for better life Headline Animator

Thursday 7 November 2013

Pelajar Kita Mesum, Para Ibu Ayo Turun Tangan

Oleh: Zuhroh Astie WieAstie

BEREDARNYA video mesum siswa SMP 4 Jakarta yang tadinya diduga merupakan kejadian berdasarkan suka sama suka kini ternyata karena sebuah paksaan. Hal ini dari pernyataan klarifikasi sang ayah dari wanita pelaku video mesum yang melaporkan kepada polisi. Menurut Sang ayah, video itu adalah tindakan bullying(Tribunnews.com/29/10/2013).

Kasus ini menambah fakta panjang mengenai gambaran kerusakan moral anak-anak bangsa.Tahun 2008, jumlah anak yang tertayang sebagai subyek dan obyek porno sebanyak 4.000 orang. Namun, tahun 2011, jumlahnya meningkat empat kali lipat menjadi 16.000 orang. Sejak tahun 2005, Indonesia masuk dalam 10 negara yang paling banyak mengakses situs porno. Pada tahun 2005, Indonesia berada di
posisi ke-7, tahun 2007 di posisi ke-5, dan tahun 2009 berada di ke-3. Peringkat Indonesia cenderung meningkat seiring dengan pesatnya pengguna internet yang mencapai 55,2 juta orang, data tahun 2011 (Kompas.com/16/032012).

Komnas Anak juga melansir, 97% anak pernah nonton pornografi, 97% anak SD pernah mengakses pornografi (2009) dan 30% dari 2-2,6 juta kasus aborsi dilakukan oleh remaja usia 15-24 tahun. Berdasarkan data Depkomfino pada tahun 2007 , ada 25 juta pengakses internet di Indonesia. Konsumen terbesar 90% adalah anak usia 8-16 tahun, 30% adalah pelaku sekaligus korban prnografi adalah anak .

Lebih ironi lagi, Seperti dikutip dari mediaindonesia.com, sebelumnya Indonesia ada di peringkat ke 3 pada pertengahan Januari lalu setelah China dan Turki. Namun data terbaru kini Indonesia berada dalam peringkat pertama. Mayoritas pengunduh berusia remaja, 2012 (Metrotvnews.com/15/06/2012).Remaja Kita, Asset Bangsa Kita

Remaja adalah pemuda yang mampu membawa bangsa menuju masa depan gemilang, namun jika para pemudanya mengalami krisis moral, mau dibawa kemana negeri ini?

Menurut World Population Prospect United Nations Departeman of Economic and Social Affair, sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir satu dari lima orang di dunia adalah berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang dianataranya tinggal di Negara berkembang. Di Indonesia sendiri hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa satu dari empat orang penduduk  Indonesia merupakan kaum muda berusia 10-24 tahun (Kompas.com, /08/2012).

Pemuda adalah mereka yang memiliki keistimewaan lebih dari pada yang lain. Seperti, akal, tenaganya yang prima, dan ilmunya. Dari ketiga rangkaian keistimewaan tersebut maka pemuda mampu menjadi motor penggerak perubahan bangsa menjadi lebih baik.

Berdirinya organisasi Budi Utomo pada tahun 1908 , adanya ikrar Sumpah Pemuda 28/10/1928, diproklamisakannya indoneisa menjdai negeri yang merdeka 17/8/1945 , dan pergantian orde baru menjadi reformasi dikarenakan gerakan pemuda. Pemudalah yang memotori perubahan.

Generasi berkualitas lahir dari rahim ibu yang cerdas. Banyak tokoh Islam yang berhasil dan melukiskan prestasi yang gemilang melalui didikan tangan orangtuanya, terutama ibunya. Seperti

Imam syafi’I yang dibesarkan tanpa seorang ayah.Ummu Sulaim ra., sosok ibunda yang sholeh dan cerdas melahirkan Anas bin Malik, salah satu dari tujuh sahabat yang banyak meriwayatkan hadis. Anas bin Malik ra. bahkan telah banyak ‘meluluskan’ ulama-ulama hebat dalam sejarah.  Tidak aneh karena Anas adalah seorang mufti, qari’, muhaddits dan perawi.Anas bin Malik ra. banyak mencetak sejumlah ulama dan orang-orang penting di antaranya adalah Hasan al-Bashri, Ibnu Sirin, Asy Sya’bi, Abu Kilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit al-Banani, Bakar bin Abdillah al-Mazani, az-Zuhri, Qatadah, Ibn al-Munkadir, dan masih banyak nama lainnya.

Istri Imran ketika mengandung Maryam, digambarkan al-Quran, mendoakan putrinya agar menjadi wanita salehah. Sejarah kemudian membuktikan bahwa Maryam adalah wanita pilihan Allah yang dari rahimnya lahir Nabi Isa AS. “Ingatlah ketika istri Imran berdo’a, “Tuhanku, sungguh aku memohon kapada-Mu, agar anak yang ada dalam kandunganku ini menjadi anak yang saleh dan berkhidmat.”(QS. Ali Imran:35)

Penting Peran Ibu Menangani Krisis Moral RemajaPendidikan remaja tak terlepas dari peran keluarga, pendidikan pertama dan utama yang dilalui oleh anak. Terutama pendidikan ibunya. Ibu tak cukup hanya menjadi sesorang yang mampu memberikan kebutuhan secara materi kepada anak-anaknya. Namun ia
juga menjadi ibu yang mampu mendidik anak, mengawasi anak, dan memperhatikan anak untuk menjadi penerus bangsa yang cerdas dan bermoral.

Maka kesibukan orangtua dalam bekerja hingga melalaikan dari memperhatikan anak adalah salah satu faktor yang menumbuh kembangkan anak berperilaku amoral dan jauh dari nilai-nilai agama.

Lengahnya orangtua terutama ibu akan memberikan kesempatan luas kepada media, televisi, internet dan handpohone untuk mendidik anak tanpa pantauan dari orangtua. Hingga anak bebas mengakses segala informasi yang ada dalam media,  pengaruh buruk sangat mudah merasuki pemikiran dan perilaku anak seiring mudahnya penyebaran informasi melalui digital.

Tentu ibu harus berani mengambil sikap untuk mau menjadi ibu yang peduli dengan perkembangan anak. Dengan menjadi ibu yang fokus mendidik anak tanpa lalai. Islam mendudukkan wanita pada posisi yang mulia yaitu pendidik dan pencetak generasi berkualitas. Dengan menanamkan akidah Islam sejak dini kepada anak-anak, memberikan pemahaman dan pengertian mengenai bagaimana islam mengatur pergaulan antara laki-laki dan perempuan, serta mengawasi anak dalam belajar terutama saat mengakses internet.

Selain itu ibu juga harus berusaha memberikan fasilitas kepada anaknya dengan layanan internet di rumah agar anak tidak terlalu bebas ke luar, seperti ke warnet dengan alasan mengerjakan tugas. Dengan begitu ibu lebih mudah mengawasi anak.

Membentengi anak dengan akhlak dan ajaran agama, menjalin komunikasi yang dekat dengan anak, memberikan koneksi internet yang mudah , sehat dan aman di rumah, mengarahkan dan memberikan

contoh penggunaan internet sehat adalah beberapa langkah preventif yang mampu dilakukan oleh ibu (Kabarit.com/22/12/2010).

Orangtua adalah salah satu dari beberapa komponen yang berperan dalam keberhasilan mendidik anak. Karena dalam pendidikan anak tak terlepas dari keluarga, teman, lingkungan sekolah, masyarakat dan pemerintah. Maka membutuhkan sebuah visi yang sama antara komponen-komponen tersebut untuk menjadikan anak menjadi generasi yang berkepribadian islam dan memiliki intelektualitas tinggi. Hingga ia, para generasi muda mampu memanfaatkan ilmunya untuk kemaslahatan ummat, membawa bangsa menjadi yang lebih baik.*

Peminat masalah-masalah kewanitaan

voa-islam.com

Wednesday 23 October 2013

Negara Brunei Darussalam Melaksanakan Hukum Syariah Islam

Barangkali Sultan Brunai Mohamad Bolkiah yang pernah mendatangkan penyanyai terkenal Amerika Michael Jackson ke negara saat ulang tahun anaknya, kini sudah mulai sadar.

Dengan kekayaan yang tak terhingga dan melimpah dari hasil minyak itu, tetapi kehidupan negeri kecil itu semakin terancam, akibat kekayaan dan kehidupan modern, dan berkembang biaknya kejahatan dan kemaksiatan.
Sultan Bolkiah yang memiliki istana yang sangat megah, dan penuh dengan b erbagai ornamen, dan memiliki kamar yang lebih dari tuju puluh, dan berbagai mobil mewah itu, tak tahan melihat kehidupan rakyatnya yang semakin rapuh.
Di mana kemaksiatan terus berkembang biak. Penyakit sosial yang menghempa  negaranya, kemudian Sultan Bokiah menyebabkannya memilih menegakkan hukum Syariah Islam.
Brunei yang berpenduduk tidak sampai 500 ribu jiwa itu, mengumumkan secara resmi, bahwa Sultan Mohamad Bolkiah bertekad menegakkan hukum Syariah Islam tahun depan (2014).

Sultan Bolkiah yang memimpin kesultanan Brunai itu, hari Selasa (22/10/2013), mengumumkan dan  bertekad menegakkan hukum Syariah Islam, secara penuh termasuk rajam sampai mati bagi para pelaku zinah dan hukuman cambuk bagi mereka yang kedapatan  minum alkohol .
"Hukum Syariah Islam akan ditegakkan sejak dari April 2014", tegas Hassanal Bolkiah, pemimpin negara yang berdaulat sejak tahun l967.
"Hal ini karena kebutuhan kita bahwa Allah yang Mahakuasa , dalam segala kemurahan hatinya  telah menciptakan hukum bagi kita. Sehingga kita bisa memanfaatkan mereka untuk mendapatkan keadilan", kata Sultan yang merangkap jabatan perdana menteri .
Banyak kejahatan baru yang menghancurkan masyarakat dan akan berdampak terhadap negara, dan syariah hakim pengadilan akan memiliki diskresi atas hukuman yang maksimum atas  semua kejahatan  yang juga dapat mencakup hukum potong tangan bagi pencuri.
Kerajaan kecil , yang memiliki pendapatan per kapita tertinggi - Asia Tenggara setelah Singapura , telah mempersiapkan untuk memperkenalkan hukum pidana syariah selama bertahun-tahun. Di masa lalu , sultan telah mengatakan bahwa hukum pidana syariah harus dibentuk untuk bekerja bersama hukum perdata negara lebih menonjol .
Brunei, yang bertetangga dua negara Malaysia, berada di pulau Kalimantan dan memiliki penduduk lebih dari 400.000 jiwa, memberlakukan ajaran Islam lebih tegas dibanding Malaysia dan Indonesia.

Negara-negara mayoritas Muslim lain di Asia Tenggara, kebanyakan mereka masih ragu, dan cenderung phobi, dan bahkan mengadopsi hukum sekuler yang menjadi warisan panjajah. Justru negara-negara Brunei itu, banyak yang mengeliminir nilai-nilai Islam, dan menggantikan dengan aturan dan hukum jahiliyah.
Seperti Indonesia yang sampai hari ini masih menggunakan pidana yang bersumber dari penjajah Belanda. Karena itu, negara-negara Muslim di Asia Tenggara mengalami kekacauan karena tidak mempraktekkan hukum Syariah.
Ini terbukti dengan tingkat kejahatan yang tinggi di seluruh negara-negara Asia Tenggara. Tak heran kalau negara Indonesia sekarang ini diamuk oleh bencana korupsi yang sudah merasuk ke tulangsumsum rakyatnya. Karena tak menegakkan Syariah Islam. Bahakn nyaris tenggelam.
Selanjutnya, di Brunei Darussalam  penjualan alkohol dilarang dan penginjilan (kristenisasi)  oleh agama lain dilarang keras. Di Indonesia setiap hari orang bebas minum minuman keras, dan bahkan banyak yang mati. Sementara itu, orang-orang kristen merajalela mengkristenkan orang Islam.
Sultan menambahkan bahwa kebijakan pemerintah Brunei secara keseluruhan tidak akan terpengaruh oleh asing. Asing tidak akan dapat mempengaruhi negaranya. Brunei akan meneggakan Syariah Islam. Barat suka atau tidak suka. Brunei Darussalam sebagai negara berdaulat berhak menentukan nasibnya dan masa depannya sendiri. Ahlan wa sahlan. Wallahu'alam.



sumber: voa-islam.com

Bahaya Faham Inklusivisme, Pluralisme Agama, dan Multikulturalisme




Umat Islam Indonesia sedang menghadapi penghancuran aqidah dan keyakinan mereka. Di mana sekarang melalui berbagai lembaga yang ada, media massa, dan tokoh-tokoh, termasuk tokoh Islam yang menjadi bagian dari konspirasi penghancuran, secara konsisten dan terus-menerus mengajak umat Islam kepada faham baru yang disebut dengan inklusivisme.


Apa itu inklusivisme?

Inklusivisme itu adalah faham yang berbahaya bagi Islam. Apa itu inklusivisme? Berikut ini penjelasan dari pihak mereka sendiri: 

Yang dikembangkan dalam Islam Liberal adalah inklusivisme dan pluralisme.

Sedang paradigma plural (pluralisme): Setiap agama adalah jalan keselamatan.
Perbedaan agama satu dengan yang lain, hanyalah masalah teknis, tidak
prinsipil. Pandangan Plural ini tidak hanya berhenti pada sikap terbuka,
melainkan juga sikap paralelisme. Yaitu sikap yang memandang semua agama sebagai jalan-jalan yang sejajar.

Dengan itu, klaim kristianitas bahwa ia adalah satu-satunya jalan (paradigma eksklusif) atau yang melengkapi jalan yang lain (paradigma inklusif) harus ditolak demi alasan-alasan teologis dan fenomenologis (Rahman: 1996).
Dari Islam yang tercatat sebagai tokoh pluralis adalah Gus Dur, Fazlurrahman (guru Nurcholish Madjid, Syafi’I Ma’arif dll di Chicago Amerika, pen), Masdar F Mas’udi, dan Djohan Effendi. (Abdul Moqsith Ghazali, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Jakarta, Media Indonesia, Jum’at 26 Mei 2000, hal 8). (Lihat Hartono Ahmad Jaiz, Tasawuf, Pluralisme dan Pemurtadan, Pustaka Al-Kautsar, Jakrta, cetakan pertama, 2001, hal 116-117). 

Inklusivisme itu menganggap ada kebenaran pada agama lain yang tidak kita anut, dan sebaliknya terdapat  kekeliruan pada agama yang kita anut. Itu jelas meragukan benarnya Islam, maka di situlah rusaknya keislaman seseorang ketika sudah meragukan benarnya Islam; berarti dia telah keluar dari Islam alias murtad.

Bagaimana bisa terjadi, MUI Bali kok pernah mengundang orang (yakni Eep Sefulloh Fatah) untuk diangsu (diambil) ilmunya, padahal anjuran darinya justru mengandung masalah yang sangat berbahaya bagi Islam.

Ada ungkapan-ungkapan Eep yang berbahaya di antaranya:

  1. MUI yang telah berfatwa Juli 2005 tentang haramnya faham sepilis (sekulerisme, pluralisme agama alias menyamakan semua
    agama, dan liberalisme) –yang di antara dedengkotnya adalah Ulil— malah Eep menyarankan agar MUI menghormati Ulil. Ini sama dengan membiarkan MUI pusat mengeluarkan fatwanya, namun Eep cukup menggerilya MUI daerah seperti yang ia lakukan terhadap MUI Bali itu.

2.  Eep menganjurkan bersikap inklusif, dengan menagatakan: “Jadi menurut saya yang terpenting adalah bersikap inklusif dengan ketegasan tertentu yang kita yakini, jangan bersikap eksklusif dengan ketegasan yang kita yakini.” Perkataannya itu berbahaya, karena inklusivisme itu adalah faham yang berbahaya bagi Islam.

***
Inti faham inklusivisme: tidak menutup kemungkinan ada kebenaran pada agama lain yang tidak kita anut, dan sebaliknya terdapat  kekeliruan pada agama yang kita anut.

Bagi Islam, faham itu adalah faham kufur alias ingkar terhadap Islam, pelakunya disebut kafir. Karena telah mengingkari mutlak benarnya Islam yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an:

ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)

2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS Al-Baqarah:2).

Lebih dari itu, ketika inklusivisme meningkat jadi faham pluralism agama maka jelas sangat bertentangan dengan Islam. Karena menurut faham pluralisme agama, klaim bahwa ia (suatu agama, bagi muslim ya Islam) adalah satu-satunya jalan (paradigma eksklusif) atau yang melengkapi jalan yang lain (paradigma inklusif) harus ditolak demi alasan-alasan teologis dan fenomenologis.

Penolakan (terhadap aqidah Islam yang menegaskan Islam adalah satu-satunya jalan yang benar) itu sama dengan menolak Islam. Karena dalam Islam telah jelas :

{وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [آل عمران: 85] {وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [آل عمران: 85]

85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS Ali ‘Imran/3 : 85).

Menolak Islam itu sendiri adalah kufur, orangnya disebut kafir. Nasib orang kafir telah dijelaskan, kekal di neraka Jahannam selama-lamanya.

{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ } [البينة: 6]

6. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS Al-Bayyinah/ 98 : 6).

Jadi faham inklusivisme dan pluralisme agama itu adalah faham kufur yang sangat berbahaya bagi Islam. Menjadikan keyakinan Tauhid diganti dengan kekufuran.
Bahkan masih ditingkatkan lagi dengan faham yang mereka sebut multikulturalisme, yang itu sama dengan pluralism agama, hanya saja semua kultur dianggap sejajar, parallel, dan tidak boleh ada yang mengklaim bahwa hanya kulturnya sendiri saja yang benar. Ketika demikian maka dianggap sumber konflik.
Padahal, agama (Islam) hanya dianggap sebagai sub kultur, bagian dari kultur atau bagian dari budaya. Sehingga ketika Islam jelas-jelas ajarannya mengklaim sebagai satu-satunya yang benar (mereka sebut eksklusivisme itu tadi) maka dianggapnya sumber konflik, maka dianggap sebagai musuh bersama. Itulah jahatnya faham multikulturalisme

  • Kata multikulturalisme ini digunakan kelompok liberal sebagai usaha untuk tetap menyesatkan umat Islam yang mulai mengerti sesatnya pluralism dan pernah difatwakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dan faham pluralism agama itu ditolak ormas-ormas Islam.
  • Celakanya multikulturalisme ini sudah masuk ke kurikulum pendidikan agama Islam dari SD, SMP hingga SMA.

Yang cukup mencengangkan, pihak Kementerian Agama (Kemenag) sendiri justru sudah menerbitkan buku mengenai multikulturalisme ini. Salah satu judul buku Kemenag ini adalah“Panduan Integrasi Nilai Multikultur Dalam Pendidikan Agama Islam Pada SMA dan SMK.” (lihat Multikulturalisme Sama Bahayanya dengan Pluralisme).
 Apa bahayanya ?
Bahayanya, tiga faham tersebut (inklusivisme, pluralisme agama, dan multikulturalisme) itu adalah semua menolak Islam yang menegaskan hanya Islam lah yang benar, yang diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yang pemeluknya yang beriman dan beramal shalih ikhlas untuk Allah maka dijanjikan surga oleh Allah Ta’ala.
Penolakan itu adalah kekafiran. Bahkan kemusyrikan. Karena dalam riwayatnya, orang Majusi yang menolak haramnya bangkai lalu dibisikkan kepada kafir Quraisy agar membantah Islam tentang itu, kemudian dijawab oleh Allah Ta’ala :
{وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ} [الأنعام: 121]
..dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS Al-An’am : 121).
Ketika yang dibantah itu hanya satu bagian dari hukum Islam yakni haramnya bangkai saja ternyata bila diikuti maka menjadi orang-orang musyrik ; apalagi kalau yang dibantah itu seluruh Islam, disamakan dengan agama lain, maka jelas-jelas lebih nyata jadi orang musyrik. Dan itulah yang dilakukan oleh faham inklusivisame, pluralisme agama, dan multikulturalisme.
Jadi tidak lain hanyalah kemusyrikan baru yang sangat dahsyat, namun karena istilahnya bukan dari Islam, maka Umat Islam banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari bahwa inklusivisme, pluralisme agama, dan mukltikulturalisme itu adalah kemusyrikan baru..
Ketika yang dikembangkan di pendidikan tinggi Islam se-Indonesia, bahkan kini ementerian Agama telah membuat panduan buku mutikulturalisme dalam apa yang disebut “Panduan Integrasi Nilai Multikultur Dalam Pendidikan Agama Islam Pada SMA dan SMK.”
Maka sebenarnya yang dilakukan oleh Kementerian Agama dan juga perguruan tinggi Islam se-Indonesia adalah pemusyrikan. Maka benarlah buku Hartono Ahmad Jaiz berjudul Ada Pemurtadan di IAIN. Maksudnya adalah di perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia.
Bahkan kini Kementerian Agama sudah menggarap sampai tingkat SMA dan SMK. Sehingga, namanya pendidikan (Islam) namun sejatinya pemusyrikan.
Maka tidak mengherankan, di antara tokohnya seperti Azyumardi Azra yang kini jadi Kepala Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta telah bangga dengan biografinya yang jelas-jelas menuturkan pembelaannya terhadap agama musuh Islam yakni Ahmadiyah.(lihat Azra “Jawara” Pembela Ahmadiyah Agama Nabi Palsu nahimunkar.com/azra-jawara-pembela-ahmadiyah-agama-nabi-palsu
Betapa memprihatinkannya.
Kenapa? Karena pemusyrikan baru yang dilancarkan di dalam pendidikan Islam di Indonesia dengan nama inklusivisme, pluralism agama, dan multikulturalisme itu menurut Al-Qur’an adalah lebih dahsyat bahayanya dibanding pembunuhan fisik.
Karena kalau seseorang itu yang dibunuh badannya, sedang hatinya masih beriman (bertauhid), maka insya Allah masuk surga.
Tetapi kalau yang dibunuh itu imannya, dari Tauhid diganti dengan kemusyrikan baru yakni inklusivisme ataupun pluralism agama, ataupun multikulturalisme, maka masuk kubur sudah kosong iman tauhidnya berganti dengan kemusyrikan; maka masuk neraka. Hingga ditegaskan dalam Al-Qur’an:










وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ [البقرة/191]

dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan. (QS Al-Baqarah: 191)

وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ [البقرة/217]

Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. (QS Al-Baqarah: 217).

Arti fitnah dalam ayat ini adalah pemusyrikan, yaitu mengembalikan orang mu’min kepada kemusyrikan. Itu dijelaskan oleh Imam At-Thabari dalam tafsirnya:

عن مجاهد في قول الله:”والفتنة أشدُّ من القتل” قال: ارتداد المؤمن إلى الوَثن أشدُّ عليه من القتل. –تفسير الطبري – (ج 3 / ص 565)

Dari Mujahid mengenai firman Allah وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ia berkata: mengembalikan (memurtadkan) orang mu’min kepada berhala itu lebih besar bahayanya atasnya daripada pembunuhan. (Tafsir At-Thabari juz 3 halaman 565).

Itulah betapa dahsyatnya pemusyrikan yang kini justru digalakkan secara intensip dan sistematis di perguruan tinggi Islam se-Indonesia, bahkan sudah dilancarkan pula ke sekolah-sekolah.

Relakah generasi Muslim yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia bahkan merupakan penduduk yang jumlah Muslimnya terbesar di dunia ini dibunuhi imannya secara sistematis dijadikan pelaku-pelaku kemusyrikan baru dengan sebutan inklusivismer, pluralism agama, dan multikulturalisme itu?

Relakah generasi dan anak-anak Muslim se-Indonesia ini dijerumusukan oleh para pembawa ajaran kemusyrikan baru itu?

Dan relakah negeri ini menyedot uang dari rakyat (ingat, 70 persen penghasilan Negara adalah dari pajak, dan itu tentu disedot dari penduduk) yang mayoritas Muslim namun justru untuk membiayai perusakan iman Umat Islam diganti dengan kemusyrikan baru yang akan menjerumuskan ke neraka kekal selama-lamanya? Relakah wahai saudara-sauadara? Hartono Ahmad Jaiz

sumber:voa-islam.com

Tuesday 22 October 2013

Ramai-Ramai Menjual Gereja Katolik di Inggris

Masyarakat Eropa ramai-ramai meninggalkan gereja. Mereka tidak lagi pergi ke gereja. Mereka menjadi sangat sekuler, dan bahkan cenderung athies. Karena ajaran gereja tidak logis, dan tidak mampu menjawab rasionalis masyarakatnya.
Dunia Bulletin / News Desk
Santo Petrus Gereja Katolik di Stoke -on - Trent di Inggris dijual kepada umat Islam setelah menutup pintu karena jemaat menyusut .
Muslim membeli gereja setelah penutupannya , menurut laporan berita di pers Inggris .
Para pemimpin gereja menyatakan Kristen di daerah sekarang bisa menghadiri gereja lain di dekatnya dan uang dari penjualan akan digunakan untuk kepentingan umat .
Meskipun identitas pembeli yang tersisa dirahasiakan , juru bicara gereja mengatakan sejumlah kecil penawaran telah diterima namun komunitas Muslim lokal membuat penawaran terbaik.
" Jumlah umat Katolik yang tinggal di daerah tersebut telah menyusut baru , " kata jurubicara itu , menambahkan , " Keuskupan Agung Birmingham memiliki lebih dari 200 gereja paroki dan umat Katolik diperkirakan lebih dari 285.000 . "
Sebuah survei di Inggris 2007 menemukan bahwa hanya 15 persen warga Inggris pergi ke gereja setidaknya sekali sebulan. Penelitian lain mengungkapkan Inggris memiliki salah satu tingkat terendah kehadiran di gereja di Eropa .London (voa-islam.com) Bukan hal baru. Di mana gereja di jual kepada Muslim. Di daratan Eropa dan Barat umumnya, kecenderungan masyarakat sudah tidak tertarik lagi pergi ke gereja. Misa di gereja dikunjungi hanya beberapa orang. Banyak gereja yang kosong ditinggalkan jemaatnyaMasyarakat di Barat semakin tidak tertarik lagi terhadap gereja dan agama Kristen atau Katolik. Karena agama Kristen dan Katolik, sangat tidak logis. Apalagi, dikalangan gereja belangsusng praktik menyimpang, seperti pelecehan sek terhadap anak-anak dibawah umur alias praktik pedopeli. Baru-baru ini, Gereja Katolik Santo Petrus di Stoke di Inggris dijual kepada umat Islam setelah gereja itu bangkrut dan menutup kegiatan misa mereka,  karena jemaatnya terus  menyusut. Para pastor hanya ditemani beberapa orang jemaat, dan tidak lagi menarik bagi masyarakat, khutbah-khutbah yang disampaikan para pendeta atau pastor.

Karena itu, banyak  jemaat yang sudah tidak lagi tertarik dengan misa di gereja, kemudian gereja itu bangkrut dan dijual kepada Muslim. Ini bukan pertama kalinya, Muslim membeli gereja setelah penutupan gereja aitu, ungkap di pers Inggris, Minggu, 20/10/2013.

Para pemimpin gereja menyatakan umat Kristen atau Katolik bisa melakukan misa di daerah saling berdekatan. Banyaknya gereja yang sudah tidak berfungsi, kemudian dijual. Inilah ironi masyarakat Eropa yang sekarang sudah tidak lagi percaya kepada tuhan yesus. Akhirnya mereka menjadi sekuler dan cenderung atheis. Kemudian, gereja yang dijual itu, dibagikan dan diguanakan keperluan jemaatnya.

Meskipun identitas pembeli yang tersisa dirahasiakan , juru bicara gereja mengatakan sejumlah kecil penawaran telah diterima namun komunitas Muslim lokal membuat penawaran terbaik.

"Jumlah umat Katolik yang tinggal di Stoke terus  menyusut secara drastis",  kata jurubicara itu. Selanjutnya, juru bicara itu , menambahkan, "Keuskupan Agung Birmingham memiliki lebih dari 200 gereja paroki dan umat Katolik diperkirakan lebih dari 285.000", tambahnya.

Sebuah survei di Inggris 2007 menemukan bahwa hanya 15 persen warga Inggris pergi ke gereja sebulan sekali. Penelitian lain mengungkapkan Inggris salah satu negara, di mana tingkat kehadiran masyarakatnya paling rendah kehadiran di gereja di Eropa. Selamat tinggal gereja, dan selamat datang Islam di Inggris.

Gereja di jual bukan lagi hal baru, di Belanda, Perancis, Belgia, dan sejumlah negara di Eropa, kejadian penjualan gereja itu, terus berlangsung. Banyak diantara gereja yang dibeli oleh imigan Turki, dan kemudian diubah menjadi masjid.f/hh


(voa-islam.com)

Yakin Bisa

Oleh Muhbib Abdul Wahab

Setelah mendarat di benua Eropa, semua perahu yang digunakan untuk menyeberangi selat Gibraltar (Jabal Thariq) dibakar oleh panglima Thariq bin Ziyad. Lalu ia berdiri dan berpidato di hadapan para pasukannya.

“Wahai pasukanku, ke mana kalian hendak pergi melarikan diri? Di belakang kalian ada lautan, sedangkan di depan kalian ada pasukan musuh. Yang kalian miliki, demi Allah, hanyalah kejujuran dan kesabaran,'' kata Thariq bin Ziyad mengingatkan.

''Ketahuilah, kalian di pulau (benua) ini lebih sia-sia daripada anak-anak yatim. Padahal kalian sudah “disambut” oleh musuh-musuh kalian dengan bala tentara dan senjata mereka. Logistik mereka cukup melimpah.''

''Sementara itu, kalian tidak memiliki tempat berlindung! Kalian hanya memiliki pedang-pedang. Kalian tidak memiliki logistik kecuali yang dapat kalian peroleh dari tangan musuh-musuh kalian!''

''Jika penderitaan kalian berlangsung lama sedangkan kalian tidak berhasil mengalahkan mereka, maka kekuatan kalian akan hilang.''

''Rasa takut dalam hati musuh akan berubah menjadi rasa berani dalam melawan kalian. Karena itu, pertahankan baik-baik diri kalian dengan mengalahkan dampak yang ditimbulkan oleh perang ini dengan memerangi kesewenang-wenangan.”

Keyakinan diri sang panglima yang demikian tinggi, bahwa lautan bisa disebrangi, rasa takut bisa dieliminasi, dan musuh yang gagah perkasa bisa ditaklukkan membuat pasukan umat Islam mampu menaklukkan Andalusia pada tahun 92 H/710 M.  Yakin bisa merupakan awal keberhasilan dalam segala aspek kehidupan.

Orasi heroik Thariq bin Ziyad tersebut menginspirasi kita semua bahwa hidup harus dimodali semangat juang yang tinggi. Masalah harus dihadapi, bukan dihindari. Musuh harus dilawan, bukan melarikan diri.

Jujur harus menjadi kekayaan pribadi yang selalu dijunjung tinggi. Sabar menghadapi, sabar menanti, sabar meraih prestasi harus menjadi etos perjuangan. Bermental baja dan tahan menderita demi menggapai cita-cita mulia perlu ditanamkan sejak dini.

Dengan keyakinan diri yang kuat plus keyakinan terhadap pertolongan dan janji-janji Allah, kita akan mampu mewujudkan visi dan misi Islam, termasuk berprestasi dalam hidup ini.

Tanpa iman, rasa yakin dan mulia diri, seseorang itu akan lemah terkulai setiap kali hendak melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih baik.

Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan (dengan yakin): "Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka tetap istiqamah (teguh pendirian), maka tidak ada kekhatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) bersedih hati.” (QS. Al-Ahqaf/46: 13)

Yakin bisa yang dilandasi keimanan yang mantap membuat segala kerja yang berat dan sukar akan menjadi ringan dan mudah dilaksanakan.  Karena itu, yakin bisa perlu dilatih dan dikembangkan dengan kiat-kiat berikut.

Pertama, menanamkan rasa percaya diri dengan selalu mengingat dan memosisikan Allah sebagai sumber kekuatan, kemauan, dan keberhasilan. Allah SWT itu sandaran hidup kita (QS. al-Ikhlash/112: 2).

Kedua, memaksimalkan segala daya dan upaya untuk mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan mental spiritual dan material.

Sebaiknya kita tidak mudah mengambing-hitamkan atau menyalahkan orang lain atau keadaan, sehingga lebih jujur dan objektif dalam melihat diri sendiri. 

Ketiga, melakukan perubahan ke arah yang lebih baik secara terus-menerus.  Dan perubahan itu dimulai dari diri sendiri dan selalu berusaha melakukan evaluasi diri setiap saat.

Perubahan diri berupa niat, sikap, mindset, dan perilaku positif merupakan kunci keberhasilan dan kemajuan (QS. al-Ra’d/13: 11)

Keempat,  fokus pada potensi dan kelebihan diri, agar kita mampu melejitkan prestasi yang kita cita-citakan, sambil membangun dan mengembangkan rasa optimisme bahwa kita pasti berhasil dan mampu meraih cita-cita.

Kelima, mengawal usaha serius dan etos perjuangan dengan selalu berdoa dan bertawakkal kepada Allah SWT. Hanya orang beriman yang selalu berdoa dan berserah diri kepada-Nya kapanpun dan di manapun.

Tekad, semangat, usaha, dan kinerja baru lengkap jika diperkaya dengan doa dan tawakkal.
Dengan demikian, Islam mendidik kita untuk memiliki tekad yang kuat dan yakin bisa.

Karena seluruh ibadah harus dimulai dengan niat yang tulus untuk memenuhi panggilan Ilahi, memiliki etos juang yang tinggi, melawan hawa nafsu dan mengatasi segala rintangan, sehingga kita harus berdisiplin dalam meraih prestasi tinggi (bertaqwa).

Sejatinya semua ibadah dalam Islam itu merupakan oase spiritual yang dapat membangun keyakinan diri dan yakin bisa menuju prestasi kerja dan prestasi hidup yang baik dan mulia.


sumber:republika.co.id

Saturday 28 September 2013

Dibalik Insiden CT tunjuk SBY : Persembahan Terakhir Untuk VOC & Obama

Ramai diberitakan di jejaring sosial terkait foto Chairul Tanjung menunjuk dengan tangan kirinya pada SBY, namun ada yang lebih menarik daripada insiden foto tersebut, apa itu?

Sebelum mengulas fakta dibalik berita, kami ulas mengenai foto yang ramai diperbincangkan.

Mengenai foto, jejaring sosial dan media nasional memberitakan foto dalam sebuah ruangan, dimana Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung alias CT, yang tengah menunjuk dengan tangan kirinya ke arah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sementara, Presiden SBY berdiri di dekat pintu masuk, didampingi Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan pejabat terkait lain. Kapasitasnya saat itu CT menjadi salah satu panitia acara KTT APEC Foto tersebut beredar di media sosial, Rabu (25/9/2013).

Tatapan mata Presiden, Ibu Negara, dan sebagian anggota rombongan tampak mengarah ke CT, yang menunjuk menggunakan tangan kiri.

Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha mengatakan, foto tersebut diambil ketika CT mendampingi Kepala Negara, meninjau ruang yang akan digunakan untuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-8 Negara-Negara Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC di Nusa Dua, Bali, Selasa (24/9/2013) lalu.

Lalu apa yang menarik dibalik Insiden CT tunjuk SBY?

Tahukah Anda?

Menurut narasumber kami di Pertamina, salah satu agenda penting dalam pertemuan APEC di Bali awal Oktober 2013 nanti adalah penandatanganan perpanjangan kembali Kontrak Karya Freeport, yang akan disaksikan Presiden AS Barrack Obama dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Persembahan terakhir atau memang mencari dukungan dan restu Obama?

Lalu apa manfaatnya buat Trah SBY?

Dahulu, ketika SBY menjabat sebagai Mentamben (Menteri Pertambangan & Energi) ia mendirikan 20 perusahaan Migas, dari total 30 perusahaan migas di Indonesia. Akibatnya pengelolaan minyak dan gas di Tanah Air sangat merugikan bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan, pengelolaan dikuasai oleh asing dan dominasi keluarga SBY.

"Undang-undang Migas kita 89 persen memberikan kewenangan penuh pengelolaan Migas kepada asing. Ini sangat merugikan bangsa Indonesia," jelas Din dalam ceramah Koordinasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Jabar, DKI Jakarta, dan Banten, di Cirebon, Jumat (23/3/2012).

    Dahulu, ketika SBY menjabat sebagai Mentamben (Menteri Pertambangan & Energi) ia mendirikan 20 perusahaan Migas, dari total 30 perusahaan migas di Indonesia.

Apa yang salah dengan kontrak karya Freeport tersebut?

1. RENEGOSIASI kontrak pertambangan adalah tugas konstitusional negara agar keuangan negara bisa dipertanggungjawabkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dan hak menguasai negara atas kekayaan alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

2. Renegosiasi kontrak karya Freeport salah satu yang berlangsung alot. Padahal menurut Wamen ESDM, Susilo Siswoutomo, renegosiasi KK PTFI adalah prioritas.

3. Pemerintah harusnya tak perlu gentar karena materi renegosiasi adalah mandat konstitusi dan hukum di mana Freeport telah melakukan pelanggaran.

4. Terkait luas dan jangka waktu pertambangan. Putusan Mahkamah Konstitusi atas Permohonan Uji Materi UU Penanaman Modal menyatakan "tidak boleh terlalu luas dan terlalu lama" karena berpotensi hilangnya kedaulatan negara dan kedaulatan termasuk di dalamnya adalah tidak boleh perpanjangan di muka sebagaimana KK PT.FI yang bisa otomatis diperpanjang.

5. Terkait royalti. Royalti emas PTFI sebesar 1% bertentangan dengan PP 45 Tahun 2003 dan PP 9 Tahun 2002.

6. Terkait smelter. Jika PTFI enggan membikin smelter maka merupakan pelanggaran terhadap kontrak karya dan pelanggaran terhadap UU Minerba.

7. Terkait divestasi. Dengan adanya mandat pasal 33 UUD 45 yaitu Hak Menguasai Negara guna melindungi tujuan sebesar-besar kemakmuran rakyat, maka seharusnya pemerintah, Pemkab dan atau BUMN memiliki saham yang signifikan  di PTFI.

8. Suku Amungme dan Suku Komoro sebagai pemilik tanah adat yang dipakai penambangan PTFI sebagai bentuk rekognisi sebagaimana diakui PTFI dalam MoU Tahun 2000 antara PTFI dengan Lemasa (Lembaga Masyarakat Adat Suku Amungme) dan Lemasko (Lembaga Masyarakat Adat Suku Komoro)  seharusnya dilibatkan dalam renegosiasi.

9. Gugatan IHCS untuk pembatalan KK PTFI kini masih menunggu putusan Banding di PN Jaksel. Pada tahun 2009-2010 perwakilan 4 wilayah adat suku Amungme mempersoalkan pelaksanaan MoU Tahun 2000 dengan gugatan intervensi di PN Jaksel dan mengadu ke Komnas HAM.

Data dan Fakta : Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia Bentuk Penjajahan ‘VOC Modern’ (1967-2041)

Sejarah kontrak karya : 1936 – Jacques Dozy menemukan cadangan ‘Ertsberg’. 1960 – Ekspedisi Forbes Wilson untuk menemukan kembali ‘Ertsberg’. 1967 – Kontrak Karya I (Freeport Indonesia Inc.) berlaku selama 30 tahun sejak mulai beroperasi tahun 1973. 1988 – Freeport menemukan cadangan Grasberg. Investasi yang besar dan risiko tinggi, sehingga memerlukan jaminan investasi jangka panjang. 1991 – Kontrak Karya II (PT Freeport Indonesia) berlaku 30 tahun dengan periode produksi akan berakhir di tahun 2021, serta kemungkinan perpanjangan 2x10 tahun (sampai tahun 2041).

Apa kritik dari Kontrak Karya Freeport?

Kritik utama atas KK Freeport adalah kecilnya royalty yang diterima oleh Indonesia. Untuk tembaga, royalty sebesar 1,5% dari harga jual (jika harga tembaga kurang dari US$ 0.9/pound) sampai 3.5% dari harga jual (jika harga US$ 1.1/pound). Sedangkan untuk emas dan perak ditetapkan sebesar 1% dari harga jual.

Selain itu, KK pertama Freeport mendapatkan kritik karena bertentangan dengan UU No 5/1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria. Dalam UU tersebut, Negara mengakui hak adat sedangkan KK I Freeport, memberikan konsesi yang terletak di atas tanah adat. Bahkan dalam satu klausul KK nya, Freeport diperkenankan untuk memindahkan penduduk yang berada dalam area KK nya.

Masalah lingkungan adalah masalah yang paling sering disorot. Dikutip dari situs http://www.jatam.org, “tanah adat 7 suku, diantaranya amungme, diambil dan dihancurkan pada saat awal beroperasi PTFI. Limbah tailing PT FI telah meniumbun sekitar 110 km2 wilayah estuari tercemar, sedangkan 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa beracun dan 133 km2 lahan subur terkubur. Saat periode banjir datang, kawasan-kawasan suburpun tercemar Perubahan arah sungai Ajkwa menyebabkan banjir, kehancuran hutan hujan tropis (21 km2), dan menyebabkan daerah yang semula kering menjadi rawa. Para ibu tak lagi bisa mencari siput di sekitar sungai yang merupakan sumber protein bagi keluarga. Gangguan kesehatan juga terjadi akibat masuknya orang luar ke Papua. Timika, kota tambang PT.FI, adalah kota dengan penderita HIV AIDS tertinggi di Indonesia”

    Timika, kota tambang PT.FI, adalah kota dengan penderita HIV AIDS tertinggi di Indonesia”

Masalah lain adalah masalah HAM. Banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi di wilayah kerja Freeport yang ditengarai dilakukan untuk menjamin keberlangsungan operasional perusahaan

Selain royalty yang besarnya kurang dari zakat 2,5% tersebut, apa ada royalty lain yang diberikan ke pemerintah ?

Selain royalty yang besarnya sudah diatur dalam KK, Freeport memberikan royalty tambahan (mulai 1998) yang besarnya sama dengan royalty yang diatur dalam KK (untuk tembaga)dan dua kali untuk emas dan perak. Royalti tersebut diberikan untuk sebagai upaya dukungan bagi pemerintah dan masyarakat local. Royalti tambahan ini diberikan apabila kapasitas milling beroperasi diatas 200.000 metric ton/hari. Pada tahun 2009, kapasitas mill mencapai 235 ribu metric ton/hari

Berapa total royalty yang sudah dibayarkan oleh Freeport?

Berdasarkan laporan keuangan Freport McMoran 2009, total royalty (royalty KK dan additional royalty) sebesar US$ 147 juta (2009), US$ 113 juta (2008) dan US$ 133 juta (2007)

SEKILAS FREEPORT MCMORAN COPPER & GOLD INC

Siapa itu Freeport McMoRan Copper & Gold Inc ?

Freeport McMoRan adalah induk dari PT Freeport Indonesia (PTFI). Freeport McMoRan menguasai 90.64% saham PT. FI dimana sisanya dikuasai oleh pemerintah Indonesia. Penguasaan saham tersebut sebesar 81.28% secara langsung dan 9.36% melalui anak perusahaan, PT Indocopper Investama

Seberapa besar Freeport McMoRan di USA?

Berdasarkan survey majalah Fortune, Freeport McMoRan berada pada posisi 154 untuk perusahaan dengan pendapatan terbesar. Pendapatan Freeport McMoRan sebesar US$ 15,040 juta dan Laba sebesar US$ 2,749 juta. Posisi pertama dipegang oleh Wall Mart dengan nilai penjualan sebesar US$ 408,214 juta dan keuntungan sebesar US$ 14,335 juta.

Namun berdasarkan profit margin (rasio laba dibagi pendapatan), posisi Freeport McMoRan melonjak tajam dari 154 ke posisi 32 dengan rasio laba terhadap penjualan sebesar 18%. Posisi ini nomor dua di kelompok pertambangan setelah Occidental Petroleum (19%)

Jelas, Freeport McMoRan adalah perusahaan raksasa yang sangat menguntungkan. Total aset Freeport McMoran per Desember 2009 sebesar US$ 25 Milyar (atau Rp 225 Triliun, hampir 1/4 APBN kita)

Seberapa penting tambang PT.FI (di Papua) bagi keuntungan Freeport McMoRan?

Dalam Laporan Keuangan 2009, Freeport McMoRan melaporkan penjualan tembaga sebesar 4,1 Milyar pound (sekitar 1.8 Milyar kg) dan penjualan emas sebesar 2.6 juta ounces (sekitar 74 ribu kg)

    Dari penjualan tersebut, tambang di Papua menyumbangkan sekitar 34% untuk tembaga dan 96% untuk penjualan emas. Dengan hasil ini, PTFI merupakan “primadona bagi Freeport McMoRan.

Seberapa besar cadangan tambang PTFI (di Papua) dibandingkan cadangan Freeport McMoRan di lokasi lain?

Dalam Laporan Keuangan 2009, Freeport McMoRan melaporkan cadangan tembaga sebesar 104.2 Milyar pound (sekitar 47.2 Milyar kg) dan cadangan emas sebesar 37 juta ounces (sekitar 1 juta kg)

Dari cadangan tersebut, tambang di Papua menyumbangkan cadangan sekitar 33% untuk tembaga dan 96% untuk cadangan emas. Tanpa PTFI, Freeport McMoRan akan kehilangan 1/3 penjualannya.

Data penjualan diatas kan dalam pound/ounce. Jika dinilai dalam US$ menjadi berapa?

Berikut adalah nilai penjualan dalam US$ yang dibukukan selama tahun 2009

Dari table diatas, terlihat bahwa penjualan dari Indonesia, mencapai hamper 39% dari keseluruhan penjualan dalam US$. Jika dinilai dalam rupiah (dengan kurs 9 ribu), maka penjualan dari PT.FI mencapai Rp 53 Triliun!!

Selain data diatas yang menunjukkan PT.FI sebagai primadona Freeport McMoRan, data apalagi yang menunjukkan bahwa operasional di PT.FI sangat menguntungkan?

Data diatas adalah data dilihat dari penjualan dan produksi. Dari kedua data diatas, terlihat sumbangan besar PTFI bagi “kemakmuran Freeport McMoRan”. Jika dilihat dari data cost per pound tambang yang diperoleh (semuanya termasuk tembaga/emas/perak/myolebdenum) maka unit cost tambang di Papua adalah terendah di antara semua tambang Freeport McMoRan.

Unit cost per pound berkisar US$ 0.49. Bandingkan dengan North America yang mencapai US$ 1.11/pound dan South America yang berkisar US$ 1.12/pound. Untuk tahun 2010, unit cost di Indonesia bahkan mencapai US$ 0,1 per pound.

Jadi, tambang di Papua (Grassberg) sangat-sangat menguntungkan Freeport McMoRan. Sudah cadangannya paling besar, ada kandungan emas (yang nilainya sangat besar) ditambah lagi unit cost nya yang paling rendah.

Lalu buat Indonesia? lagi-lagi pemimpin kita tunduk pada Amerika sang VOC modern dengan dukungan agenda zionist internasional. Inikah persembahan terakhir beliau ataukah melanggengkan kekuasaan Trah SBY? Ironis (ikhlas/voa-islam/dbs)

Amien Rais : Jangan Menjadikan Orang Kafir Sebagai Pemimpin

Selama ini banyak aktivis Islam menilai Amien Rais sudah tamat, sudah gagal secara politik, terjerumus dalam pluralisme, dituduh mencari aman di balik punggung rezim.

Tapi sebagai kader Muhammadiyah, sebagai mantan Ketua PP Muhammadiyah, ternyata Amien Rais masih punya taji, resistensi, dan militansi. Itu terbukti dari isi ceramahnya yang cukup “radikal” di hadapan kader-kader Muhammadiyah Yogya, dalam acara “Rapat Kerja dan Dialog Pengkaderan” tanggal 23-24 Februari 2013. 

Ceramah yang kemudian ditranskrip itu dimuat di sebuah media internal milik Muhammadiyah. Dalam ceramahnya Pak Amien sempat bilang, “Nah, ini cuma sekedar cerita, ini tidak boleh keluar di wartawan.” Pembaca bisa baca sendiri kira-kira apa isi ceramah itu.

Karena isinya sangat penting, kami para jurnalis minta maaf ke Pak Amien, kalau ceramahnya akhirnya keluar juga ke tengah publik. Bukan tak menghargai privasi Prof. Amien, tapi kayaknya Umat perlu tahu gagasan-gagasan beliau. 

Berikut ini kami kutipkan pernyataan-pernyataan Prof. Dr. H. Amien Rais dari ceramah yang ditranskrip menjadi tulisan berjudul, Kader Muhammadiyah di Pentas Politik. Karena panjangnya artikel, hanya dikutip bagian-bagian tertentu saja yang dipandang sangat urgen diketahui Umat Islam. Selamat menyimak, semoga mencerahkan!

 1. FONDASI AKIDAH

Saya akan membicarakan masalah yang mendasar terlebih dulu, bahwa kita ini sebagai orang beriman diperintahkan di dunia ini, hanyalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. “Tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadat kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56)

Dalam pandangan orang Islam, hidup kita ini adalah bulat, tidak terbagi-bagi. Misalnya ini yang sekuler dan itu yang non sekuler, ini yang transenden dan itu yang intransenden.

Hal ini disebabkan, kita sudah memproklamasi  dan mendeklarasikan, bahwa shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, aku persembahkan kepada Allah Tuhan semesta alam. Ini sudah jelas sekali.

Karena the core of our lives must be based on tauhid.  Nabi kita itu pelanjut dari millah, agama, tradisi, keyakinan, dari nabi-nabi sebelumnya. (Kutipan hal. 18-19).

2.  ANTI PLURALISME

Dalam hal ini saya wanti-wanti, karena kelompok non Muslim pandai sekali mencari istilah, yang enak dan sejuk didengar, yaitu pluralism atau kemajemukan.

Jangan sampai kita terseret gara-gara istilah kemajemukan itu kemudian menyangka semua agama itu seperti madzhab-madzhab yang mencari kebenaran di puncak gunung, dan boleh melewati lereng utara, lereng selatan atau barat, yang akhirnya akan sampai juga ke puncak.

Orang-orang keblinger itu seolah-olah menyatakan, bahwa semua agama itu sama.

Yang perlu digarisbawahi adalah, dari bacaan kita di koran, internet, dan sebagainya, ada semacam angin yang menyapu berbagai negeri Muslim yaitu angin pluralisme.

Sedihnya kemudian sebagian intelektualnya seperti kerbau tercocok hidungnya, tanpa menggunakan daya kritis ikut melambungkan paham pluralisme itu.

Padahal sekali kita menerima pluralisme tanpa kaca mata yang kritis, seperti kita mengerek agama Allah yang kaffah, yang diridai Allah itu, turun dari tingkat yang tinggi, seolah-olah agama kita sama dengan agama-agama yang lain.

Kadang kita tidak sadari, bahwa dengan ikut paham kemajemukan itu, kita justru sedang menurunkan martabat level agama Allah yang sempurna ini turun ke bawah, sama dengan Hindu, Budha, Kristen, Protestan, dan lain-lain.

Jadi kalau Allah mengatakan, kita harus mengimani wahyu yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim, Nabi Isa, dan lain-lain, itu bukan berarti agama lain itu sama dengan agama kita. Karena Allah juga mengatakan, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu, hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al Baqarah: 120) (Kutipan hal. 19).

Kita ini tak boleh gegabah. Kalau anda dipuji-puji oleh orang “walan tardho” (Yahudi-Nashrani) itu jangan malah bangga. “Wah, aku pluralis.” Jangan, itu beracun. Saya punya seorang teman dekan dulu (dia dipuji sebagai Muslim pluralis). Saya jawab, “Loh, anda itu dipuji-puji begitu berarti kan Islamnya tipis, jadi komitmennya juga tipis to? Lha itulah, mereka senang dengan anda, karena anda tidak mungkin macam-macam.” (Kutipan hal. 22)

3.   KERISAUAN

Muhammadiyah telah berumur satu abad. Alhamdulillah masih segar, tetapi kalau kita mau jujur, kita ini telah mengalami kekalahan. Tahun 1950-an jumlah umat Islam itu 92 % dan sekarang tahun 2000-2013 sekitar 86 %. Sehingga ada kemerosotan sekitar 6 %. Maka jika kemerosotan ini berlanjut, jangan-jangan 200 tahun lagi umat Islam akan tinggal 70 %.

Walaupun sesungguhnya sudah ada indikator kekalahan kita dalam perlombaan dakwah, yakni melakukan perebutan wilayah keagamaan di dalam wilayah bangsa besar yang kita cintai ini. Pendidikan dan hal-hal lain kita memang semakin bertambah, tetapi sesungguhnya secara komparatif, baik quality ataupun quantity, kita itu masih kalah.

Jumlah sekolah Islam dan sekolah Kristen, masih banyak sekolah Kristen. Jumlah RS MUhammadiyah dan rumah sakit mereka (Kristen), juga masih banyak mereka. Dan jumlah per kepala pun mereka terus bertambah, sedangkan kita turun dalam kurun waktu beberapa waktu ini. (Kutipan hal. 19)

4.   MENGABAIKAN SYIAR JIHAD

Bahkan saya sering mengatakan, bahwa Muhammadiyah itu diam-diam juga mempraktikkan bid’ah. Kita sering mengatakan NU bid’ah, tapi kita kadang-kadang tidak terasa juga bid’ah, cuma bid’ah mengurangi (al ibdtida’u bil nuqshan). Dimana pengurangannya? Kita tidak sadar, kita tidak tahu, karena kita merasa tidak pernah melakukannya.

Tapi lihat dalam training-training Muhammadiyah atau Aisyiyah, atau di beberapa even Muhammadiyah, hampir jarang dibahas atau didorong tentang konsep Al Qur’an yang namanya Al Jihad. Kita itu sepertinya dengan konsep jihad, kalau alergi tidak, cuma sudah cukupkah jihad itu dengan teologi Al Ma’un.

Sejak saya kecil Al Ma’un, saya di IMM Al Ma’un, saya jadi ketua PP Muhammadiyah Al Ma’un, dan sampai sekarang Alhamdulillah juga masih tetap Al Ma’un. Itu betul dan tidak salah.

Teori Al Ma’un itu tetap, tapi harus kita tambah lagi, karena yang namanya jihad itu jumlahnya sebanyak kata zakat. Kenapa kita berani membicarakan soal zakat dan lain-lain, tetapi soal jihad itu tidak pernah kita ucapkan. (Kutipan, hal. 20)

5.   IKHWANUL MUSLIMIN

Saya bukan pengagum Al Ikhwan, tapi saya kira Al Ikhwan itu betul. Misalnya, (semboyan mereka): Allahu Ghayatuna (Allah tujuan kami), Ar Rasulu Qudwatuna (Rasulullah teladan kami), Al Quran Dusturuna (Al Qur’an landasan hukum kami), Al Jihad Sabiluna (Jihad jalan kami), Syahid fi Sabilillah Asma Amanina (mati Syahid di jalan Allah, cita-cita kami yang tertinggi).

Jadi mengapa Al Ikhwan seperti bergerak terus sampai ke Yordania, Eropa, Amerika, dan seterusnya. Mungkin karena kata jihad itu tidak dijauhi. Jadi kritik kita ke dalam, tiap kali kita baca Al Qur’an, jihad tidak pernah dibahas. Mungkin ini untuk para kader juga perlu dipahami. (Kutipan hal. 20)

6.  PARTISIPASI POLITIK

Pada zaman Bung Karno dulu politik adalah panglima. Jika kita berbicara di tingkat realitas, justru memang politik itu adalah panglima. Definisi politik itu sebenarnya: politics is who gets what, when, and how (politik itu siapa dapat apa, kapan, dan bagaimana).

Cuma karena kita orang beriman, kita tambah dengan why. Karena hal ini merupakan niat, innamal a’malu bin niyat. Politik itu sebenarnya adalah alokator dari segenap keperluan hidup manusia, dengan keputusan modern.

Membangun itu bukan keputusan ekonomi, itu keputusan politik. Kita biarkan atau kita awasi kegiatan Zending (Kristenisasi) orang-orang asing, itu politik. Kita mau meminjam uang IMF atau Bank Dunia, itu politik.

Mengapa HPH yang sekian ratus hektar itu kita berikan si fulan dan bukan si fulan? Sekarang Papua ingin merdeka, itu juga merupakan political decision. Menghadapinya bukan dengan Tahlilan atau doa bersama; tapi juga dengan liku-liku aksi politik.

Pada waktu reformasi, hanya dengan dua atau tiga partai yang mulai berbicara di tingkat power sharing, kita bisa mendudukkan tiga anggota Muhammadiyah menjadi Menteri Pendidikan, Pak Yahya Muhaimin, Malik Fadjar, dan Bambang Soedibyo.

Tetapi sekarang untuk mendapatkan uang ratusan juta saja, kita ini berat? Karena apa? Karena politik itu alokasi, alokasi APBN, alokasi apapun itu namanya politik.   

Saya ingin mengatakan, bahwa di lembar abad kedua ini kita perlu menambah wawasan kita. Apa yang sudah kita warisi dalam hal education and health terus kita tambah, tapi kita juga harus melakukan pencak silat politik, karena Islam itu kaffah.

Kita diberi Allah untuk memperkuat dunia kita ini, supaya kita di waktu mendatang bisa bersyukur dan berbahagia, bahwa Muhammadiyah itu semakin kuat, tidak lagi pinggiran.

Saya ingin Muhammadiyah tidak lagi marginal, tidak di peran pinggiran, tidak lagi menjadi penonton, tapi harus di tengah. Bukan hanya penonton, tetapi Muhammadiyah itu harus memegang kanvas, ikut melukis masa depan Indonesia.

Kalau kita ikut melukiskan, paling tidak kalau terlalu merah bisa ikut kita mudakan (warnanya), terlalu kuning bisa kita agak dekatkan ke hijau warna Islam.

Atau kalau memegang pahat, bisa ikut mengukir bersama anak bangsa yang lain, untuk masa depan negeri kita ini. Tetapi jika hanya menonton, maaf hanya plonga-plongo, maka akan sangat menyakitkan. (Kutipan hal. 20-21)

7.  MENGAMBIL ORANG KAFIR SEBAGAI PEMIMPIN

Pertama-tama, kita harus mencamkan, bahwa kita ini anak-cucunya Nabi Ibrahim, anak cucunya Nabi Adam, dan sebagai pewarisnya, (kita) jangan sampai tidak punya keinginan untuk memegang imamah.

Jadi pemimpin umat manusia yang beragama Kristen, Katolik, Kong Hu Chu, Nasrani, Zoroaster, PKI, dan lain sebagainya itu; pemimpinnya seharusnya orang beriman. Tetapi (janji Allah tentang imamah pada Surat Al Baqarah 124) tidak pernah sampai, tidak pernah mengenai orang-orang yang masih zalim.

Orang zalim itu orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri, sudah tahu korupsi itu tidak boleh, malah nekat; sudah tahu bohong itu gak boleh, malah nekat.

Bahwa kepemimpinan ini amat sangat penting. Kalau menurut saya, dari Al Qur’an itu orang beriman menjadi imaman lil muttaqin dan imaman lin naas (lihat Surat Al Furqan: 74).

Nah sekarang saya beritahu, kesalahan fatal umat Islam di muka bumi, kesalahan fatal UII (Umat Islam Indonesia), kesalahan fatal umat Muhammadiyah, barangkali karena tidak memperhatikan pesan-pesan Al Qur’an.

Allah berfirman: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambil orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu; sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al Maa’idah: 51)

(Jangan menjadikan Yahudi dan Nasrani) tempat berlabuhmu, tempat bersandarmu, tempat referensimu. Yahudi dan Nasrani itu sokong-menyokong untuk menggencet orang Islam. Itu sudah jelas untuk menghancurkan umat Islam.

Saya sudah menjelajah dunia Islam ini, saya sudah dari Malaysia sampai Merauke, dari Thailand sampai Uzbekistan, kesalahannya mereka juga tidak menyimak pesan Al Qur’an itu.

Arab Saudi itu masih adem ayem kalau sama Amerika. “Itulah sekutu kami.” Padahal itu kan Yahudi dan Nasrani, sehingga ini yang menyebabkan kita tidak bisa kuat.

Pukulan telak dan kesalahan fatal, yaitu ketika Jokowi dan Ahok itu menang menjadi Gubernur DKI. Ini membuat saya agak resah, sampai mungkin tidak bisa tidur dua atau tiga malam. Karena saya tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. (Kutipan hal. 21).

 8.  TANGGUNG-JAWAB KEBANGSAAN

Kalau kita melihat Al Qur’an, kita tidak boleh menjadi pupuk bawang, jadilah lokomotif. Syuhada ‘alannaas. Syuhada itu orang di depan, jadi referensi, jadi teladan, jadi contoh, di depan. Sebab tidak mungkin syuhada kok di kanan atau di kiri. Syuhada itu selalu di depan.

Bagaimanapun seandainya kalian tahu jeroan-nya Indonesia ini, umat Islam itu betul-betul hanya hanya jadi penonton. Perbankan, pertambangan, perkebunan, pertanian, kehutanan, dikuasai dan digenggam oleh mereka (orang kafir). Umat Islam ini hanya diberi remah-remah kecil, tapi yang the big goal, the biggest share, itu mereka yang genggam.

Kita ini di samping sebagai kader yang memiliki kadar Islam dan niat yang mendalam, tapi sebagai orang yang hidup di suatu bangsa, tidak ada salahnya kita juga punya semangat wathoniyah, kebangsaan, atau ketanahairan. Pandu kita bernama Hizbul Wathan, partainya tanah air.

Kata Hasan Al Bana, wathoniyah itu sesuatu panggilan yang sangat alami. Wathoniyah itu adalah sesuatu yang naluriah.

Nabi itu ketika hijrah ke Madinah, betul-betul ingin kembali ke tumpah darahnya, kembali ke Mekkah. Kembali ke masa muda, kembali ke masa kecil, itu sesuatu yang sangat alami.

Di sini saya berbeda dengan orang-orang ekstrim itu, bahwa “kebangsaan itu taghut, Islam itu menyeluruh, tidak usah ada kebangsaan. Jadi negara bubarkan saja, tidak perlu ada negara, Khilafah Islamiyah saja”.

Tapi itu kan hanya dalam imagination, kenyataannya tidak ada. Tapi dalam kebangsaan ini, saya wanti-wanti, bahwa kebangsaan itu sesuatu yang alami acceptable, dapat kita terima; tetapi dalam hal kepemimpinan bangsa, kita tidak boleh main-main. Apalagi kemudian kita serahkan (kepemimpinan) kepada orang-orang yang laisa min hum (bukan golongan Islam).

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan teman kepercayaanmu orang-orang dari luar kalanganmu, (karena) mereka tak henti-hentinya menimbulkan kemadharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka, adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Ali Imran: 118)

Jadi masalah leadership itu sesuatu yang sentral. Kita cinta negeri ini, kita cinta bangsa kita, kita cinta tanah air kita. Kemudian yang penting adalah mengupayakan, bagaimana agar pimpinan itu ada pada kita, sehingga bangsa ini enlighten, disinari oleh agama Islam. (Kutipan hal. 22)

9.   MISSI MENEGAKKAN KEADILAN

Kemudian yang menyukai politik, yang memang terampil, biarlah masuk ke sana. Diharapkan mereka tidak kagetan, tidak gumunan, dan tidak gampang terjungkal hanya karena gebyar kilau dunia. Dalam hal ini ada cerita ringan.

Golkar itu dulu anak didiknya Pak Harto, jadi teman-teman Golkar dengan KKN itu lumayan dekat. Tapi Golkar itu mengelus dada melihat partai Islam (?) yang lebih pintar dan lebih ngawur dalam korupsi.

Saya lima tahun di MPR, teman-teman (Golkar) berkata, “Pak Amin, kami kalah Pak. Jam terbang kami sudah tiga dasawarsa, ini baru tiga tahun sudah luar biasa.” (Orang Golkar 30 tahunan korupsi dengan cara-cara yang “sopan”, tapi orang zaman reformasi baru 3 tahun memimpin cara korupsinya seperti orang kesetanan).

Kita punya kebangsaan yang harus kita kembangkan jadi kepemimpinan. Jangan lupa, dalam kebangsaan itu pun seluruh nilai Islam harus dimasukkan. Kita ini punya semboyan Amar Makruf Nahi Munkar. Itu bagus, tapi belum cukup. It is just good, but not good  enough.

Di samping Amar Makruf Nahi Munkar, kita juga (perlu) mengembangkan Ya’muru bil ‘Adli wa Nahyu ‘aniz Zulmi (memerintahkan berbuat adil, mencegah kezhaliman).

Samakah orang yang jadi budak tadi itu, yang tergantung pada bangsanya itu dengan orang yang menegakkan keadilan dan dia berada di jalan yang lurus?

Kalau Allah SWT memerintahkan orang beriman menegakkan keadilan, tentu sisi yang lain, adalah mencegah kezaliman. Syirik sendiri disebut kezaliman yang teramat besar. 

Muhammadiyah yang besar ini (perlu) memantau dari Papua sampai Aceh, kira-kira mana saja yang ada potongan jahitan yang bisa masuk ke gelanggang politik. Karena itu penting jangan jangan sampai ditinggalkan.

Kalau kita tidak masuk ke situ, kita seperti anak yatim piatu. Kita mau buat apapun, kalau payung politiknya tidak ramah, serba tidak bisa. Seperti Muhammadiyah di Bangkalan itu, tidak pernah bisa mengadakan Isra’ Mi’raj bersama-sama di gedung, karena (diganjal) bupati, sekda, dan lain-lain.

Dulu pernah ada menteri (pendidikan) namanya Daoed Joesoef. Waktu itu ada ratusan dosen yang mau (sekolah) ke luar negeri. Asal namanya Islam, dicoret. Walaupun tidak shalat, minum arak, kalau namanya Islam ya dihabisi. Seperti salah seorang kawan saya bernama Amirudin.   

Dulu karena kita tidak punya kekuatan politik, siswa SMA negeri yang memakai jilbab diundang kepala sekolahnya, disuruh lepas jilbab atau keluar. Sekarang kalau ada seperti itu, tentu kepala sekolahnya yang disuruh keluar, karena sudah tidak zamannya lagi (melarang siswi sekolah memakai jilbab).

Dalam hal kebangsaan itu, memang harus cerdas dan selalu berpegang kepada Al Qur’an. Dan kita menghadapinya dengan optimis. Semoga Muhammadiyah abad kedua ini tidak lagi di pinggir, tapi di mainstream. Tidak lagi tangan di bawah, tetapi tangan di atas. Kalau kita kuat, kita akan menghidupi banyak orang. SELESAI. (Kutipan hal. 22-23)

Catatan penyunting:

Tidak semua pernyataan dikutip, karena teks aslinya cukup panjang dan mempertimbangkan urgensinya. Tanda kurung dan judul tematik dari penyunting, biar lebih mudah memahami. Bagian-bagian yang isinya satu tema disatukan meski posisi agak berjauhan. Bentuk percakapan bahasa daerah dan font Arabic ditiadakan, agar lebih praktis. Tulisan asli berjudul: Dialog Bersama Amien Rais, Kader Muhammadiyah di Pentas Politik; sumber ceramah Prof.Dr. H. Amien Rais dalam acara dialog kader bertema “Rapat Kerja dan Dialog Pengkaderan” di Yogyakarta pada 23-24 Februari 2013. Teks asli disusun berdasarkan transkrip ceramah oleh redaksi media, NS.

Penyunting: Abdul Hanif Fadhli, Jakarta.

sumber:voa-islam.com

Thursday 19 September 2013

Mencegah Sebelum Parah

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

JANGAN remehkan yang tampaknya sepele. Bermula dari yang kecil, dapat berkembang menjadi besar dan menakutkan. Bermula dari permainan game elektronik yang ada di HP, jika dibiarkan, dapat menjadi kecanduan game online beserta segala dampak buruknya. Ada dampak terkait dengan jenis game yang dimainkan, ada yang terkait dengan kegiatan bermain game itu sendiri. Berawal dari game online, seseorang dapat menjadi obsesif, agresif, tertantang berjudi, atau penyakit mental lainnya.

Kecanduan sendiri bertingkat-tingkat, tetapi semuanya membawa madharat dan menyingkirkan maslahat. Pada tingkat paling ringan, anak (bahkan orang dewasa) akan banyak membuang waktu yang bermanfaat untuk memburu keasyikan dan menuruti fantasi. Pada tingkat yang lebih berat, banyak cerita yang dapat saya sampaikan betapa anak yang sangat cemerlang kecerdasannya pun bisa berubah 180 derajat. Pun seorang suami yang penuh tanggung-jawab dapat kehilangan perhatiannya. Ia hanya sibuk menuruti keasyikannya bermain game online, lupa anak lupa istri. Dalam keadaan seperti itu, jangan tanya ibadah sunnah kepadanya.

Saya perlu sampaikan ini karena belakangan kasus kecanduan game online semakin merebak dimana-mana. Tak sedikit yang justru menimpa keluarga orang-orang yang memiliki perhatian besar terhadap agama. Saya juga merasa amat perlu menulis ini agar kita tidak merasa tenang hanya karena yang mulai asyik bermain game itu anak yang sudah kuliah atau remaja putri. Kecanduan game dapat menimpa siapa saja, laki-laki maupun perempuan. Dalam sebuah kasus, seorang mahasiswi terbengkalai skripsinya karena kecanduan game.

Saya tidak berbicara secara rinci tentang berbagai kondisi kecanduan. Mudah-mudahan lain waktu saya dapat membahasnya. Saya hanya ingin menunjukkan sebagian keadaan. Pada tingkat yang cukup parah, kecanduan game dapat memicu sikap ofensif, yakni kecenderungan untuk menyerang orang lain. Lebih-lebih jika ia merasa terganggu, baik karena dinasehati atau karena ia merasa tidak nyaman saja dengan kegiatan orang lain, meskipun itu saudara kandungnya. Anaknya yang sebelumnya manis, lembut perangainya dan suka membantu, dapat sontak berubah menjadi kasar dan ringan lidah untuk membentak, meski terhadap ibunya.

Tentu saja tidak akan muncul sikap ofensif kecuali apabila selfish (hanya sibuk dengan dirinya sendiri, mirip egoisme) menguat. Membentak dan menyerang secara lisan merupakan bentuk perilaku ofensif yang masih relatif ringan. Yang lebih parah adalah tindakan fisik. Dan karena yang bersangkutan sedang kehilangan kendali bersebab pikiran dan emosinya dikuasai game, maka perilaku ofensif ini dapat ditujukan kepada siapa saja, termasuk orangtua. Padahal dalam kondisi normal, dia tidakakan melakukannya.

Jika tidak segera memperoleh penanganan, anak dapat memiliki kecenderungan destruktif (merusak, menghancurkan). Terlebih jika jenis game online yang ia sukai termasuk jenis ini, semisal perang. Jika perilaku ofensif ditujukan kepada siapa pun yang membuatnya merasa terganggu, meskipun orang itu sebenarnya tidak mengganggu dia, maka kecenderungan destruktif ini mendorong dia untuk merusak atau bahkan menghancurkan (milik) orang lain. Boleh jadi ia menujukan tindakan tersebut kepada orang yang tidak disukainya, atau ia rasa mengganggu. Boleh jadi ia berlaku destruktif kepada siapa pun disebabkan ia sudah dikendalikan oleh waham akibat game. Inilah yang disebut obsesif.

Yang sangat mengkhawatirkan adalah tingkatan kecanduan game online yang menyebabkan seseorang terputus secara mental dari lingkungan sosialnya. Ia bersikap asosial. Ia tak lagi dapat bergaul secara wajar dengan orang lain, kehilangan kepekaan, tak peduli orang lain terganggu oleh keadaan dirinya dan bahkan ia lupa diri sendiri. Ada orang yang mampu berhari-hari bermain game non stop di Warnet (tidak mandi dan tentu saja tidak shalat), tapi masih dapat berinteraksi dengan orang lain secara relatif wajar. Tetapi anak –bahkan orang dewasa— yang sudah sampai pada tingkat asosial, ia dapat berminggu-minggu tidak mandi karena tenggelam dalam game online maupun fantasi saat ia sedang tidak bermain game. Anak yang sudah mengalami gejala asosial bersebab kecanduan game, saat bersama orang lain pun tidak dapat berinteraksi secara wajar. Sebagian bahkan nyaris tak dapat berinteraksi sama sekali.

Ini tentu saja sangat tidak kita kehendaki. Alangkah sia-sia mendidik mereka bertahun-tahun jika harus hancur oleh game online dalam waktu beberapa bulan saja. Tak ada artinya kecerdasan mereka yang cemerlang, prestasi mereka yang menakjubkan dan berbagai keunggulan lainnya jika harus musnah oleh permainan yang kita beli sendiri alatnya. Karena itu, justru sebagai bentuk kasih-sayang terhadap anak, kita harus mencegah mereka dari berdekat-dekat dengan game online yang dapat menjadikan mereka kecanduan.

Dari beberapa kasus yang saya temui, kecanduan game online yang sampai pada tingkat sangat parah, umumnya terjadi karena orangtua tidak sigap mencegah saat anak sudah mulai menunjukkan gejala bermasalah, serta tidak ada ketegasan orangtua dalam melarang. Tak ada konsistensi sikap. Mungkin orangtua marah, meledak-ledak sesaat, tetapi sesudah itu aturannya dapat ditawar oleh anak. Sementara ketika anak sudah benar-benar kecanduan, rasa kasihan orangtua terhadap anak kadang salah sasaran. Seharusnya rasa kasihan terhadap masa depannya dapat membuat ibu mengambil sikap tegas tanpa kompromi, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Ia memberi kesempatan lagi, lagi dan lagi karena tidak tega melihat anaknya menderita.

Sesungguhnya, cukuplah orangtua dianggap tega dan kejam apabila ia membiasakan anaknya hidup mudah serta membiarkan anak menikmati kesenangan yang merusak masa depannya.

Dalam kasus anak sudah benar-benar kecanduan, terlebih sampai tingkat destruktif atau asosial, salah satu fase yang dilalui dalam proses terapi oleh profesional maupun penghentian kecanduan oleh pihak keluar memang sakauw. Anak terlihat sangat menderita karena ia dijauhkan dari apa yang membuatnya asyik. Anak tampak sangat linglung, frustrasi, teriak-teriak atau menangsi sendiri merupakan hal yang wajar. Obatnya adalah didampingi atau dibiarkan dulu dengan pengawasan. Bukan diberi kesempatan untuk bermain game lagi.

Fase sakauw ini bisa sebentar bisa lama, tergantung tingkat kecanduannya dan kondisi lingkungan saat anak menjadi pemulihan. Setelah fase sakauw berlalu, anak akan berusaha untuk menerima kenyataan berupa hidup tanpa game. Tapi pada fase ini anak masih rentan kambuh kecanduannya, sehingga tetap perlu dijauhkan dari perangkat yang dapat memancing ia untuk bermain game lagi, meski itu hanya berupa HP yang ada game-nya.

Saya tidak berpanjang-panjang tentang ini. Saya hanya ingin mengajak Anda semua, juga diri saya sendiri, untuk berhati-hati. Mencegah itu jauh lebih baik daripada mengobatinya sesudah parah.*

Tulisan ini dimuat di majalah Hidayatullah edisi September 2013

Tuesday 17 September 2013

Kenapa Harus Tauhid Dahulu ?



tawhidSegala puji bagi Allah, shalawat dan salam terhadap Rasulullah, pengikut dan para shahabatnya.
Waba’du :
Seorang penelpon telah meminta kepadaku (sebuah nasehat) dengan judul “Mengapa Tauhid Dahulu?”
Ini menunjukkan bahwa si penelpon mengetahui bahwa sesungguhnya tauhid adalah pokok akidah Islam dan dasarnya serta syarat sah dan diterimanya.
Dia menyampaikan usulan tersebut untuk memahamkan orang yang belum memahami bahwa inilah kedudukan tauhid dalam Islam. Yaitu bahwa tauhid ulûhiyah (memurnikan ibadah hanya kepada Allah) merupakan perintah seluruh Rasul -dari (Rasul) pertama Nuh ‘alaihis shalâtu was salâm sampai (Rasul) terakhir Muhammad shollallâhu ‘alaihi wa sallam.
(Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut”.” [An-Nahl : 36]
Dan (Allah) Subhânahu berfirman,
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang hak) melainkan Aku, maka beribadahlah kalian (hanya) kepada-Ku”.” [Al-Anbiyâ` :25]
Dan tidak ada seorang Nabi pun yang diutus kepada kaumnya, melainkan pasti ia menyerukan,
“Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada sesembahan bagi kalian (yang berhak disembah) selain-Nya.” [Al-A’râf : 59]
Ketika Allah mengutus Nabi kita, Muhammad shollallâhu ‘alaihi wa sallam kepada kaumnya, beliau berlalu selama 10 tahun tiada lain hanya menyeru kepada tauhid. Setelah itu, disyariatkanlah shalat. Dan beliau tetap tinggal 3 tahun di Makkah (di atas hal tersebut), kemudian hijrah ke Madinah. Dan pada tahun ke-2 Hijriyah, disyariatkan zakat dan puasa.
(Tampaklah) bahwa tauhid adalah pokok agama dan dasarnya serta landasannya yang (agama itu) dibangun di atasnya. Karena itu, barangsiapa merusak tauhidnya dengan beribadah kepada sesembahan lain bersama Allah, maka dia telah merusak agamanya secara keseluruhan dan keluar dari Islam sehingga menjadi murtad serta hancurlah seluruh amal perbuatannya. (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (wahai Muhammad) dan kepada (Nabi-Nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.” [Az-Zumar : 65]
Dan (Nabi) ‘Isa ‘alaihis shalâtu was salâm berkata,
“Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabb kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.” [Al-Mâ`idah : 72]
Dan pokok dasar yang sangat agung ini (juga) terkandung pada (kalimat) syahadat “Lâ Ilâha Illallâhu” dan “Anna Muhammadan Rasulullâh” yang (kalimat syahadat itu) terdiri dari dua bagian; “Lâ Ilâha” dan “Illallâhu”.
Bagian pertama : Penafian peribadatan dari siapa yang selain Allah ‘Azza wa Jalla pada ucapan “Asyhâdu an Lâ Ilâha” yang bermakna tidak ada sesembahan apapun di wujud ini yang berhak diibadahi kecuali Allah.
Bagian kedua : Pada ucapan “Illallâhu” terdapat penetapan peribadatan hanya untuk Allah semata tanpa selain-Nya, karena Dia-lah yang telah menciptakan alam semesta ini. (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kalian kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi-Nya?. (Yang bersifat) demikian itulah Rabb semesta alam”.” [Fushshilat : 9] dan beberapa ayat setelahnya.
Dan (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kalian sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kalian lalu membaguskan bentuk kalian serta memberi kalian rezki dengan yang baik-baik. Itulah Allah Rabb Kalian. Maha Berkah Allah, Rabb semesta alam. Dialah Yang Maha hidup kekal, tiada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Katakanlah (ya Muhammad), “Sesungguhnya aku dilarang untuk menyembah sesembahan yang kalian sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Rabbku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.” [Ghâfir : 64– 66]
Sangat banyak ayat-ayat yang menunjukkan bahwa tauhid peribadatan hanya milik Allah. Maka barangsiapa yang mengucapkan (kalimat) syahadat ini; yaitu syahadat “Lâ Ilâha Illallâhu” dan “Anna Muhammadan Rasulullâh”, maka ia telah meraih keberuntungan dan telah selamat dari kerugian. (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasehati dalam mentaati kebenaran dan saling menasehati dalam menetapi kesabaran.” [Al-Ashr : 1-3]
Dan (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezhaliman (kesyirikan), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [Al-An’âm : 82]
Barangsiapa mengucapkannya dengan meyakini maknanya dan mengamalkan kandungannya, maka dia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ia adalah kalimat yang dengannya Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Dan karenanya, dunia dan akhirat, surga dan neraka diciptakan. Dan pada perkara inilah ketentuan kebahagiaan dan kesengsaraan.
Orang yang mengucapkan dan meyakininya akan diberi catatan amalnya dengan tangan kanannya, akan berat timbangan kebaikannya, akan (berhasil) melalui Ash-Shirâth dan masuk ke dalam surga serta selamat dari neraka.
Dan tentangnyalah, diadakan pertanyaan. (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul itu kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) para rasul.” [Al-A’râf : 6]
Dan (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Dan (ingatlah) di hari Allah menyeru mereka, seraya berkata: “Apakah jawaban kalian kepada para rasul?” Maka tertutuplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, kemudian mereka tidak bisa saling bertanya. Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang shaleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung.” [Al-Qashash : 65-67]
Syaikh kami, Hâfizh bin Ahmad Al-Hakami rahimahullâh dalam kitab Ma’ârijul Qabûl (2/510) berkata,
“Kalimat (tauhid) ini merupakan seagung-agung nikmat yang Allah anugerahkan kepada segenap hamba-Nya, (yaitu) dengan membimbing mereka kepada-Nya. Sebab itu, Allah menyebutkan (kalimat tersebut) dalam surat An-Nahl -yang (disebut juga) Surah An-Ni’am- sebagai nikmat pertama sebelum nikmat-nikmat lainnya. (Allah) berfirman,
“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dari perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka bertakwalah kalian kepada-Ku.” [An-Nahl : 2]
Kalimat ini adalah kalimat syahadat dan kunci negeri kebahagiaan. Dia adalah pokok dan asas agama. (Dia merupakan) inti, tonggak dan penyangga agama ini. Sedangkan rukun-rukun dan kewajiban-kewajiban (Islam) lainnya (hanya) bercabang dan berpecah darinya dan (hanya) sebagai penyempurnanya. Dan (rukun-rukun dan kewajiban-kewajiban Islam itu) terikat dengan makna (kalimat tersebut) dan pengamalan terhadap konsekwensinya. Itulah Al-Urwah Al-Wutsqâ yang Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (tentangnya),
“Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada Al-Urwah Al-Wutsqâ (ikatan tali yang amat kuat) lagi tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al-Baqarah : 256]
Dia adalah perjanjian yang Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (tentangnya),
“Mereka tidak berhak mendapatkan syafa’at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi (Allah) yang Maha Pemurah.” [Maryam : 87]
Berkata Abdullah bin Abbâs radhiyallâhu ‘anhumâ dalam menafsirkan “perjanjian” (dalam ayat tersebut), “Dia adalah syahadat “Lâ Ilâha Illallâhu” dan berlepas dari segala daya dan upaya selain dari Allah.”
Dia adalah Al-Husnâ yang Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (tentangnya),
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan Al-Husnâ, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” [Al-Lail :5-7]
Dia adalah Kalimat Al-Haq yang Allah ‘Azza wa Jalla sebutkan dalam firman-Nya,
“Kecuali orang yang bersaksi dengan Al-Haq seraya mereka meyakini(nya).” [Az-Zukhruf : 86]
Dan dia adalah Kalimatut-Taqwa yang Allah ‘Azza wa Jalla sebutkan dalam firman-Nya,
“Allah mewajibkan kepada mereka Kalimatut-Taqwa dan merekalah yang paling berhak dengan (Kalimatut-Taqwa itu) dan paling patut memilikinya.” [Al Fath : 26]” Selesai apa yang kuhendaki penukilannya dengan ada perubahan.
Dari sini kita ketahui, mengapa tauhid adalah yang paling pertama dalam kewajiban dan yang paling pertama dalam berdakwah. Dan (mengapa) dia adalah pokok agama, dasar dan pondasinya. Maka Islam tanpa tauhid bagaikan bangunan tanpa pondasi.
Dan kita ketahui juga kesesatan orang-orang yang berdakwah kepada khilafah dan mereka merasa sedang berdakwah untuk mengembalikan khilafah yang hilang.
Kita katakan : Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (berpegang) terhadap tauhid yang seluruh para Rasul berdakwah kepadanya. Dan Allah akan bertanya kepada kita : “Apa yang kalian ibadahi dahulu?”, “Apakah jawaban kalian kepada para rasul?”
Alangkah meruginya, orang yang menghabiskan umurnya untuk berdakwah kepada khilafah. Alangkah meruginya orang yang menyambut dan mengikutinya di atas kebatilan tersebut.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا
[Ditulis oleh Syaikh kami, Mufti Kerajaan Saudi Arabia bagian selatan, Asy-Syaikh Al-Musnid Al-Muhaddits Al-Faqîh Al-‘Allâmah Ahmad bin Yahya An-Najmi hafizhohullâh pada 17/04/1426H. Alih Bahasa oleh Ustadz Muhammad Cahyo.]

sumber: an-nashihah.com

Monday 16 September 2013

Dialog Kiai dan Sangidi tentang Miss World

Oleh: Dr. Adian Husaini

ALKISAH, di suatu waktu, di sebuah pondok pesantren, di pelosok

Sukabumi, Jawa Barat, Kiai Marwan Syarifin tampak sedang

terlibat dialog serius dengan seorang mantan santrinya. 

Sangidi Riawan, sang mantan santri itu sengaja datang dari

Jakarta menemui gurunya. Ia dilanda kegelisahan mendalam

tentang situasi umat Islam akhir-akhir ini, terkait dengan isu

Miss World. Di kampusnya, mahasiswa terbelah dua:  yang pro dan

kontra terhadap penyelenggaraan kontes Miss World. Bahkan, di

kalangan aktivis mahasiswa Islam, ada juga yang secara terbuka

mendukung kontes Miss World.

Sangidi gelisah. Gurunya, Kiai Marwan, dilihatnya tergabung

dalam demonstrasi menentang kontes Miss World. Di mata Sangidi,

penyelenggara Miss World telah melakukan upaya mulia untuk

kemajuan bangsa, karena telah mengubah konsep Miss World

menjadi kontes tanpa bikini. Budaya dan pariwisata Indonesia

pun diharapkan dapat makin meningkat.

Meski sempat mengenyam pendidikan pesantren, di bawah asuhan

Kiai mumpuni pula,  pergaulan hidup dan informasi global telah

mengubah pola pikirnya. Sangidi kini dikenal sebagai aktivis

mahasiswa. Latar belakangnya sebagai lulusan pesantren terkenal

pun menambah daya tarik tersendiri. Lidahnya fasih melafalkan

berbagai hujjah, dilengkapi dengan hiasan istilah-istilah

Inggris dan Arab.

Meskipun sangat tidak lazim bagi seorang santri untuk

mmengkritisi pendapat atau tindakan Kiai, kali ini, Sangidi

memaksakan diri bertanya dan jika  perlu mengkritisi

pendapat-pendapat gurunya. Tekadnya sudah bulat untuk – jika

mungkin – membawa gurunya itu ke kubu pendukung kontes Miss

World. Sekurangnya, tidak aktif menentangnya.

“Pak Kiai, saya mohon dijelaskan, kenapa Pak Kiai ikut-ikutan

demo menentang kontes Miss World?”  Sangidi memberanikan diri

menggugat Kiainya. Jantungnya berdegup cukup kencang.

“Saya tidak ikut-ikutan, Sangidi! Saya sangat sadar dengan apa

yang saya lakukan. Ini kewajiban kita sebagai Muslim,” jawab

Kiai Marwan.

“Kewajiban yang mana, Pak Kiai?”  tanya Sangidi, sambil

memandang wajah Kiainya.

“Harusnya sebagai lulusan pesantren kamu tahu. Ini kan

kewajiban al-amaru bil-ma’ruf wal-nahyu ‘anil munkar.  Kita

wajib menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran.  Itu salah

satu pilar ajaran agama kita. Bahkan, kata Imam al-Ghazali, itu

yang menentukan hidup matinya umat Islam.  Kata Nabi kita

Shallallahu ‘alaihi Wassalam, siapa yang melihat kemungkaran,

maka hendaknya ia berusaha mengubah dengan kekuatannya. Jika

tidak mampu, dengan kata-kata atau pikirannya; dan jika tidak

mampu juga, cukup dengan hati. Jadi, minimal, ingkar dan tidak

ridho terhadap kemungkaran.  Kamu kan paham akan hadis Nabi

itu, Sangidi!

Sangidi terdiam.  Ia tampak gelisah. Kiai Marwan seperti

memahami kondisi pemikiran mantan santrinya itu.  Ia menduga,

mantan santrinya telah menjadi korban propaganda jaringan

pendukung Miss World. Dengan kekuatan uang, media massa, dan

lobi-lobi politik yang dimilikinya,  panitia Miss World cukup

mampu membangun citra mulia atas tindakannya di tengah

masyarakat.  Karena itu, Kiai Marwan pun tak heran jika ada

sebagian organisasi Islam bahkan oknum ulama yang berselingkuh

mendukung kontes Miss World.

Sambil memandangi wajah dan gerak-gerik anggota tubuh Sangidi,

Kiai Marwan mencoba membaca pemikiran salah satu santri yang

dulu sempat dibanggakannya itu. Dibiarkannya saja Sangidi

bergulat dengan pemikirannya, sampai Sangidi sendiri buka

mulutnya.

 “Maaf Pak Kiai, apa yang Pak Kiai maksud dengan ‘mungkar’. Apa

kontes Miss World ini termasuk mungkar? Dimana letak

kemungkarannya?”  Sangidi buka mulut lagi.

“Ya, Sangidi! Justru kontes Miss World dan sejenisnya ini

kemungkaran yang sangat canggih, terencana dengan rapi. Bahkan

lebih parah lagi, kemungkaran ini dibungkus dengan propaganda

hebat, sehingga tercitrakan sebagai sebuah kebaikan bagi bangsa

kita. Bukan hanya kontesnya yang bermasalah, tapi

mengkampanyekan, bahwa bentuk maksiat seperti itu adalah

kebaikan bagi bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim.

Ibaratnya, melacur itu dosa; korupsi itu dosa. Tapi mengatakan

bahwa melacur itu adalah amal sholeh. Itu lebih besar

kejahatannya. Coba kamu baca tafsir QS at-Taubah ayat 31.”

“Saya masih belum mengerti jalan pikiran Pak Kiai. Bukankah

mereka sudah tampil dengan sangat  sopan dan tidak melanggar

etika dan norma budaya kita?” kata Sangidi lagi.

Kiai Marwan tersenyum simpul mendengar pertanyaan sang murid. 

Sangidi pun menyela, “Mengapa Pak Kiai senyum-senyum?”

“Sangidi... Sangidi…!  Kamu itu santri cerdas, yang mestinya 

sudah memahami masalah seperti ini. Mengapa kamu sampai

termakan propaganda-propaganda dengan logika yang dangkal

seperti itu? Harusnya kamu paham tentang kiat-kiat setan dalam

menipu dan menyesatkan manusia, sebagaimana disebutkan dalam

banyak ayat al-Quran.”

Sangidi masih terdiam. Wajah Kiai Marwan dipandanginya,

diam-diam. Tetap saja wajah itu menyungging senyuman.

“Begini Sangidi…. Saya maklum, kamu bisa terjebak.  Ada juga

pejabat yang kuliahnya di Timur Tengah pun ikut menyarankan

agar peserta kontes Miss World  itu mengenakan kebaya. Ia tidak

dengan tegas menolak kontesnya. Hanya bajunya yang dia

persoalkan.”

“Bukankah itu saran yang bagus Pak Kiai?”

“Saran itu tidak cukup dan tidak mendasar. Yang mendasar pada

masalah kontes Miss World ini adalah konsep dan cara pandang

terhadap manusia dan martabatnya. Ini kontes tubuh manusia!

Yang ikut kontes itu manusia; bukan anjing atau kucing. Kita

orang Muslim punya cara pandang yang khas terhadap manusia.

Seorang manusia disebut manusia karena akalnya, karena jiwanya.

Kita memberikan nilai tinggi kepada manusia juga karena

ketinggian iman, akhlak, dan amalnya. Kata Nabi saw:

sebaik-baik manusia adalah yang memberikan kemanfaatan kepada

manusia. Pada dasarnya, orang cantik, jelek, normal, cacat, itu

kehendak Allah.  Itu bukan prestasi. Kecantikan itu anugerah

dan sekaligus ujian dari Allah. Karena itu, tidak patut

dilombakan! Jangan kamu buat, misalnya, kontes mulut

termonyong, lomba bibir terlebar, dan sebagainya! ”

“Tapi, Pak Kiai, bukankah yang dinilai dalam Miss World bukan

hanya kecantikannya, tapi juga kecerdasan dan perilakunya?”

“Ha… ha... ha… Sangidi… Sangidi…!  Cobalah pikir! Sederhana 

saja! Di Indonesia ini, perempuan yang memiliki prestasi

kecerdasan tinggi itu berjubel; ribuan jumlahnya. Mereka-mereka

sudah mengharumkan nama bangsa di berbagai forum ilmiah

internasional. Mereka melakukan riset-riset ilmiah dan sukses

membuat temuan-temuan hebat di bidang ilmu pengetahuan.

Prestasi intelektualnya jauh di atas perempuan yang terpilih

jadi miss Indonesia itu!”

“Peserta Miss World ini juga harus punya proyek sosial, Pak

Kiai, bukan kecantikan saja yang dinilai?” Sangidi masih

berusaha meyakinkan gurunya.

“Itu juga bukan hal yang inti, Sangidi! Kalau mau cari

perempuan Indonesia yang sangat mulia, yang berjasa besar

kepada keluarga dan masyarakatnya, terlalu banyak di negeri

ini. Bukan sekedar buat proyek insidental. Bukan sekedar show

amal, tapi kehidupan mereka sehari-hari sudah bergelut dengan

kerja-kerja mulia untuk kemanusiaan.”

Sangidi terdiam. Ia sebenarnya memahami logika Kiainya. Tapi ia

belum bisa menerima logika itu sampai harus membatalkan Miss

World di Indonesia. Sebab, faktanya, Miss World memang

mendatangkan manfaat. Indonesia jadi lebih dikenal dunia.

Peserta Miss World pun ikut mempromosikan budaya Indonesia.

Jadi, kecantikan punya nilai tambah tersendiri. Cukup lama

Sangidi merenung di depan Sang Kiai. Hatinya bergolak. Ia sudah

terlanjur menulis dalam blog-nya, bahwa kontes Miss World di

Indonesia kali ini benar-benar membawa manfaat bagi bangsa.

“Begini Pak Kiai…. Indonesia ini kan bukan negara Islam.

Mengapa Pak Kiai selalu bawa-bawa Islam untuk menilai kontes

Miss World? Ini kan masalah bangsa?”

“Siapa yang mengatakan Indonesia bukan negara Islam? Kalau

bukan negara Islam, lalu Indonesia negara apa?  Apa negara

kafir?  Kamu mikir,  Sangidi! Jangan hanya ikut-ikutan buat

pernyataan seperti orang-orang yang kurang memahami sejarah

bangsa kita!”

“Lho apa memangnya, Indonesia ini negara Islam, Pak Kiai?”

“Dengar baik-baik ya, Sangidi! Indonesia ini negara berdasar

atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan sudah ditegaskan oleh para

perumusnya, bahwa Tuhan Yang Maha Esa  itu adalah Allah

Subhanahu Wata’ala, sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD

1945 alinea ketiga. Juga latar belakang rumusan Ketuhanan Yang

Maha Esa itu adalah sebagai ganti dari tujuh kata yang dihapus

dalam Piagam Jakarta. Ringkasnya, Indonesia ini Negara berdasar

atas Tauhid, sebagaimana konsep Islam. Itu ditegaskan dalam

Munas Alim Ulama NU tahun 1983 di Situbondo!”

“Tapi Pak Kiai, itu kan menurut Pak Kiai yang Islam. Bagaimana

dengan warga Indonesia yang beragama lain?”

“Kamu itu orang Islam atau bukan!? Bukankah seharusnya kamu

berpikiran semacam itu, sebagai orang Islam. Kalau soal orang

non-Muslim, itu urusan mereka. Kita hormati cara berpikir

mereka.”

“Ya benar. Hanya saja, Pak Kiai… kita ini kan warga Negara

Indonesia yang plural, tidak bisa memaksakan nilai-nilai Islam

kita kepada yang lain?”

“Yang memaksakan itu siapa?  Kita tidak memaksa siapa-siapa.”

“Itu buktinya, Kiai memaksakan kontes Miss World dibatalkan!”

“Penyelenggara yang memaksakan kontes munkar itu diadakan di

Indonesia. Mereka tidak sensitif dengan aspirasi umat Islam

Indonesia. Di Masa Pak Harto, mengirimkan wakil ke Miss-miss-an

seperti itu saja dilarang. Apalagi jadi tuan rumahnya! Ini

sangat keterlaluan, mentang-mentang punya uang dan media! 

Acara ini juga sangat mudah memicu prasangka dan konflik

bernuansa ras dan agama. Ini yang tidak kita kehendaki. Karena

itu, jauh-jauh sebelum acara ini berlangsung, saya sudah

mengingatkan penyelenggara, baik lewat tulisan atau pun lobi. 

Jangan teruskan acara ini! Jangan merusak dan memecah belah

bangsa kita dengan cara-cara yang akan memunculkan kontroversi.

Karena itu, kami para pimpinan pesantren,  tidak tinggal diam!

Itu makanya saya turun langsung berdemonstrasi memprotes acara

Miss World ini!!!!!”  suara Kiai Marwan agak meninggi.

“Apa Pak Kiai mau memaksakan untuk dibatalkan, padahal

pemerintah pun sudah melokalisasi acara ini di Bali!”

“Orang seperti saya ini tidak punya kuasa. Bagaimana mau

memaksakan? Yang memaksakan itu yang punya uang, yang punya

televisi, yang punya keberanian menantang Tuhan! Yang

bertanggung jawab dunia akhirat itu ya Pak SBY dan para pejabat

di bawahnya.  Saya hanya menyampaikan aspirasi sekuat tenaga

dan pikiran. Terserah pemerintah dan panitia penyelenggara mau

dengar atau tidak!”

“Maaf, Pak Kiai, apa tidak sebaiknya Pak Kiai menerima

kenyataan, bahwa masyarakat kita sekarang sangat sulit menerima

pemahaman seperti Pak Kiai ini. Pak Kiai akan dianggap makhluk

aneh, karena pada umumnya manusia senang melihat tontonan yang

melibatkan orang-orang cantik.  Bahkan, sekarang, artis-artis

jauh lebih popular daripada ulama. Apa Pak Kiai tidak bisa

berkompromi sedikit?”

“Kebenaran itu, Sangidi, tidak bisa dikompromikan.  Kita harus

menyatakan yang haq itu haq, yang benar itu benar. Katakan

saja, meskipun itu pahit; begitu pesan Nabi kita, Nabi Muhammad

saw. Dan saya yakin, kebenaran itu pasti ada pendukungnya.

Mungkin tidak banyak. Tapi, yang sedikit itu, jika serius, akan

mampu memimpin yang banyak. Anak babi itu banyak; anak singa

sedikit. Tapi, anak singa makan babi… he he he….”  Kiai Marwan

tertawa lirih sambil senyum-senyum memandangi Sangidi yang

mulai salah tingkah.

“Kamu kenapa sih Sangidi…. Kok kelihatan gelisah. Kamu kan

tidak ada hubungan apa-apa dengan panitia Miss World?”

“Maaf… maaf… Pak Kiai, benar-benar saya minta maaf ya Pak

Kiai…. Saya ke sini sebenarnya ada maksud membawa amanah dari

seseorang yang meminta saya melunakkan pendapat Pak Kiai soal

Miss World ini…”

“Ya, saya sudah menduga… tidak biasa-biasanya kamu datang ke

sini, sejak lulus pesantren dua tahun lalu…saya menduga pasti

kamu membawa misi sesuatu! Terus, … kamu sendiri bagaimana

sikapmu terhadap kontes Miss World ini.”

 “Saya coba pikir-pikir Pak Kiai. Saya baru mendengar hujjah

yang agak jelas tentang masalah ini.”

“Begini Sangidi, kuncinya ada di hatimu; kuncinya pada

kejujuranmu. Apa kamu jujur?  Apa kamu jujur kalau kamu Muslim?

Apa kamu jujur dengan ikrarmu, dengan syahadatmu; bahwa Allah

itu Tuhanmu, bukan cukong penyandang danamu; bukan hawa

nafsumu! Apa kamu masih jujur dengan ikrarmu. Apa kamu masih

mengakui Nabi Muhammad saw itu suri tauladan dan idolamu; apa

idolamu sudah berubah menjadi Che Guevara atau Hartawijaya?

“Ya Pak Kiai, saya jujur insyaAllah! Tapi, kan ini masalah

bangsa Pak Kiai? Bukan sekedar masalah agama saja! Ada yang

bilang, secara hukum positif di Indonesia, tidak ada yang

dilanggar dalam kontes Miss World. Bagaimana itu Pak Kiai?”

“Saya tidak habis pikir, jika yang ngomong seperti itu orang

Islam.  Di Indonesia ini, menurut hukum positif, berzina saja –

asal suka sama suka dan sama-sama dewasa – tidak melanggar

hukum positif. Apa lalu orang boleh berzina, karena tidak

melanggar hukum positif? Cari pasal dalam KUHP, apa ada

larangan masuk masjid dengan mengenakan bikini!!! Sudahlah

Sangidi… kamu harusnya sering-sering silaturrahim ke sini. Kamu

sudah terlalu banyak bergaul dengan orang-orag liberal, sampai

pikiranmu mulai rusak; tidak bisa lagi membedakan mana yang

salah dan mana yang benar.  Hati-hati, kamu sepertinya sudah

mulai terbuai dengan pujian dan sedikit popularitas yang kamu

nikmati sekarang!”

Sangidi terdiam. Ia tak sanggup lagi menatap wajah gurunya.

Kata-kata Kiai Marwan seperti menyayat-nyayat perasaannya.

“Doakan saya Pak Kiai, semoga saya masih bisa istiqamah!”

“Saya selalu mendoakan. Tapi, kamu sendiri harus punya niat

untuk tidak sesat!”

“Baik, Pak Kiai… saya mohon ijin untuk pamit,”  Sangidi

mengakhiri ucapannya.

“Ya, jaga diri. Ingat orang tuamu, berharap kamu jadi anak

shalih!”

Sejurus kemudian, sebuah sedan hitam metalik, membawa Sangidi

meninggalkan pesantren.*/Depok, 16 September 2013

Penulis adalah Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan

Islam—Universitas Ibn Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan (CAP)

hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com. 

Nama-nama yang disebut dalam tulisan ini hanya fiktif belaka