktunya dalam

sabdanya,

"Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari

terakhir dari Ramadhan." (HR. Al-Bukhari)

Yaitu malam-malam ganjil dari bulan Ramadhan secara hakiki.

Yakni malam 21, 23, 25, 27, dan 29. Lalu sebagian ulama

merajihkan (menguatkan), Lailatul Qadar berpiindah-pindah dari

dari satu malam ke malam ganjil lainnya pada setiap tahunnya.

Lailatul Qadar tidak melulu pada satu malam tertentu pada

setiap tahunnya.

Imam al-Nawawi rahimahullah berkata: "Ini adalah yang zahir dan

terpilih karena bertentangan di antara hadits-hadits shahih

dalam masalah itu. tidak ada jalan untuk menjama'

(mengompromikan) di antara dalil-dalil tersebut kecuali dengan

intiqal (berpindah-pindah)-nya."

Syaikh Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqih Sunnah memberikan

catatan terhadap pendapat-pendapat tentang Lailatul Qadar di

atas, "Yang jelas, menurutku, Lailatul Qadar terdapat pada

malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir dan

berpindah-pindah di malam-malam tersebut. Ia tidak khusus hanya

pada malam ke 27 saja. Adapun yang disebutkan oleh Ubay,

Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27, ini terjadi dalam suatu

tahun dan bukan berarti terjadi pada semua tahun. Buktinya,

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mendapatinya pada

malam ke 21, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Sa'id

Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam

berkhutbah kepada mereka seraya mengatakan:

"Sungguh aku telah diperlihatkan Lailatul Qadar, kemudian

terlupakan olehku. Oleh sebab itu, carilah Lailatul Qadar pada

sepuluh hari terakhir pada setiap malam ganjilnya. Pada saat

itu aku merasa bersujud di air dan lumpur."

Abu Sa'id berkata: "Hujan turun pada malam ke 21, hingga air

mengalir menerpa tempat shalat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi

Wasallam. Seusai shalat aku melihat wajah beliau basah terkena

lumpur. (HR. Al- Bukhari dan Muslim)

Demikian kumpulan hadits yang menyinggung tentang masalah

Lailatul Qadar. Wallahu A'lam." (Selesai ulasan dari Shahih

Fiqih Sunnah: III/202-203)

Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Ithaf al-Kiram

(Ta'liq atas Bulughul Maram) hal 197, mengatakan, "Pendapat

yang paling rajih dan paling kuat dalilnya adalah ia berada

pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir. Ia bisa

berpindah-pindah, terkadang di malam ke 21, terkadang pada

malam ke 23, terkadang pada malam ke 25, terkadang pada malam

ke 27, dan terkadang pada malam ke 29. Adapun penetapan

terhadap beberapa malam secara pasti, sebagaimana yang terdapat

dalam hadits ini (hadits Mu'awiyah bin Abi Sufyan), ia di malam

ke 27, dan sebagaimana dalam beberapa hadits lain, ia berada di

malam 21 dan 23, maka itu pada tahun tertentu, tidak pada

setiap tahun. Tetapi perkiraan orang yang meyakininya itu

berlaku selamanya, maka itu pendapat mereka sesuai dengan

perkiraan mereka. Dan terjadi perbedaan pendapat yang banyak

dalam penetapannya."

Tanda-tanda Lailatul Qadar

Disebutkan juga oleh Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah bahwa

Lailatul Qadar memiliki beberapa tanda-tanda yang mengiringinya

dan tanda-tanda yang datang kemudian.

Tanda-tanda yang megiringi Lailatul Qadar:

    Kuatnya cahaya dan sinar pada malam itu, tanda ini ketika

hadir tidak dirasakan kecuali oleh orang yang berada di daratan

dan jauh dari cahaya.
    Thama'ninah (tenang), maksudnya ketenangan hati dan

lapangnya dada seorang mukmin. Dia mendapatkan ketenanangan dan

ketentraman serta lega dada pada malam itu lebih banyak dari

yang didapatkannya pada malam-malam selainnya.
    Angin bertiup tenang, maksudnya tidak bertiup kencang dan

gemuruh, bahkan udara pada malam itu terasa sejuk.
    Terkadang manusia bisa bermimpi melihat Allah pada malam

itu sebagaimana yang dialami sebagian sahabat radliyallah

'anhum.
    Orang yang shalat mendapatkan kenikmatan yang lebih dalam

shalatnya dibandingkan malam-malam selainnya.

Tanda-tanda yang mengikutinya:

Matahari akan terbit pada pagi harinya tidak membuat silau,

sinarnya bersih tidak seperti hari-hari biasa. Hal itu

ditunjukkan oleh hadits Ubai bin Ka'b radliyallah 'anhu dia

berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan

kepada kami: "Matahari terbit pada hari itu tidak membuat

silau." (HR. Muslim)         

Penutup

Siapa yang merindukan Lailatul Qadar hendaknya ia

bersungguh-sungguh dalam sisa hari Ramadhan ini, khususnya di

sepuluh hari terakhirnya. Semoga satu dari sepuluh malam

terakhir yang kita hidupkan tersebut adalah Lailatul Qadar.

Sehingga kita mendapatkan pahala dan ganjaran yang besar.

Selain itu, esungguhan ini adalah bentuk iqtida' (mengikuti dan

mencontoh) Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. kita

juga memperbanyak doa dan pengharapan kepada-Nya untuk kebaikan

diri kita, keluarga, dan kaum muslimin secara keseluruhan.

Amiin! [PurWD/voa-islam.com]

No comments:

Post a Comment