for better life Headline Animator

Saturday 28 September 2013

Dibalik Insiden CT tunjuk SBY : Persembahan Terakhir Untuk VOC & Obama

Ramai diberitakan di jejaring sosial terkait foto Chairul Tanjung menunjuk dengan tangan kirinya pada SBY, namun ada yang lebih menarik daripada insiden foto tersebut, apa itu?

Sebelum mengulas fakta dibalik berita, kami ulas mengenai foto yang ramai diperbincangkan.

Mengenai foto, jejaring sosial dan media nasional memberitakan foto dalam sebuah ruangan, dimana Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung alias CT, yang tengah menunjuk dengan tangan kirinya ke arah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sementara, Presiden SBY berdiri di dekat pintu masuk, didampingi Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan pejabat terkait lain. Kapasitasnya saat itu CT menjadi salah satu panitia acara KTT APEC Foto tersebut beredar di media sosial, Rabu (25/9/2013).

Tatapan mata Presiden, Ibu Negara, dan sebagian anggota rombongan tampak mengarah ke CT, yang menunjuk menggunakan tangan kiri.

Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha mengatakan, foto tersebut diambil ketika CT mendampingi Kepala Negara, meninjau ruang yang akan digunakan untuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-8 Negara-Negara Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC di Nusa Dua, Bali, Selasa (24/9/2013) lalu.

Lalu apa yang menarik dibalik Insiden CT tunjuk SBY?

Tahukah Anda?

Menurut narasumber kami di Pertamina, salah satu agenda penting dalam pertemuan APEC di Bali awal Oktober 2013 nanti adalah penandatanganan perpanjangan kembali Kontrak Karya Freeport, yang akan disaksikan Presiden AS Barrack Obama dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Persembahan terakhir atau memang mencari dukungan dan restu Obama?

Lalu apa manfaatnya buat Trah SBY?

Dahulu, ketika SBY menjabat sebagai Mentamben (Menteri Pertambangan & Energi) ia mendirikan 20 perusahaan Migas, dari total 30 perusahaan migas di Indonesia. Akibatnya pengelolaan minyak dan gas di Tanah Air sangat merugikan bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan, pengelolaan dikuasai oleh asing dan dominasi keluarga SBY.

"Undang-undang Migas kita 89 persen memberikan kewenangan penuh pengelolaan Migas kepada asing. Ini sangat merugikan bangsa Indonesia," jelas Din dalam ceramah Koordinasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Jabar, DKI Jakarta, dan Banten, di Cirebon, Jumat (23/3/2012).

    Dahulu, ketika SBY menjabat sebagai Mentamben (Menteri Pertambangan & Energi) ia mendirikan 20 perusahaan Migas, dari total 30 perusahaan migas di Indonesia.

Apa yang salah dengan kontrak karya Freeport tersebut?

1. RENEGOSIASI kontrak pertambangan adalah tugas konstitusional negara agar keuangan negara bisa dipertanggungjawabkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dan hak menguasai negara atas kekayaan alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

2. Renegosiasi kontrak karya Freeport salah satu yang berlangsung alot. Padahal menurut Wamen ESDM, Susilo Siswoutomo, renegosiasi KK PTFI adalah prioritas.

3. Pemerintah harusnya tak perlu gentar karena materi renegosiasi adalah mandat konstitusi dan hukum di mana Freeport telah melakukan pelanggaran.

4. Terkait luas dan jangka waktu pertambangan. Putusan Mahkamah Konstitusi atas Permohonan Uji Materi UU Penanaman Modal menyatakan "tidak boleh terlalu luas dan terlalu lama" karena berpotensi hilangnya kedaulatan negara dan kedaulatan termasuk di dalamnya adalah tidak boleh perpanjangan di muka sebagaimana KK PT.FI yang bisa otomatis diperpanjang.

5. Terkait royalti. Royalti emas PTFI sebesar 1% bertentangan dengan PP 45 Tahun 2003 dan PP 9 Tahun 2002.

6. Terkait smelter. Jika PTFI enggan membikin smelter maka merupakan pelanggaran terhadap kontrak karya dan pelanggaran terhadap UU Minerba.

7. Terkait divestasi. Dengan adanya mandat pasal 33 UUD 45 yaitu Hak Menguasai Negara guna melindungi tujuan sebesar-besar kemakmuran rakyat, maka seharusnya pemerintah, Pemkab dan atau BUMN memiliki saham yang signifikan  di PTFI.

8. Suku Amungme dan Suku Komoro sebagai pemilik tanah adat yang dipakai penambangan PTFI sebagai bentuk rekognisi sebagaimana diakui PTFI dalam MoU Tahun 2000 antara PTFI dengan Lemasa (Lembaga Masyarakat Adat Suku Amungme) dan Lemasko (Lembaga Masyarakat Adat Suku Komoro)  seharusnya dilibatkan dalam renegosiasi.

9. Gugatan IHCS untuk pembatalan KK PTFI kini masih menunggu putusan Banding di PN Jaksel. Pada tahun 2009-2010 perwakilan 4 wilayah adat suku Amungme mempersoalkan pelaksanaan MoU Tahun 2000 dengan gugatan intervensi di PN Jaksel dan mengadu ke Komnas HAM.

Data dan Fakta : Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia Bentuk Penjajahan ‘VOC Modern’ (1967-2041)

Sejarah kontrak karya : 1936 – Jacques Dozy menemukan cadangan ‘Ertsberg’. 1960 – Ekspedisi Forbes Wilson untuk menemukan kembali ‘Ertsberg’. 1967 – Kontrak Karya I (Freeport Indonesia Inc.) berlaku selama 30 tahun sejak mulai beroperasi tahun 1973. 1988 – Freeport menemukan cadangan Grasberg. Investasi yang besar dan risiko tinggi, sehingga memerlukan jaminan investasi jangka panjang. 1991 – Kontrak Karya II (PT Freeport Indonesia) berlaku 30 tahun dengan periode produksi akan berakhir di tahun 2021, serta kemungkinan perpanjangan 2x10 tahun (sampai tahun 2041).

Apa kritik dari Kontrak Karya Freeport?

Kritik utama atas KK Freeport adalah kecilnya royalty yang diterima oleh Indonesia. Untuk tembaga, royalty sebesar 1,5% dari harga jual (jika harga tembaga kurang dari US$ 0.9/pound) sampai 3.5% dari harga jual (jika harga US$ 1.1/pound). Sedangkan untuk emas dan perak ditetapkan sebesar 1% dari harga jual.

Selain itu, KK pertama Freeport mendapatkan kritik karena bertentangan dengan UU No 5/1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria. Dalam UU tersebut, Negara mengakui hak adat sedangkan KK I Freeport, memberikan konsesi yang terletak di atas tanah adat. Bahkan dalam satu klausul KK nya, Freeport diperkenankan untuk memindahkan penduduk yang berada dalam area KK nya.

Masalah lingkungan adalah masalah yang paling sering disorot. Dikutip dari situs http://www.jatam.org, “tanah adat 7 suku, diantaranya amungme, diambil dan dihancurkan pada saat awal beroperasi PTFI. Limbah tailing PT FI telah meniumbun sekitar 110 km2 wilayah estuari tercemar, sedangkan 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa beracun dan 133 km2 lahan subur terkubur. Saat periode banjir datang, kawasan-kawasan suburpun tercemar Perubahan arah sungai Ajkwa menyebabkan banjir, kehancuran hutan hujan tropis (21 km2), dan menyebabkan daerah yang semula kering menjadi rawa. Para ibu tak lagi bisa mencari siput di sekitar sungai yang merupakan sumber protein bagi keluarga. Gangguan kesehatan juga terjadi akibat masuknya orang luar ke Papua. Timika, kota tambang PT.FI, adalah kota dengan penderita HIV AIDS tertinggi di Indonesia”

    Timika, kota tambang PT.FI, adalah kota dengan penderita HIV AIDS tertinggi di Indonesia”

Masalah lain adalah masalah HAM. Banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi di wilayah kerja Freeport yang ditengarai dilakukan untuk menjamin keberlangsungan operasional perusahaan

Selain royalty yang besarnya kurang dari zakat 2,5% tersebut, apa ada royalty lain yang diberikan ke pemerintah ?

Selain royalty yang besarnya sudah diatur dalam KK, Freeport memberikan royalty tambahan (mulai 1998) yang besarnya sama dengan royalty yang diatur dalam KK (untuk tembaga)dan dua kali untuk emas dan perak. Royalti tersebut diberikan untuk sebagai upaya dukungan bagi pemerintah dan masyarakat local. Royalti tambahan ini diberikan apabila kapasitas milling beroperasi diatas 200.000 metric ton/hari. Pada tahun 2009, kapasitas mill mencapai 235 ribu metric ton/hari

Berapa total royalty yang sudah dibayarkan oleh Freeport?

Berdasarkan laporan keuangan Freport McMoran 2009, total royalty (royalty KK dan additional royalty) sebesar US$ 147 juta (2009), US$ 113 juta (2008) dan US$ 133 juta (2007)

SEKILAS FREEPORT MCMORAN COPPER & GOLD INC

Siapa itu Freeport McMoRan Copper & Gold Inc ?

Freeport McMoRan adalah induk dari PT Freeport Indonesia (PTFI). Freeport McMoRan menguasai 90.64% saham PT. FI dimana sisanya dikuasai oleh pemerintah Indonesia. Penguasaan saham tersebut sebesar 81.28% secara langsung dan 9.36% melalui anak perusahaan, PT Indocopper Investama

Seberapa besar Freeport McMoRan di USA?

Berdasarkan survey majalah Fortune, Freeport McMoRan berada pada posisi 154 untuk perusahaan dengan pendapatan terbesar. Pendapatan Freeport McMoRan sebesar US$ 15,040 juta dan Laba sebesar US$ 2,749 juta. Posisi pertama dipegang oleh Wall Mart dengan nilai penjualan sebesar US$ 408,214 juta dan keuntungan sebesar US$ 14,335 juta.

Namun berdasarkan profit margin (rasio laba dibagi pendapatan), posisi Freeport McMoRan melonjak tajam dari 154 ke posisi 32 dengan rasio laba terhadap penjualan sebesar 18%. Posisi ini nomor dua di kelompok pertambangan setelah Occidental Petroleum (19%)

Jelas, Freeport McMoRan adalah perusahaan raksasa yang sangat menguntungkan. Total aset Freeport McMoran per Desember 2009 sebesar US$ 25 Milyar (atau Rp 225 Triliun, hampir 1/4 APBN kita)

Seberapa penting tambang PT.FI (di Papua) bagi keuntungan Freeport McMoRan?

Dalam Laporan Keuangan 2009, Freeport McMoRan melaporkan penjualan tembaga sebesar 4,1 Milyar pound (sekitar 1.8 Milyar kg) dan penjualan emas sebesar 2.6 juta ounces (sekitar 74 ribu kg)

    Dari penjualan tersebut, tambang di Papua menyumbangkan sekitar 34% untuk tembaga dan 96% untuk penjualan emas. Dengan hasil ini, PTFI merupakan “primadona bagi Freeport McMoRan.

Seberapa besar cadangan tambang PTFI (di Papua) dibandingkan cadangan Freeport McMoRan di lokasi lain?

Dalam Laporan Keuangan 2009, Freeport McMoRan melaporkan cadangan tembaga sebesar 104.2 Milyar pound (sekitar 47.2 Milyar kg) dan cadangan emas sebesar 37 juta ounces (sekitar 1 juta kg)

Dari cadangan tersebut, tambang di Papua menyumbangkan cadangan sekitar 33% untuk tembaga dan 96% untuk cadangan emas. Tanpa PTFI, Freeport McMoRan akan kehilangan 1/3 penjualannya.

Data penjualan diatas kan dalam pound/ounce. Jika dinilai dalam US$ menjadi berapa?

Berikut adalah nilai penjualan dalam US$ yang dibukukan selama tahun 2009

Dari table diatas, terlihat bahwa penjualan dari Indonesia, mencapai hamper 39% dari keseluruhan penjualan dalam US$. Jika dinilai dalam rupiah (dengan kurs 9 ribu), maka penjualan dari PT.FI mencapai Rp 53 Triliun!!

Selain data diatas yang menunjukkan PT.FI sebagai primadona Freeport McMoRan, data apalagi yang menunjukkan bahwa operasional di PT.FI sangat menguntungkan?

Data diatas adalah data dilihat dari penjualan dan produksi. Dari kedua data diatas, terlihat sumbangan besar PTFI bagi “kemakmuran Freeport McMoRan”. Jika dilihat dari data cost per pound tambang yang diperoleh (semuanya termasuk tembaga/emas/perak/myolebdenum) maka unit cost tambang di Papua adalah terendah di antara semua tambang Freeport McMoRan.

Unit cost per pound berkisar US$ 0.49. Bandingkan dengan North America yang mencapai US$ 1.11/pound dan South America yang berkisar US$ 1.12/pound. Untuk tahun 2010, unit cost di Indonesia bahkan mencapai US$ 0,1 per pound.

Jadi, tambang di Papua (Grassberg) sangat-sangat menguntungkan Freeport McMoRan. Sudah cadangannya paling besar, ada kandungan emas (yang nilainya sangat besar) ditambah lagi unit cost nya yang paling rendah.

Lalu buat Indonesia? lagi-lagi pemimpin kita tunduk pada Amerika sang VOC modern dengan dukungan agenda zionist internasional. Inikah persembahan terakhir beliau ataukah melanggengkan kekuasaan Trah SBY? Ironis (ikhlas/voa-islam/dbs)

Amien Rais : Jangan Menjadikan Orang Kafir Sebagai Pemimpin

Selama ini banyak aktivis Islam menilai Amien Rais sudah tamat, sudah gagal secara politik, terjerumus dalam pluralisme, dituduh mencari aman di balik punggung rezim.

Tapi sebagai kader Muhammadiyah, sebagai mantan Ketua PP Muhammadiyah, ternyata Amien Rais masih punya taji, resistensi, dan militansi. Itu terbukti dari isi ceramahnya yang cukup “radikal” di hadapan kader-kader Muhammadiyah Yogya, dalam acara “Rapat Kerja dan Dialog Pengkaderan” tanggal 23-24 Februari 2013. 

Ceramah yang kemudian ditranskrip itu dimuat di sebuah media internal milik Muhammadiyah. Dalam ceramahnya Pak Amien sempat bilang, “Nah, ini cuma sekedar cerita, ini tidak boleh keluar di wartawan.” Pembaca bisa baca sendiri kira-kira apa isi ceramah itu.

Karena isinya sangat penting, kami para jurnalis minta maaf ke Pak Amien, kalau ceramahnya akhirnya keluar juga ke tengah publik. Bukan tak menghargai privasi Prof. Amien, tapi kayaknya Umat perlu tahu gagasan-gagasan beliau. 

Berikut ini kami kutipkan pernyataan-pernyataan Prof. Dr. H. Amien Rais dari ceramah yang ditranskrip menjadi tulisan berjudul, Kader Muhammadiyah di Pentas Politik. Karena panjangnya artikel, hanya dikutip bagian-bagian tertentu saja yang dipandang sangat urgen diketahui Umat Islam. Selamat menyimak, semoga mencerahkan!

 1. FONDASI AKIDAH

Saya akan membicarakan masalah yang mendasar terlebih dulu, bahwa kita ini sebagai orang beriman diperintahkan di dunia ini, hanyalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. “Tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadat kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56)

Dalam pandangan orang Islam, hidup kita ini adalah bulat, tidak terbagi-bagi. Misalnya ini yang sekuler dan itu yang non sekuler, ini yang transenden dan itu yang intransenden.

Hal ini disebabkan, kita sudah memproklamasi  dan mendeklarasikan, bahwa shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, aku persembahkan kepada Allah Tuhan semesta alam. Ini sudah jelas sekali.

Karena the core of our lives must be based on tauhid.  Nabi kita itu pelanjut dari millah, agama, tradisi, keyakinan, dari nabi-nabi sebelumnya. (Kutipan hal. 18-19).

2.  ANTI PLURALISME

Dalam hal ini saya wanti-wanti, karena kelompok non Muslim pandai sekali mencari istilah, yang enak dan sejuk didengar, yaitu pluralism atau kemajemukan.

Jangan sampai kita terseret gara-gara istilah kemajemukan itu kemudian menyangka semua agama itu seperti madzhab-madzhab yang mencari kebenaran di puncak gunung, dan boleh melewati lereng utara, lereng selatan atau barat, yang akhirnya akan sampai juga ke puncak.

Orang-orang keblinger itu seolah-olah menyatakan, bahwa semua agama itu sama.

Yang perlu digarisbawahi adalah, dari bacaan kita di koran, internet, dan sebagainya, ada semacam angin yang menyapu berbagai negeri Muslim yaitu angin pluralisme.

Sedihnya kemudian sebagian intelektualnya seperti kerbau tercocok hidungnya, tanpa menggunakan daya kritis ikut melambungkan paham pluralisme itu.

Padahal sekali kita menerima pluralisme tanpa kaca mata yang kritis, seperti kita mengerek agama Allah yang kaffah, yang diridai Allah itu, turun dari tingkat yang tinggi, seolah-olah agama kita sama dengan agama-agama yang lain.

Kadang kita tidak sadari, bahwa dengan ikut paham kemajemukan itu, kita justru sedang menurunkan martabat level agama Allah yang sempurna ini turun ke bawah, sama dengan Hindu, Budha, Kristen, Protestan, dan lain-lain.

Jadi kalau Allah mengatakan, kita harus mengimani wahyu yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim, Nabi Isa, dan lain-lain, itu bukan berarti agama lain itu sama dengan agama kita. Karena Allah juga mengatakan, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu, hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al Baqarah: 120) (Kutipan hal. 19).

Kita ini tak boleh gegabah. Kalau anda dipuji-puji oleh orang “walan tardho” (Yahudi-Nashrani) itu jangan malah bangga. “Wah, aku pluralis.” Jangan, itu beracun. Saya punya seorang teman dekan dulu (dia dipuji sebagai Muslim pluralis). Saya jawab, “Loh, anda itu dipuji-puji begitu berarti kan Islamnya tipis, jadi komitmennya juga tipis to? Lha itulah, mereka senang dengan anda, karena anda tidak mungkin macam-macam.” (Kutipan hal. 22)

3.   KERISAUAN

Muhammadiyah telah berumur satu abad. Alhamdulillah masih segar, tetapi kalau kita mau jujur, kita ini telah mengalami kekalahan. Tahun 1950-an jumlah umat Islam itu 92 % dan sekarang tahun 2000-2013 sekitar 86 %. Sehingga ada kemerosotan sekitar 6 %. Maka jika kemerosotan ini berlanjut, jangan-jangan 200 tahun lagi umat Islam akan tinggal 70 %.

Walaupun sesungguhnya sudah ada indikator kekalahan kita dalam perlombaan dakwah, yakni melakukan perebutan wilayah keagamaan di dalam wilayah bangsa besar yang kita cintai ini. Pendidikan dan hal-hal lain kita memang semakin bertambah, tetapi sesungguhnya secara komparatif, baik quality ataupun quantity, kita itu masih kalah.

Jumlah sekolah Islam dan sekolah Kristen, masih banyak sekolah Kristen. Jumlah RS MUhammadiyah dan rumah sakit mereka (Kristen), juga masih banyak mereka. Dan jumlah per kepala pun mereka terus bertambah, sedangkan kita turun dalam kurun waktu beberapa waktu ini. (Kutipan hal. 19)

4.   MENGABAIKAN SYIAR JIHAD

Bahkan saya sering mengatakan, bahwa Muhammadiyah itu diam-diam juga mempraktikkan bid’ah. Kita sering mengatakan NU bid’ah, tapi kita kadang-kadang tidak terasa juga bid’ah, cuma bid’ah mengurangi (al ibdtida’u bil nuqshan). Dimana pengurangannya? Kita tidak sadar, kita tidak tahu, karena kita merasa tidak pernah melakukannya.

Tapi lihat dalam training-training Muhammadiyah atau Aisyiyah, atau di beberapa even Muhammadiyah, hampir jarang dibahas atau didorong tentang konsep Al Qur’an yang namanya Al Jihad. Kita itu sepertinya dengan konsep jihad, kalau alergi tidak, cuma sudah cukupkah jihad itu dengan teologi Al Ma’un.

Sejak saya kecil Al Ma’un, saya di IMM Al Ma’un, saya jadi ketua PP Muhammadiyah Al Ma’un, dan sampai sekarang Alhamdulillah juga masih tetap Al Ma’un. Itu betul dan tidak salah.

Teori Al Ma’un itu tetap, tapi harus kita tambah lagi, karena yang namanya jihad itu jumlahnya sebanyak kata zakat. Kenapa kita berani membicarakan soal zakat dan lain-lain, tetapi soal jihad itu tidak pernah kita ucapkan. (Kutipan, hal. 20)

5.   IKHWANUL MUSLIMIN

Saya bukan pengagum Al Ikhwan, tapi saya kira Al Ikhwan itu betul. Misalnya, (semboyan mereka): Allahu Ghayatuna (Allah tujuan kami), Ar Rasulu Qudwatuna (Rasulullah teladan kami), Al Quran Dusturuna (Al Qur’an landasan hukum kami), Al Jihad Sabiluna (Jihad jalan kami), Syahid fi Sabilillah Asma Amanina (mati Syahid di jalan Allah, cita-cita kami yang tertinggi).

Jadi mengapa Al Ikhwan seperti bergerak terus sampai ke Yordania, Eropa, Amerika, dan seterusnya. Mungkin karena kata jihad itu tidak dijauhi. Jadi kritik kita ke dalam, tiap kali kita baca Al Qur’an, jihad tidak pernah dibahas. Mungkin ini untuk para kader juga perlu dipahami. (Kutipan hal. 20)

6.  PARTISIPASI POLITIK

Pada zaman Bung Karno dulu politik adalah panglima. Jika kita berbicara di tingkat realitas, justru memang politik itu adalah panglima. Definisi politik itu sebenarnya: politics is who gets what, when, and how (politik itu siapa dapat apa, kapan, dan bagaimana).

Cuma karena kita orang beriman, kita tambah dengan why. Karena hal ini merupakan niat, innamal a’malu bin niyat. Politik itu sebenarnya adalah alokator dari segenap keperluan hidup manusia, dengan keputusan modern.

Membangun itu bukan keputusan ekonomi, itu keputusan politik. Kita biarkan atau kita awasi kegiatan Zending (Kristenisasi) orang-orang asing, itu politik. Kita mau meminjam uang IMF atau Bank Dunia, itu politik.

Mengapa HPH yang sekian ratus hektar itu kita berikan si fulan dan bukan si fulan? Sekarang Papua ingin merdeka, itu juga merupakan political decision. Menghadapinya bukan dengan Tahlilan atau doa bersama; tapi juga dengan liku-liku aksi politik.

Pada waktu reformasi, hanya dengan dua atau tiga partai yang mulai berbicara di tingkat power sharing, kita bisa mendudukkan tiga anggota Muhammadiyah menjadi Menteri Pendidikan, Pak Yahya Muhaimin, Malik Fadjar, dan Bambang Soedibyo.

Tetapi sekarang untuk mendapatkan uang ratusan juta saja, kita ini berat? Karena apa? Karena politik itu alokasi, alokasi APBN, alokasi apapun itu namanya politik.   

Saya ingin mengatakan, bahwa di lembar abad kedua ini kita perlu menambah wawasan kita. Apa yang sudah kita warisi dalam hal education and health terus kita tambah, tapi kita juga harus melakukan pencak silat politik, karena Islam itu kaffah.

Kita diberi Allah untuk memperkuat dunia kita ini, supaya kita di waktu mendatang bisa bersyukur dan berbahagia, bahwa Muhammadiyah itu semakin kuat, tidak lagi pinggiran.

Saya ingin Muhammadiyah tidak lagi marginal, tidak di peran pinggiran, tidak lagi menjadi penonton, tapi harus di tengah. Bukan hanya penonton, tetapi Muhammadiyah itu harus memegang kanvas, ikut melukis masa depan Indonesia.

Kalau kita ikut melukiskan, paling tidak kalau terlalu merah bisa ikut kita mudakan (warnanya), terlalu kuning bisa kita agak dekatkan ke hijau warna Islam.

Atau kalau memegang pahat, bisa ikut mengukir bersama anak bangsa yang lain, untuk masa depan negeri kita ini. Tetapi jika hanya menonton, maaf hanya plonga-plongo, maka akan sangat menyakitkan. (Kutipan hal. 20-21)

7.  MENGAMBIL ORANG KAFIR SEBAGAI PEMIMPIN

Pertama-tama, kita harus mencamkan, bahwa kita ini anak-cucunya Nabi Ibrahim, anak cucunya Nabi Adam, dan sebagai pewarisnya, (kita) jangan sampai tidak punya keinginan untuk memegang imamah.

Jadi pemimpin umat manusia yang beragama Kristen, Katolik, Kong Hu Chu, Nasrani, Zoroaster, PKI, dan lain sebagainya itu; pemimpinnya seharusnya orang beriman. Tetapi (janji Allah tentang imamah pada Surat Al Baqarah 124) tidak pernah sampai, tidak pernah mengenai orang-orang yang masih zalim.

Orang zalim itu orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri, sudah tahu korupsi itu tidak boleh, malah nekat; sudah tahu bohong itu gak boleh, malah nekat.

Bahwa kepemimpinan ini amat sangat penting. Kalau menurut saya, dari Al Qur’an itu orang beriman menjadi imaman lil muttaqin dan imaman lin naas (lihat Surat Al Furqan: 74).

Nah sekarang saya beritahu, kesalahan fatal umat Islam di muka bumi, kesalahan fatal UII (Umat Islam Indonesia), kesalahan fatal umat Muhammadiyah, barangkali karena tidak memperhatikan pesan-pesan Al Qur’an.

Allah berfirman: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambil orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu; sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al Maa’idah: 51)

(Jangan menjadikan Yahudi dan Nasrani) tempat berlabuhmu, tempat bersandarmu, tempat referensimu. Yahudi dan Nasrani itu sokong-menyokong untuk menggencet orang Islam. Itu sudah jelas untuk menghancurkan umat Islam.

Saya sudah menjelajah dunia Islam ini, saya sudah dari Malaysia sampai Merauke, dari Thailand sampai Uzbekistan, kesalahannya mereka juga tidak menyimak pesan Al Qur’an itu.

Arab Saudi itu masih adem ayem kalau sama Amerika. “Itulah sekutu kami.” Padahal itu kan Yahudi dan Nasrani, sehingga ini yang menyebabkan kita tidak bisa kuat.

Pukulan telak dan kesalahan fatal, yaitu ketika Jokowi dan Ahok itu menang menjadi Gubernur DKI. Ini membuat saya agak resah, sampai mungkin tidak bisa tidur dua atau tiga malam. Karena saya tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. (Kutipan hal. 21).

 8.  TANGGUNG-JAWAB KEBANGSAAN

Kalau kita melihat Al Qur’an, kita tidak boleh menjadi pupuk bawang, jadilah lokomotif. Syuhada ‘alannaas. Syuhada itu orang di depan, jadi referensi, jadi teladan, jadi contoh, di depan. Sebab tidak mungkin syuhada kok di kanan atau di kiri. Syuhada itu selalu di depan.

Bagaimanapun seandainya kalian tahu jeroan-nya Indonesia ini, umat Islam itu betul-betul hanya hanya jadi penonton. Perbankan, pertambangan, perkebunan, pertanian, kehutanan, dikuasai dan digenggam oleh mereka (orang kafir). Umat Islam ini hanya diberi remah-remah kecil, tapi yang the big goal, the biggest share, itu mereka yang genggam.

Kita ini di samping sebagai kader yang memiliki kadar Islam dan niat yang mendalam, tapi sebagai orang yang hidup di suatu bangsa, tidak ada salahnya kita juga punya semangat wathoniyah, kebangsaan, atau ketanahairan. Pandu kita bernama Hizbul Wathan, partainya tanah air.

Kata Hasan Al Bana, wathoniyah itu sesuatu panggilan yang sangat alami. Wathoniyah itu adalah sesuatu yang naluriah.

Nabi itu ketika hijrah ke Madinah, betul-betul ingin kembali ke tumpah darahnya, kembali ke Mekkah. Kembali ke masa muda, kembali ke masa kecil, itu sesuatu yang sangat alami.

Di sini saya berbeda dengan orang-orang ekstrim itu, bahwa “kebangsaan itu taghut, Islam itu menyeluruh, tidak usah ada kebangsaan. Jadi negara bubarkan saja, tidak perlu ada negara, Khilafah Islamiyah saja”.

Tapi itu kan hanya dalam imagination, kenyataannya tidak ada. Tapi dalam kebangsaan ini, saya wanti-wanti, bahwa kebangsaan itu sesuatu yang alami acceptable, dapat kita terima; tetapi dalam hal kepemimpinan bangsa, kita tidak boleh main-main. Apalagi kemudian kita serahkan (kepemimpinan) kepada orang-orang yang laisa min hum (bukan golongan Islam).

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan teman kepercayaanmu orang-orang dari luar kalanganmu, (karena) mereka tak henti-hentinya menimbulkan kemadharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka, adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Ali Imran: 118)

Jadi masalah leadership itu sesuatu yang sentral. Kita cinta negeri ini, kita cinta bangsa kita, kita cinta tanah air kita. Kemudian yang penting adalah mengupayakan, bagaimana agar pimpinan itu ada pada kita, sehingga bangsa ini enlighten, disinari oleh agama Islam. (Kutipan hal. 22)

9.   MISSI MENEGAKKAN KEADILAN

Kemudian yang menyukai politik, yang memang terampil, biarlah masuk ke sana. Diharapkan mereka tidak kagetan, tidak gumunan, dan tidak gampang terjungkal hanya karena gebyar kilau dunia. Dalam hal ini ada cerita ringan.

Golkar itu dulu anak didiknya Pak Harto, jadi teman-teman Golkar dengan KKN itu lumayan dekat. Tapi Golkar itu mengelus dada melihat partai Islam (?) yang lebih pintar dan lebih ngawur dalam korupsi.

Saya lima tahun di MPR, teman-teman (Golkar) berkata, “Pak Amin, kami kalah Pak. Jam terbang kami sudah tiga dasawarsa, ini baru tiga tahun sudah luar biasa.” (Orang Golkar 30 tahunan korupsi dengan cara-cara yang “sopan”, tapi orang zaman reformasi baru 3 tahun memimpin cara korupsinya seperti orang kesetanan).

Kita punya kebangsaan yang harus kita kembangkan jadi kepemimpinan. Jangan lupa, dalam kebangsaan itu pun seluruh nilai Islam harus dimasukkan. Kita ini punya semboyan Amar Makruf Nahi Munkar. Itu bagus, tapi belum cukup. It is just good, but not good  enough.

Di samping Amar Makruf Nahi Munkar, kita juga (perlu) mengembangkan Ya’muru bil ‘Adli wa Nahyu ‘aniz Zulmi (memerintahkan berbuat adil, mencegah kezhaliman).

Samakah orang yang jadi budak tadi itu, yang tergantung pada bangsanya itu dengan orang yang menegakkan keadilan dan dia berada di jalan yang lurus?

Kalau Allah SWT memerintahkan orang beriman menegakkan keadilan, tentu sisi yang lain, adalah mencegah kezaliman. Syirik sendiri disebut kezaliman yang teramat besar. 

Muhammadiyah yang besar ini (perlu) memantau dari Papua sampai Aceh, kira-kira mana saja yang ada potongan jahitan yang bisa masuk ke gelanggang politik. Karena itu penting jangan jangan sampai ditinggalkan.

Kalau kita tidak masuk ke situ, kita seperti anak yatim piatu. Kita mau buat apapun, kalau payung politiknya tidak ramah, serba tidak bisa. Seperti Muhammadiyah di Bangkalan itu, tidak pernah bisa mengadakan Isra’ Mi’raj bersama-sama di gedung, karena (diganjal) bupati, sekda, dan lain-lain.

Dulu pernah ada menteri (pendidikan) namanya Daoed Joesoef. Waktu itu ada ratusan dosen yang mau (sekolah) ke luar negeri. Asal namanya Islam, dicoret. Walaupun tidak shalat, minum arak, kalau namanya Islam ya dihabisi. Seperti salah seorang kawan saya bernama Amirudin.   

Dulu karena kita tidak punya kekuatan politik, siswa SMA negeri yang memakai jilbab diundang kepala sekolahnya, disuruh lepas jilbab atau keluar. Sekarang kalau ada seperti itu, tentu kepala sekolahnya yang disuruh keluar, karena sudah tidak zamannya lagi (melarang siswi sekolah memakai jilbab).

Dalam hal kebangsaan itu, memang harus cerdas dan selalu berpegang kepada Al Qur’an. Dan kita menghadapinya dengan optimis. Semoga Muhammadiyah abad kedua ini tidak lagi di pinggir, tapi di mainstream. Tidak lagi tangan di bawah, tetapi tangan di atas. Kalau kita kuat, kita akan menghidupi banyak orang. SELESAI. (Kutipan hal. 22-23)

Catatan penyunting:

Tidak semua pernyataan dikutip, karena teks aslinya cukup panjang dan mempertimbangkan urgensinya. Tanda kurung dan judul tematik dari penyunting, biar lebih mudah memahami. Bagian-bagian yang isinya satu tema disatukan meski posisi agak berjauhan. Bentuk percakapan bahasa daerah dan font Arabic ditiadakan, agar lebih praktis. Tulisan asli berjudul: Dialog Bersama Amien Rais, Kader Muhammadiyah di Pentas Politik; sumber ceramah Prof.Dr. H. Amien Rais dalam acara dialog kader bertema “Rapat Kerja dan Dialog Pengkaderan” di Yogyakarta pada 23-24 Februari 2013. Teks asli disusun berdasarkan transkrip ceramah oleh redaksi media, NS.

Penyunting: Abdul Hanif Fadhli, Jakarta.

sumber:voa-islam.com

Thursday 19 September 2013

Mencegah Sebelum Parah

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

JANGAN remehkan yang tampaknya sepele. Bermula dari yang kecil, dapat berkembang menjadi besar dan menakutkan. Bermula dari permainan game elektronik yang ada di HP, jika dibiarkan, dapat menjadi kecanduan game online beserta segala dampak buruknya. Ada dampak terkait dengan jenis game yang dimainkan, ada yang terkait dengan kegiatan bermain game itu sendiri. Berawal dari game online, seseorang dapat menjadi obsesif, agresif, tertantang berjudi, atau penyakit mental lainnya.

Kecanduan sendiri bertingkat-tingkat, tetapi semuanya membawa madharat dan menyingkirkan maslahat. Pada tingkat paling ringan, anak (bahkan orang dewasa) akan banyak membuang waktu yang bermanfaat untuk memburu keasyikan dan menuruti fantasi. Pada tingkat yang lebih berat, banyak cerita yang dapat saya sampaikan betapa anak yang sangat cemerlang kecerdasannya pun bisa berubah 180 derajat. Pun seorang suami yang penuh tanggung-jawab dapat kehilangan perhatiannya. Ia hanya sibuk menuruti keasyikannya bermain game online, lupa anak lupa istri. Dalam keadaan seperti itu, jangan tanya ibadah sunnah kepadanya.

Saya perlu sampaikan ini karena belakangan kasus kecanduan game online semakin merebak dimana-mana. Tak sedikit yang justru menimpa keluarga orang-orang yang memiliki perhatian besar terhadap agama. Saya juga merasa amat perlu menulis ini agar kita tidak merasa tenang hanya karena yang mulai asyik bermain game itu anak yang sudah kuliah atau remaja putri. Kecanduan game dapat menimpa siapa saja, laki-laki maupun perempuan. Dalam sebuah kasus, seorang mahasiswi terbengkalai skripsinya karena kecanduan game.

Saya tidak berbicara secara rinci tentang berbagai kondisi kecanduan. Mudah-mudahan lain waktu saya dapat membahasnya. Saya hanya ingin menunjukkan sebagian keadaan. Pada tingkat yang cukup parah, kecanduan game dapat memicu sikap ofensif, yakni kecenderungan untuk menyerang orang lain. Lebih-lebih jika ia merasa terganggu, baik karena dinasehati atau karena ia merasa tidak nyaman saja dengan kegiatan orang lain, meskipun itu saudara kandungnya. Anaknya yang sebelumnya manis, lembut perangainya dan suka membantu, dapat sontak berubah menjadi kasar dan ringan lidah untuk membentak, meski terhadap ibunya.

Tentu saja tidak akan muncul sikap ofensif kecuali apabila selfish (hanya sibuk dengan dirinya sendiri, mirip egoisme) menguat. Membentak dan menyerang secara lisan merupakan bentuk perilaku ofensif yang masih relatif ringan. Yang lebih parah adalah tindakan fisik. Dan karena yang bersangkutan sedang kehilangan kendali bersebab pikiran dan emosinya dikuasai game, maka perilaku ofensif ini dapat ditujukan kepada siapa saja, termasuk orangtua. Padahal dalam kondisi normal, dia tidakakan melakukannya.

Jika tidak segera memperoleh penanganan, anak dapat memiliki kecenderungan destruktif (merusak, menghancurkan). Terlebih jika jenis game online yang ia sukai termasuk jenis ini, semisal perang. Jika perilaku ofensif ditujukan kepada siapa pun yang membuatnya merasa terganggu, meskipun orang itu sebenarnya tidak mengganggu dia, maka kecenderungan destruktif ini mendorong dia untuk merusak atau bahkan menghancurkan (milik) orang lain. Boleh jadi ia menujukan tindakan tersebut kepada orang yang tidak disukainya, atau ia rasa mengganggu. Boleh jadi ia berlaku destruktif kepada siapa pun disebabkan ia sudah dikendalikan oleh waham akibat game. Inilah yang disebut obsesif.

Yang sangat mengkhawatirkan adalah tingkatan kecanduan game online yang menyebabkan seseorang terputus secara mental dari lingkungan sosialnya. Ia bersikap asosial. Ia tak lagi dapat bergaul secara wajar dengan orang lain, kehilangan kepekaan, tak peduli orang lain terganggu oleh keadaan dirinya dan bahkan ia lupa diri sendiri. Ada orang yang mampu berhari-hari bermain game non stop di Warnet (tidak mandi dan tentu saja tidak shalat), tapi masih dapat berinteraksi dengan orang lain secara relatif wajar. Tetapi anak –bahkan orang dewasa— yang sudah sampai pada tingkat asosial, ia dapat berminggu-minggu tidak mandi karena tenggelam dalam game online maupun fantasi saat ia sedang tidak bermain game. Anak yang sudah mengalami gejala asosial bersebab kecanduan game, saat bersama orang lain pun tidak dapat berinteraksi secara wajar. Sebagian bahkan nyaris tak dapat berinteraksi sama sekali.

Ini tentu saja sangat tidak kita kehendaki. Alangkah sia-sia mendidik mereka bertahun-tahun jika harus hancur oleh game online dalam waktu beberapa bulan saja. Tak ada artinya kecerdasan mereka yang cemerlang, prestasi mereka yang menakjubkan dan berbagai keunggulan lainnya jika harus musnah oleh permainan yang kita beli sendiri alatnya. Karena itu, justru sebagai bentuk kasih-sayang terhadap anak, kita harus mencegah mereka dari berdekat-dekat dengan game online yang dapat menjadikan mereka kecanduan.

Dari beberapa kasus yang saya temui, kecanduan game online yang sampai pada tingkat sangat parah, umumnya terjadi karena orangtua tidak sigap mencegah saat anak sudah mulai menunjukkan gejala bermasalah, serta tidak ada ketegasan orangtua dalam melarang. Tak ada konsistensi sikap. Mungkin orangtua marah, meledak-ledak sesaat, tetapi sesudah itu aturannya dapat ditawar oleh anak. Sementara ketika anak sudah benar-benar kecanduan, rasa kasihan orangtua terhadap anak kadang salah sasaran. Seharusnya rasa kasihan terhadap masa depannya dapat membuat ibu mengambil sikap tegas tanpa kompromi, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Ia memberi kesempatan lagi, lagi dan lagi karena tidak tega melihat anaknya menderita.

Sesungguhnya, cukuplah orangtua dianggap tega dan kejam apabila ia membiasakan anaknya hidup mudah serta membiarkan anak menikmati kesenangan yang merusak masa depannya.

Dalam kasus anak sudah benar-benar kecanduan, terlebih sampai tingkat destruktif atau asosial, salah satu fase yang dilalui dalam proses terapi oleh profesional maupun penghentian kecanduan oleh pihak keluar memang sakauw. Anak terlihat sangat menderita karena ia dijauhkan dari apa yang membuatnya asyik. Anak tampak sangat linglung, frustrasi, teriak-teriak atau menangsi sendiri merupakan hal yang wajar. Obatnya adalah didampingi atau dibiarkan dulu dengan pengawasan. Bukan diberi kesempatan untuk bermain game lagi.

Fase sakauw ini bisa sebentar bisa lama, tergantung tingkat kecanduannya dan kondisi lingkungan saat anak menjadi pemulihan. Setelah fase sakauw berlalu, anak akan berusaha untuk menerima kenyataan berupa hidup tanpa game. Tapi pada fase ini anak masih rentan kambuh kecanduannya, sehingga tetap perlu dijauhkan dari perangkat yang dapat memancing ia untuk bermain game lagi, meski itu hanya berupa HP yang ada game-nya.

Saya tidak berpanjang-panjang tentang ini. Saya hanya ingin mengajak Anda semua, juga diri saya sendiri, untuk berhati-hati. Mencegah itu jauh lebih baik daripada mengobatinya sesudah parah.*

Tulisan ini dimuat di majalah Hidayatullah edisi September 2013

Tuesday 17 September 2013

Kenapa Harus Tauhid Dahulu ?



tawhidSegala puji bagi Allah, shalawat dan salam terhadap Rasulullah, pengikut dan para shahabatnya.
Waba’du :
Seorang penelpon telah meminta kepadaku (sebuah nasehat) dengan judul “Mengapa Tauhid Dahulu?”
Ini menunjukkan bahwa si penelpon mengetahui bahwa sesungguhnya tauhid adalah pokok akidah Islam dan dasarnya serta syarat sah dan diterimanya.
Dia menyampaikan usulan tersebut untuk memahamkan orang yang belum memahami bahwa inilah kedudukan tauhid dalam Islam. Yaitu bahwa tauhid ulûhiyah (memurnikan ibadah hanya kepada Allah) merupakan perintah seluruh Rasul -dari (Rasul) pertama Nuh ‘alaihis shalâtu was salâm sampai (Rasul) terakhir Muhammad shollallâhu ‘alaihi wa sallam.
(Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut”.” [An-Nahl : 36]
Dan (Allah) Subhânahu berfirman,
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang hak) melainkan Aku, maka beribadahlah kalian (hanya) kepada-Ku”.” [Al-Anbiyâ` :25]
Dan tidak ada seorang Nabi pun yang diutus kepada kaumnya, melainkan pasti ia menyerukan,
“Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada sesembahan bagi kalian (yang berhak disembah) selain-Nya.” [Al-A’râf : 59]
Ketika Allah mengutus Nabi kita, Muhammad shollallâhu ‘alaihi wa sallam kepada kaumnya, beliau berlalu selama 10 tahun tiada lain hanya menyeru kepada tauhid. Setelah itu, disyariatkanlah shalat. Dan beliau tetap tinggal 3 tahun di Makkah (di atas hal tersebut), kemudian hijrah ke Madinah. Dan pada tahun ke-2 Hijriyah, disyariatkan zakat dan puasa.
(Tampaklah) bahwa tauhid adalah pokok agama dan dasarnya serta landasannya yang (agama itu) dibangun di atasnya. Karena itu, barangsiapa merusak tauhidnya dengan beribadah kepada sesembahan lain bersama Allah, maka dia telah merusak agamanya secara keseluruhan dan keluar dari Islam sehingga menjadi murtad serta hancurlah seluruh amal perbuatannya. (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (wahai Muhammad) dan kepada (Nabi-Nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.” [Az-Zumar : 65]
Dan (Nabi) ‘Isa ‘alaihis shalâtu was salâm berkata,
“Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabb kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.” [Al-Mâ`idah : 72]
Dan pokok dasar yang sangat agung ini (juga) terkandung pada (kalimat) syahadat “Lâ Ilâha Illallâhu” dan “Anna Muhammadan Rasulullâh” yang (kalimat syahadat itu) terdiri dari dua bagian; “Lâ Ilâha” dan “Illallâhu”.
Bagian pertama : Penafian peribadatan dari siapa yang selain Allah ‘Azza wa Jalla pada ucapan “Asyhâdu an Lâ Ilâha” yang bermakna tidak ada sesembahan apapun di wujud ini yang berhak diibadahi kecuali Allah.
Bagian kedua : Pada ucapan “Illallâhu” terdapat penetapan peribadatan hanya untuk Allah semata tanpa selain-Nya, karena Dia-lah yang telah menciptakan alam semesta ini. (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kalian kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi-Nya?. (Yang bersifat) demikian itulah Rabb semesta alam”.” [Fushshilat : 9] dan beberapa ayat setelahnya.
Dan (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kalian sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kalian lalu membaguskan bentuk kalian serta memberi kalian rezki dengan yang baik-baik. Itulah Allah Rabb Kalian. Maha Berkah Allah, Rabb semesta alam. Dialah Yang Maha hidup kekal, tiada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Katakanlah (ya Muhammad), “Sesungguhnya aku dilarang untuk menyembah sesembahan yang kalian sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Rabbku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.” [Ghâfir : 64– 66]
Sangat banyak ayat-ayat yang menunjukkan bahwa tauhid peribadatan hanya milik Allah. Maka barangsiapa yang mengucapkan (kalimat) syahadat ini; yaitu syahadat “Lâ Ilâha Illallâhu” dan “Anna Muhammadan Rasulullâh”, maka ia telah meraih keberuntungan dan telah selamat dari kerugian. (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasehati dalam mentaati kebenaran dan saling menasehati dalam menetapi kesabaran.” [Al-Ashr : 1-3]
Dan (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezhaliman (kesyirikan), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [Al-An’âm : 82]
Barangsiapa mengucapkannya dengan meyakini maknanya dan mengamalkan kandungannya, maka dia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ia adalah kalimat yang dengannya Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Dan karenanya, dunia dan akhirat, surga dan neraka diciptakan. Dan pada perkara inilah ketentuan kebahagiaan dan kesengsaraan.
Orang yang mengucapkan dan meyakininya akan diberi catatan amalnya dengan tangan kanannya, akan berat timbangan kebaikannya, akan (berhasil) melalui Ash-Shirâth dan masuk ke dalam surga serta selamat dari neraka.
Dan tentangnyalah, diadakan pertanyaan. (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul itu kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) para rasul.” [Al-A’râf : 6]
Dan (Allah) Ta’âlâ berfirman,
“Dan (ingatlah) di hari Allah menyeru mereka, seraya berkata: “Apakah jawaban kalian kepada para rasul?” Maka tertutuplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, kemudian mereka tidak bisa saling bertanya. Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang shaleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung.” [Al-Qashash : 65-67]
Syaikh kami, Hâfizh bin Ahmad Al-Hakami rahimahullâh dalam kitab Ma’ârijul Qabûl (2/510) berkata,
“Kalimat (tauhid) ini merupakan seagung-agung nikmat yang Allah anugerahkan kepada segenap hamba-Nya, (yaitu) dengan membimbing mereka kepada-Nya. Sebab itu, Allah menyebutkan (kalimat tersebut) dalam surat An-Nahl -yang (disebut juga) Surah An-Ni’am- sebagai nikmat pertama sebelum nikmat-nikmat lainnya. (Allah) berfirman,
“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dari perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka bertakwalah kalian kepada-Ku.” [An-Nahl : 2]
Kalimat ini adalah kalimat syahadat dan kunci negeri kebahagiaan. Dia adalah pokok dan asas agama. (Dia merupakan) inti, tonggak dan penyangga agama ini. Sedangkan rukun-rukun dan kewajiban-kewajiban (Islam) lainnya (hanya) bercabang dan berpecah darinya dan (hanya) sebagai penyempurnanya. Dan (rukun-rukun dan kewajiban-kewajiban Islam itu) terikat dengan makna (kalimat tersebut) dan pengamalan terhadap konsekwensinya. Itulah Al-Urwah Al-Wutsqâ yang Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (tentangnya),
“Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada Al-Urwah Al-Wutsqâ (ikatan tali yang amat kuat) lagi tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al-Baqarah : 256]
Dia adalah perjanjian yang Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (tentangnya),
“Mereka tidak berhak mendapatkan syafa’at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi (Allah) yang Maha Pemurah.” [Maryam : 87]
Berkata Abdullah bin Abbâs radhiyallâhu ‘anhumâ dalam menafsirkan “perjanjian” (dalam ayat tersebut), “Dia adalah syahadat “Lâ Ilâha Illallâhu” dan berlepas dari segala daya dan upaya selain dari Allah.”
Dia adalah Al-Husnâ yang Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (tentangnya),
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan Al-Husnâ, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” [Al-Lail :5-7]
Dia adalah Kalimat Al-Haq yang Allah ‘Azza wa Jalla sebutkan dalam firman-Nya,
“Kecuali orang yang bersaksi dengan Al-Haq seraya mereka meyakini(nya).” [Az-Zukhruf : 86]
Dan dia adalah Kalimatut-Taqwa yang Allah ‘Azza wa Jalla sebutkan dalam firman-Nya,
“Allah mewajibkan kepada mereka Kalimatut-Taqwa dan merekalah yang paling berhak dengan (Kalimatut-Taqwa itu) dan paling patut memilikinya.” [Al Fath : 26]” Selesai apa yang kuhendaki penukilannya dengan ada perubahan.
Dari sini kita ketahui, mengapa tauhid adalah yang paling pertama dalam kewajiban dan yang paling pertama dalam berdakwah. Dan (mengapa) dia adalah pokok agama, dasar dan pondasinya. Maka Islam tanpa tauhid bagaikan bangunan tanpa pondasi.
Dan kita ketahui juga kesesatan orang-orang yang berdakwah kepada khilafah dan mereka merasa sedang berdakwah untuk mengembalikan khilafah yang hilang.
Kita katakan : Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (berpegang) terhadap tauhid yang seluruh para Rasul berdakwah kepadanya. Dan Allah akan bertanya kepada kita : “Apa yang kalian ibadahi dahulu?”, “Apakah jawaban kalian kepada para rasul?”
Alangkah meruginya, orang yang menghabiskan umurnya untuk berdakwah kepada khilafah. Alangkah meruginya orang yang menyambut dan mengikutinya di atas kebatilan tersebut.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا
[Ditulis oleh Syaikh kami, Mufti Kerajaan Saudi Arabia bagian selatan, Asy-Syaikh Al-Musnid Al-Muhaddits Al-Faqîh Al-‘Allâmah Ahmad bin Yahya An-Najmi hafizhohullâh pada 17/04/1426H. Alih Bahasa oleh Ustadz Muhammad Cahyo.]

sumber: an-nashihah.com

Monday 16 September 2013

Dialog Kiai dan Sangidi tentang Miss World

Oleh: Dr. Adian Husaini

ALKISAH, di suatu waktu, di sebuah pondok pesantren, di pelosok

Sukabumi, Jawa Barat, Kiai Marwan Syarifin tampak sedang

terlibat dialog serius dengan seorang mantan santrinya. 

Sangidi Riawan, sang mantan santri itu sengaja datang dari

Jakarta menemui gurunya. Ia dilanda kegelisahan mendalam

tentang situasi umat Islam akhir-akhir ini, terkait dengan isu

Miss World. Di kampusnya, mahasiswa terbelah dua:  yang pro dan

kontra terhadap penyelenggaraan kontes Miss World. Bahkan, di

kalangan aktivis mahasiswa Islam, ada juga yang secara terbuka

mendukung kontes Miss World.

Sangidi gelisah. Gurunya, Kiai Marwan, dilihatnya tergabung

dalam demonstrasi menentang kontes Miss World. Di mata Sangidi,

penyelenggara Miss World telah melakukan upaya mulia untuk

kemajuan bangsa, karena telah mengubah konsep Miss World

menjadi kontes tanpa bikini. Budaya dan pariwisata Indonesia

pun diharapkan dapat makin meningkat.

Meski sempat mengenyam pendidikan pesantren, di bawah asuhan

Kiai mumpuni pula,  pergaulan hidup dan informasi global telah

mengubah pola pikirnya. Sangidi kini dikenal sebagai aktivis

mahasiswa. Latar belakangnya sebagai lulusan pesantren terkenal

pun menambah daya tarik tersendiri. Lidahnya fasih melafalkan

berbagai hujjah, dilengkapi dengan hiasan istilah-istilah

Inggris dan Arab.

Meskipun sangat tidak lazim bagi seorang santri untuk

mmengkritisi pendapat atau tindakan Kiai, kali ini, Sangidi

memaksakan diri bertanya dan jika  perlu mengkritisi

pendapat-pendapat gurunya. Tekadnya sudah bulat untuk – jika

mungkin – membawa gurunya itu ke kubu pendukung kontes Miss

World. Sekurangnya, tidak aktif menentangnya.

“Pak Kiai, saya mohon dijelaskan, kenapa Pak Kiai ikut-ikutan

demo menentang kontes Miss World?”  Sangidi memberanikan diri

menggugat Kiainya. Jantungnya berdegup cukup kencang.

“Saya tidak ikut-ikutan, Sangidi! Saya sangat sadar dengan apa

yang saya lakukan. Ini kewajiban kita sebagai Muslim,” jawab

Kiai Marwan.

“Kewajiban yang mana, Pak Kiai?”  tanya Sangidi, sambil

memandang wajah Kiainya.

“Harusnya sebagai lulusan pesantren kamu tahu. Ini kan

kewajiban al-amaru bil-ma’ruf wal-nahyu ‘anil munkar.  Kita

wajib menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran.  Itu salah

satu pilar ajaran agama kita. Bahkan, kata Imam al-Ghazali, itu

yang menentukan hidup matinya umat Islam.  Kata Nabi kita

Shallallahu ‘alaihi Wassalam, siapa yang melihat kemungkaran,

maka hendaknya ia berusaha mengubah dengan kekuatannya. Jika

tidak mampu, dengan kata-kata atau pikirannya; dan jika tidak

mampu juga, cukup dengan hati. Jadi, minimal, ingkar dan tidak

ridho terhadap kemungkaran.  Kamu kan paham akan hadis Nabi

itu, Sangidi!

Sangidi terdiam.  Ia tampak gelisah. Kiai Marwan seperti

memahami kondisi pemikiran mantan santrinya itu.  Ia menduga,

mantan santrinya telah menjadi korban propaganda jaringan

pendukung Miss World. Dengan kekuatan uang, media massa, dan

lobi-lobi politik yang dimilikinya,  panitia Miss World cukup

mampu membangun citra mulia atas tindakannya di tengah

masyarakat.  Karena itu, Kiai Marwan pun tak heran jika ada

sebagian organisasi Islam bahkan oknum ulama yang berselingkuh

mendukung kontes Miss World.

Sambil memandangi wajah dan gerak-gerik anggota tubuh Sangidi,

Kiai Marwan mencoba membaca pemikiran salah satu santri yang

dulu sempat dibanggakannya itu. Dibiarkannya saja Sangidi

bergulat dengan pemikirannya, sampai Sangidi sendiri buka

mulutnya.

 “Maaf Pak Kiai, apa yang Pak Kiai maksud dengan ‘mungkar’. Apa

kontes Miss World ini termasuk mungkar? Dimana letak

kemungkarannya?”  Sangidi buka mulut lagi.

“Ya, Sangidi! Justru kontes Miss World dan sejenisnya ini

kemungkaran yang sangat canggih, terencana dengan rapi. Bahkan

lebih parah lagi, kemungkaran ini dibungkus dengan propaganda

hebat, sehingga tercitrakan sebagai sebuah kebaikan bagi bangsa

kita. Bukan hanya kontesnya yang bermasalah, tapi

mengkampanyekan, bahwa bentuk maksiat seperti itu adalah

kebaikan bagi bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim.

Ibaratnya, melacur itu dosa; korupsi itu dosa. Tapi mengatakan

bahwa melacur itu adalah amal sholeh. Itu lebih besar

kejahatannya. Coba kamu baca tafsir QS at-Taubah ayat 31.”

“Saya masih belum mengerti jalan pikiran Pak Kiai. Bukankah

mereka sudah tampil dengan sangat  sopan dan tidak melanggar

etika dan norma budaya kita?” kata Sangidi lagi.

Kiai Marwan tersenyum simpul mendengar pertanyaan sang murid. 

Sangidi pun menyela, “Mengapa Pak Kiai senyum-senyum?”

“Sangidi... Sangidi…!  Kamu itu santri cerdas, yang mestinya 

sudah memahami masalah seperti ini. Mengapa kamu sampai

termakan propaganda-propaganda dengan logika yang dangkal

seperti itu? Harusnya kamu paham tentang kiat-kiat setan dalam

menipu dan menyesatkan manusia, sebagaimana disebutkan dalam

banyak ayat al-Quran.”

Sangidi masih terdiam. Wajah Kiai Marwan dipandanginya,

diam-diam. Tetap saja wajah itu menyungging senyuman.

“Begini Sangidi…. Saya maklum, kamu bisa terjebak.  Ada juga

pejabat yang kuliahnya di Timur Tengah pun ikut menyarankan

agar peserta kontes Miss World  itu mengenakan kebaya. Ia tidak

dengan tegas menolak kontesnya. Hanya bajunya yang dia

persoalkan.”

“Bukankah itu saran yang bagus Pak Kiai?”

“Saran itu tidak cukup dan tidak mendasar. Yang mendasar pada

masalah kontes Miss World ini adalah konsep dan cara pandang

terhadap manusia dan martabatnya. Ini kontes tubuh manusia!

Yang ikut kontes itu manusia; bukan anjing atau kucing. Kita

orang Muslim punya cara pandang yang khas terhadap manusia.

Seorang manusia disebut manusia karena akalnya, karena jiwanya.

Kita memberikan nilai tinggi kepada manusia juga karena

ketinggian iman, akhlak, dan amalnya. Kata Nabi saw:

sebaik-baik manusia adalah yang memberikan kemanfaatan kepada

manusia. Pada dasarnya, orang cantik, jelek, normal, cacat, itu

kehendak Allah.  Itu bukan prestasi. Kecantikan itu anugerah

dan sekaligus ujian dari Allah. Karena itu, tidak patut

dilombakan! Jangan kamu buat, misalnya, kontes mulut

termonyong, lomba bibir terlebar, dan sebagainya! ”

“Tapi, Pak Kiai, bukankah yang dinilai dalam Miss World bukan

hanya kecantikannya, tapi juga kecerdasan dan perilakunya?”

“Ha… ha... ha… Sangidi… Sangidi…!  Cobalah pikir! Sederhana 

saja! Di Indonesia ini, perempuan yang memiliki prestasi

kecerdasan tinggi itu berjubel; ribuan jumlahnya. Mereka-mereka

sudah mengharumkan nama bangsa di berbagai forum ilmiah

internasional. Mereka melakukan riset-riset ilmiah dan sukses

membuat temuan-temuan hebat di bidang ilmu pengetahuan.

Prestasi intelektualnya jauh di atas perempuan yang terpilih

jadi miss Indonesia itu!”

“Peserta Miss World ini juga harus punya proyek sosial, Pak

Kiai, bukan kecantikan saja yang dinilai?” Sangidi masih

berusaha meyakinkan gurunya.

“Itu juga bukan hal yang inti, Sangidi! Kalau mau cari

perempuan Indonesia yang sangat mulia, yang berjasa besar

kepada keluarga dan masyarakatnya, terlalu banyak di negeri

ini. Bukan sekedar buat proyek insidental. Bukan sekedar show

amal, tapi kehidupan mereka sehari-hari sudah bergelut dengan

kerja-kerja mulia untuk kemanusiaan.”

Sangidi terdiam. Ia sebenarnya memahami logika Kiainya. Tapi ia

belum bisa menerima logika itu sampai harus membatalkan Miss

World di Indonesia. Sebab, faktanya, Miss World memang

mendatangkan manfaat. Indonesia jadi lebih dikenal dunia.

Peserta Miss World pun ikut mempromosikan budaya Indonesia.

Jadi, kecantikan punya nilai tambah tersendiri. Cukup lama

Sangidi merenung di depan Sang Kiai. Hatinya bergolak. Ia sudah

terlanjur menulis dalam blog-nya, bahwa kontes Miss World di

Indonesia kali ini benar-benar membawa manfaat bagi bangsa.

“Begini Pak Kiai…. Indonesia ini kan bukan negara Islam.

Mengapa Pak Kiai selalu bawa-bawa Islam untuk menilai kontes

Miss World? Ini kan masalah bangsa?”

“Siapa yang mengatakan Indonesia bukan negara Islam? Kalau

bukan negara Islam, lalu Indonesia negara apa?  Apa negara

kafir?  Kamu mikir,  Sangidi! Jangan hanya ikut-ikutan buat

pernyataan seperti orang-orang yang kurang memahami sejarah

bangsa kita!”

“Lho apa memangnya, Indonesia ini negara Islam, Pak Kiai?”

“Dengar baik-baik ya, Sangidi! Indonesia ini negara berdasar

atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan sudah ditegaskan oleh para

perumusnya, bahwa Tuhan Yang Maha Esa  itu adalah Allah

Subhanahu Wata’ala, sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD

1945 alinea ketiga. Juga latar belakang rumusan Ketuhanan Yang

Maha Esa itu adalah sebagai ganti dari tujuh kata yang dihapus

dalam Piagam Jakarta. Ringkasnya, Indonesia ini Negara berdasar

atas Tauhid, sebagaimana konsep Islam. Itu ditegaskan dalam

Munas Alim Ulama NU tahun 1983 di Situbondo!”

“Tapi Pak Kiai, itu kan menurut Pak Kiai yang Islam. Bagaimana

dengan warga Indonesia yang beragama lain?”

“Kamu itu orang Islam atau bukan!? Bukankah seharusnya kamu

berpikiran semacam itu, sebagai orang Islam. Kalau soal orang

non-Muslim, itu urusan mereka. Kita hormati cara berpikir

mereka.”

“Ya benar. Hanya saja, Pak Kiai… kita ini kan warga Negara

Indonesia yang plural, tidak bisa memaksakan nilai-nilai Islam

kita kepada yang lain?”

“Yang memaksakan itu siapa?  Kita tidak memaksa siapa-siapa.”

“Itu buktinya, Kiai memaksakan kontes Miss World dibatalkan!”

“Penyelenggara yang memaksakan kontes munkar itu diadakan di

Indonesia. Mereka tidak sensitif dengan aspirasi umat Islam

Indonesia. Di Masa Pak Harto, mengirimkan wakil ke Miss-miss-an

seperti itu saja dilarang. Apalagi jadi tuan rumahnya! Ini

sangat keterlaluan, mentang-mentang punya uang dan media! 

Acara ini juga sangat mudah memicu prasangka dan konflik

bernuansa ras dan agama. Ini yang tidak kita kehendaki. Karena

itu, jauh-jauh sebelum acara ini berlangsung, saya sudah

mengingatkan penyelenggara, baik lewat tulisan atau pun lobi. 

Jangan teruskan acara ini! Jangan merusak dan memecah belah

bangsa kita dengan cara-cara yang akan memunculkan kontroversi.

Karena itu, kami para pimpinan pesantren,  tidak tinggal diam!

Itu makanya saya turun langsung berdemonstrasi memprotes acara

Miss World ini!!!!!”  suara Kiai Marwan agak meninggi.

“Apa Pak Kiai mau memaksakan untuk dibatalkan, padahal

pemerintah pun sudah melokalisasi acara ini di Bali!”

“Orang seperti saya ini tidak punya kuasa. Bagaimana mau

memaksakan? Yang memaksakan itu yang punya uang, yang punya

televisi, yang punya keberanian menantang Tuhan! Yang

bertanggung jawab dunia akhirat itu ya Pak SBY dan para pejabat

di bawahnya.  Saya hanya menyampaikan aspirasi sekuat tenaga

dan pikiran. Terserah pemerintah dan panitia penyelenggara mau

dengar atau tidak!”

“Maaf, Pak Kiai, apa tidak sebaiknya Pak Kiai menerima

kenyataan, bahwa masyarakat kita sekarang sangat sulit menerima

pemahaman seperti Pak Kiai ini. Pak Kiai akan dianggap makhluk

aneh, karena pada umumnya manusia senang melihat tontonan yang

melibatkan orang-orang cantik.  Bahkan, sekarang, artis-artis

jauh lebih popular daripada ulama. Apa Pak Kiai tidak bisa

berkompromi sedikit?”

“Kebenaran itu, Sangidi, tidak bisa dikompromikan.  Kita harus

menyatakan yang haq itu haq, yang benar itu benar. Katakan

saja, meskipun itu pahit; begitu pesan Nabi kita, Nabi Muhammad

saw. Dan saya yakin, kebenaran itu pasti ada pendukungnya.

Mungkin tidak banyak. Tapi, yang sedikit itu, jika serius, akan

mampu memimpin yang banyak. Anak babi itu banyak; anak singa

sedikit. Tapi, anak singa makan babi… he he he….”  Kiai Marwan

tertawa lirih sambil senyum-senyum memandangi Sangidi yang

mulai salah tingkah.

“Kamu kenapa sih Sangidi…. Kok kelihatan gelisah. Kamu kan

tidak ada hubungan apa-apa dengan panitia Miss World?”

“Maaf… maaf… Pak Kiai, benar-benar saya minta maaf ya Pak

Kiai…. Saya ke sini sebenarnya ada maksud membawa amanah dari

seseorang yang meminta saya melunakkan pendapat Pak Kiai soal

Miss World ini…”

“Ya, saya sudah menduga… tidak biasa-biasanya kamu datang ke

sini, sejak lulus pesantren dua tahun lalu…saya menduga pasti

kamu membawa misi sesuatu! Terus, … kamu sendiri bagaimana

sikapmu terhadap kontes Miss World ini.”

 “Saya coba pikir-pikir Pak Kiai. Saya baru mendengar hujjah

yang agak jelas tentang masalah ini.”

“Begini Sangidi, kuncinya ada di hatimu; kuncinya pada

kejujuranmu. Apa kamu jujur?  Apa kamu jujur kalau kamu Muslim?

Apa kamu jujur dengan ikrarmu, dengan syahadatmu; bahwa Allah

itu Tuhanmu, bukan cukong penyandang danamu; bukan hawa

nafsumu! Apa kamu masih jujur dengan ikrarmu. Apa kamu masih

mengakui Nabi Muhammad saw itu suri tauladan dan idolamu; apa

idolamu sudah berubah menjadi Che Guevara atau Hartawijaya?

“Ya Pak Kiai, saya jujur insyaAllah! Tapi, kan ini masalah

bangsa Pak Kiai? Bukan sekedar masalah agama saja! Ada yang

bilang, secara hukum positif di Indonesia, tidak ada yang

dilanggar dalam kontes Miss World. Bagaimana itu Pak Kiai?”

“Saya tidak habis pikir, jika yang ngomong seperti itu orang

Islam.  Di Indonesia ini, menurut hukum positif, berzina saja –

asal suka sama suka dan sama-sama dewasa – tidak melanggar

hukum positif. Apa lalu orang boleh berzina, karena tidak

melanggar hukum positif? Cari pasal dalam KUHP, apa ada

larangan masuk masjid dengan mengenakan bikini!!! Sudahlah

Sangidi… kamu harusnya sering-sering silaturrahim ke sini. Kamu

sudah terlalu banyak bergaul dengan orang-orag liberal, sampai

pikiranmu mulai rusak; tidak bisa lagi membedakan mana yang

salah dan mana yang benar.  Hati-hati, kamu sepertinya sudah

mulai terbuai dengan pujian dan sedikit popularitas yang kamu

nikmati sekarang!”

Sangidi terdiam. Ia tak sanggup lagi menatap wajah gurunya.

Kata-kata Kiai Marwan seperti menyayat-nyayat perasaannya.

“Doakan saya Pak Kiai, semoga saya masih bisa istiqamah!”

“Saya selalu mendoakan. Tapi, kamu sendiri harus punya niat

untuk tidak sesat!”

“Baik, Pak Kiai… saya mohon ijin untuk pamit,”  Sangidi

mengakhiri ucapannya.

“Ya, jaga diri. Ingat orang tuamu, berharap kamu jadi anak

shalih!”

Sejurus kemudian, sebuah sedan hitam metalik, membawa Sangidi

meninggalkan pesantren.*/Depok, 16 September 2013

Penulis adalah Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan

Islam—Universitas Ibn Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan (CAP)

hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com. 

Nama-nama yang disebut dalam tulisan ini hanya fiktif belaka

Wednesday 11 September 2013

Demokrasi Sistem Iblis, dan Tidak Akan Pernah Memberi Keadilan

Beberapa pekan terakhir ini, manusia yang masih memiliki hati nurani, disuguhi tontonan yang sangat menyakitkan. Menyakitkan bagi semua orang yang masih memiliki akal sehat.

Di mana dua  orang Amerika, yaitu Sersan Robert Bales dan Sersan Hassan Nadal, di depan juri mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam hukum. Ini menunjukkan wajah asli demokrasi di Amerika. Di mana adanya bentuk ketidak adilan dan kesataraan secara nyata.

Dua orang Amerika, yaitu Sersan Robert Bales dan Sersan Hassan Nadal melakukan pembunuah, dan keduanya mengakui kejahatan mereka di depan juri (pengadilan) Amerika. Tetapi, pengadilan menyelamatkan salah satu dari mereka dari hukuman mati, dan hukuman mati ditimpakan kepada orang yang kedua.

Robert Bales seorang prajurit Amerika di Afghanistan telah membunuh 16 Muslim Afghan. Tetapi, pengadilan Amerika tidak menghukum mati Bales, dan hanya dengan hukuman seumur hidup.

Sementara, Hassan Nadal, anggota militer Amerika, membunuh tentara yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan Bales, dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan.  Jadi ada diskriminasi, ketidakadilan, dan tidak adanya kesataraan dalam hukum diantara keduanya yang sama melakukan pembunuhan.

Pengadilan Amerika memutuskan memberikan kesempatan hidup kepada  Sersan Robert Bales. Padahal, Bales telah membunuh anak-anak kecil, perempuan dan orang tua, di tengah kegelapan malam, di mana mereka lelap tidur dalam rumah mereka .

Dilukiskan seakan Bales tidak mempunyai niat membunuh atau menyakiti siapa pun. Sementara itu,  Hassan Nadal di vonis hukuman mati, karena dia seorang Muslim, tindakannya membunuh tentara di siang  hari di dalam pangkalan militer, dinilai sebagai tindakan yang menyiksa, dan membunuh orang-orang tak berdosa, serta mereka memiliki kemampuan membela diri. Hassan Nadal juga dikaitkan dengan jaringan al-Qaidah.

Hassan Nadal semata membunuh para prajurit, tidak merusak tubuh mereka, dan meninggalkan mereka, serta tanpa ada tindakan yang berlebihan lainnya. Tetapi, Hassan Nadal divonis hukuman mati oleh juri Amerika.

Sebaliknya, Robert Bales yang sudah membunuhi anak-anak, perempuan dan orang tua, kemudian  setelah membunuh mereka, mengumpulkan tubuh (mayat) mereka, ditempat yang berbeda ke dalam satu ruangan dan membakarnya, justeru dianggap sebagai tindakan yang layak, dan tetap dipertahankan hak hidupnya.

Keputusan pengadilan di Amerika benar-benar melawan akal sehat dan waras, bahwa orang yang terlibat dalam penumpahan darah terhadap anak-anak, perempuan, dan orang tua, yang tak berdosa, seharusnya dihukum mati. Robert Bales masih tidak puas dengan membunuh mereka saja, tetapi membakar mayat mereka setelah membantai mereka.

Faktanya, pengadilan Amerika melakukan keputusan sebaliknya, karena Hassan Nadal membunuh orang Amerika, sebaliknya Robert Bales membunuh warga Muslim Afghanistan!

Menurut aturan dan hukum yang bersandar kepada  demokrasi Amerika, kehidupan bagi Amerika memiliki nilai yang mulia dan sangat dihargai. Sebaliknya kehidupan bagi orang lain, yang bukan orang Amerika,tidak memiliki arti dan nilai apa-apa.

Hassan Nadal mengatakan dalam pengakuannya bahwa dia membunuh tentara Amerika yang sudah menyiksa dan membunuh Muslim di Irak dan Afghanistan. Nadal melihat dengan mata kepalanya, bagiamana tentara Amerika membunuh begitu banyak Muslim Irak dan Afghanistan. Sebaliknya Robert Bales merasa lega tidak dijatuhi hukuman mati, karena dia hanya membunuh anak-anak kecil, perempuan dan orang tua, semata-mata hanya untuk kesenangan.

Hanya Islam yang melindungi  hak-hak asasi semua manusia. Semua manusia,  setiap ras, suku, kelompok,  golongan dengan berbagai keyakinan, di dalam Islam memiliki hak yang sama (equality before by the law). Demokrasi Barat hanya untuk bangsa Barat. Sementara bagi bangsa non-Barat, berlaku standar yang tidak sama dengan yang berlaku di Barat.

Barat tidak memiliki perhatian terhadap anak-anak, perempuan, dan orangtua, dan dibiarkan dengan penuh  ketidak adilan. Seperti yang sekarang sedang berlangsung di Barat, eksploiti terhadap anak-anak, perempuan, dan orangtua yang dibiarkan sendirian menjelang hari kematian mereka di apartemen atau panti jompo, menjelang kematian mereka.

Barat tidak memiliki perhatian ketika sebuah junta militer di Mesir dan Aljazair membantai ribuan rakyatnya dengan penuh kekejaman, dan Barat tidak memiliki kepedulian dan keberatan apapun. Kelompok Islam di Mesir, Ikhwanul Muslimin yang sudah ikut pemilu, menang, dan kemudian dihancurkan. Di Aljazair, kelompok Islam FIS, yang juga ikut pemilu, tahun l992, menang kemudian oleh  militer dihancurkan.

Barat, khususnya Amerika Serikat mendukung penjajah dan perampok rakyat Palestina, secara parmanen yaitu Zionis-Israel. Satu-satunya penjajah di muka bumi, sampai sekarang yang mendapatkan perlindungan dengan permanen oleh Amerika hanyalah Zionis-Israel. Amerika Serikat harus bertanggung jawab, karena mendukung sebuah rezim yang terus menerus membunuhi rakyat Palestina secara keji.

Jadi, hakikatnya sistem kufur demokrasi itu sistem iblis, dan tidak akan pernah bisa memberikan keadilan, kedamaian, kebahagian, serta kesejahteraan. Demokrasi hanya cocok dipraktikan bagi rakyat di Barat, tetapi tidak di dunia Islam. Demokrasi hanyalah akan menghancurkan kehidupan Muslim selamanya.

Justru demokrasi menjadi alat penjajahan dan perbudakan oleh kaum kapitalis (kafi musyrik - yahudi/nasrani). Muslim harus melakukan gerakan pembebasan atas negeri mereka yang sekarang dijajah dan rakyat diperbudak oleh kafir musyrik. Seperti yang dipesankan oleh Rasulullah Shallahu alaihi wassalam untuk memerangi kafir musyrik. Wallahu'alam.

sumber: voa-islam.com

Membongkar Rahasia Cowok Piktor (Penting buat para cewek)!

Ngedenger berita, ngeliat kiri kanan, kok rasanya makin hari makin banyak cewek yang "kebuang sia-sia", ya? Bener- bener miris!.

Yah gimana nggak ngerasa kebuang, mereka ditinggalin gitu aja sama cowok-cowok piktor (pikiran kotor), setelah kehormatan mereka di ambil. Dan gimana nggak sia- sia, karena justru nggak jarang si cewek sendiri yang serahin kehormatan mereka sama cowok model beginian.

Modusnya sih lagi- lagi karena cinta. Yeah, cinta dan pembuktiannya yang katanya nih membutuhkan pengorbanan.

Nggak sedikit akhirnya cewek- cewek itu yang ngerasa frustasi soal masa depan mereka, bahkan banyak juga yang nekat mengakhiri hidup mereka sendiri. Naudzubillah.

So, biar kamu semua nggak ikutan jadi korban, dan terjebak dalam pesona si piktor yang berbahaya. Kenali beberapa rahasia mereka berikut ini,

1. Playboy

Yaps, bukan rahasia lagi kalau kebanyakan para cowok piktor juga berprofesi ganda sebagai playboy. Mereka punya seribu satu aksi dan jebakan buat ngegaet cewek- cewek gebetannya.

Dan asal kamu tahu girls, saat seorang cowok memutuskan menjadi seorang playboy, dia bukan mau ngajak kamu main congklak atau petak umpet.

Tujuan dia cuma satu, yaitu main- main sama hati kamu. Dan jangan lupa juga, poin dia yang utama adalah juga ngedapetin kamu berikut properti kamu yang paling berharga, yaitu kehormatanmu.

Setelah semua selesai, da-da, bye bye deh. Kalau udah gitu siapa yang rugi? ya kamu sendiri, lah. Jadi masih mau deketan sama cowok playboy nan piktor?

2.Perayu Ulung

Selain playboy, si piktor juga kudu jadi jago ulung dalam ngerayu targetnya. Kalau nggak gitu, gimana mungkin si cewek bakal terpesona.

Maka nggak heran kalau kadang sumpah serapah pun sampai dia sampein buat membuktikan kalau memang dia serius dengan ucapannya.

Tapi semua itu cumanlah bohong, karena seperti yang kita semua tahu, tujuan dia akhirnya adalah ngegaet kamu dan seterusnya adalah bisa ngelakuin seks bebas. Jadi, hati- hati deh!

3. Buru-buru Ngajak Pacaran

Pernah ketemu sama cowok yang baru kenal kamu sebulan, trus langsung ngajak pacaran? kalau iya, buru-buru deh jauhin dia. Karena eh karena cowok tipe ini akan menyebarkan virus nggak sehat ke kamu. Mau tau isi kepala mereka? sekali lagi, nggak jauh- jauh pastinya dari seks bebas atau zina.

So pasti lah girls, ngapain dia ngebet banget ngajak pacaran kalau nggak buat begituan?. kalau kamu pikir dia udah emergency banget butuh temen curhat,... ah nggak juga, toh dia bisa aja cari teman selain kamu kan?. atau mungkin tujuan dia biar bisa gandeng tangan berdua, atau biar malam minggu ada temen nonton?

Hmm.. buat dia itu mungkin pemanasan aja. Dan yakin deh, nggak bakal selesai sampai disitu!. Pacaran akhirnya bakal ngasih dia jalan buat berbuat lebih sama kamu.

4. Rutin Ngebahas Fisik Kamu

Udah kodratnya, kalau cowok memang suka sama cewek. Tapi kalau si cowok udah mulai rutin kepo banget sama tubuh cewek, pastinya bakal risih abies kan ngedengernya.

Apa tujuan dari obrolan itu, pastinya sih nggak jelas, dan nggak penting. So, hargain diri kita girls, nggak usah repot-repot presentasi tentang kehormatan kamu sendiri didepan dia, sehingga kamu kelihatan terlalu murah.

Jangan main api deh buat deket sama cowok, apalagi tipe yang begini. Waduh, bisa bahaya siaga satu.

5. Suka Banget Mojok Berdua

Kalau cewek sama cowok berduaan, maka yang ketiga adalah setan. Nah, kalimat yang katanya klise tapi penting ini sering kali nggak nyantol dikuping orang yang lagi pacaran.

Padahal girls, kerugian terbesar justru bakal diderita sama kamunya loh. Gimana nggak, saat sepasang cewek dan cowok berduaan, apalagi ditempat sepi, saat itulah insting cowok gampang nyasar ke area piktor.

Kalau mereka udah ambil tindak lanjut, akhirnya kamu cuma bisa nangis karena nyesel diakhir acara. Gimana tuh?

6. Nggak Tertarik Ngomongin Iman

Semua cewek kelak pasti berharap mendapatkan pasangan yang bisa ngebimbing dia kejalan yang lebih baik. Nah, hal yang kaya' gini mustahil banget didapat dari cowok-cowok piktor tersebut sodara-sodara.

Gimana nggak, surga ama neraka pasti juga udah beda, iman dan dosa nggak mungkin jadi sohib. Secara kita semua tahu, kurikulum di otak para cowok- cowok piktor nggak jauh- jauh dari yang namanya hal porno.

Karena itulah, susah nyampur sama hal yang baik- baik. Dan mereka juga paling anti ngomongin soal ilmu dan iman. So, apa untungnya bergaul sama species beginian?

Girls, udah waktunya kita stop untuk menjadi cewek naif yang mau melakukan semuanya cuma karena alasan pengorbanan cinta.

Kalau memang dia bener- bener sayang sama kamu, pasti dia akan ngejaga kamu dengan sebaik-baiknya, terutama dari pikiran kotornya sendiri.

Dan hubungan yang paling baik buat dua orang yang saling menyayangi, nggak lain nggak bukan cuman lah pernikahan, dan bukan pacaran. Udah banyak korban berjatuhan karena piktornya para cowok-cowok pengecut begini. Dan jangan sampai kamu menjadi yang selanjutnya.

Nggak perlu pake acara kontroversi hati, langkah yang kamu ambil kudu tegas, yaitu jauh- jauh dari mereka, biar kamu selamat dunia akherat deh.

Dan supaya fair juga, kita sebagai cewek juga kudu pinter pake hijab biar nggak ngundang pikiran kotor dari cowok- cowok itu. Jaga diri baik-baik girls, karena setiap kamu adalah berharga.

(NayMa/voa-islam.com)

Saturday 7 September 2013

Bukan Hanya Tentang “Miss World”


miss worldOleh : Ummu Dhiya Khanun ( Ibu Rumah Tangga )

Lagi-lagi, ketika kemaksiatan ada di hadapan mata, apalagi yang dilegitimasi oleh negara, rakyat negeri ini tak bisa berbuat banyak. Sama persis seperti kenaikan BBM. Banyak pihak, mahasiswa, ormas dan masyarakat yang keberatan dengan kenaikan harga BBM, namun pemerintah jalan terus, dan tak peduli dengan jeritan rakyatnya. Sebab, pemerintah tahu, rakyat tak bisa apa-apa selain demo, protes, aksi, mengumpulkan banyak tanda tangan para tokoh dan bersuara secara lisan dan tulisan. Pemerintah tahu, ia lah yang berkuasa mengambil keputusan, bukan rakyat. Kedaulatan di tangan rakyat yang menjadi slogan negeri ini dapat dibeli dari anggota dewan yang terhormat yang katanya adalah wakil rakyat. Dan ini memang benar-benar terbukti dari kasus kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu. Setelah harga BBM benar-benar dinaikkan, rakyat tak bisa berbuat apa-apa. Suara-suara penentangnya hilang ditiup angin. Tak ada lagi pergolakan setelah Pemerintah mengambil keputusan.
Demikian juga dengan hal yang sedang marak saat ini. Tentang penyelenggaraan miss world di Indonesia beberapa saat lagi. Sesungguhnya rakyat hanya bisa bergolak lewat lisan saja. Itupun hanya sebagian kecil rakyat khususnya umat Islam yang mau peduli. Sebagian besar rakyat justru mendukung ajang kontes ratu dunia yang katanya mengusung 3B, brain, beauty dan behavior alias kecerdasan, kecantikan dan kepribadian. Kontes yang seolah adalah suatu agenda penting negara yang dipoles atas nama meningkatkan pariwisata negara peserta. Meski secara logika anggapan ini bisa dimentahkan dengan sebuah fakta yang terjadi dengan Venezuela, Jepang dan Kanada saat dutanya berhasil memenangkan gelar ratu sejagat. Venezuela (2008 dan 2009) pertumbuhan turis mancanegaranya MINUS 3%, Jepang (2007) pertumbuhan turisnya hanya NOL SEKIAN PERSEN saja, dan di tahun 2005 kunjungan turis ke Kanada setelah memenangkan salah satu kontes kecantikan mengalami penurunan drastis dari 18 juta orang menjadi 17 juta orang.
Pemerintah yang notabene banyak orang Islamnya, sangat memahami dengan apa yang sedang dilakukan umat Islam saat ini yang berupaya menolak dan menggagalkan terselenggaranya miss world. Ummat Islam sedang menjalankan kewajibannya sebagai hamba Alloh untuk ammar ma’ruf nahi munkar. Mengamalkan sebuah sunnah, bila kemungkaran ada di hadapan mata, maka lawanlah dengan hatimu, lisanmu dan tanganmu dan doa adalah selemah-lemahnya iman. Pemerintah juga tahu betul dengan watak sebagian besar umat Islam negeri ini yang lembut, yang ketika apa yang dilisankan gagal dipenuhi mereka kembali pada doa dan lebih memilih mengalah serta pantang dengan kekerasan. Apalagi pemerintah juga tahu benar ada sebuah ormas yang begitu lantang dan berani di mulut tapi tidak di perbuatan karena slogannya yang non kekerasan. Berkali-kali bahkan bertahun-tahun pemerintah tak mengindahkan “suara mereka” meski besar-besaran menggelar ajang konferensi, muktamar, dan sejenisnya, tak mendengarkan lisan mereka yang hebat berorasi saat aksi/demo, tak memperhatikan kunjungan-kunjungan mereka kecuali sebatas sambutan ramah, namun ormas ini tak berubah. Tetap sabar melakukan hal yang sama, berorasi lantang menentang pemerintah, mengumpulkan ribuan tanda tangan tanda tak setuju dengan langkah pemerintah, bahkan mengirimkan surat cinta dan sms dalam jumlah yang tak terhitung. Tak lebih dari itu. Tak ada perubahan strategi yang patut diperhitungkan. Hal ini bisa dimengerti karena sesungguhnya kelompok ini bergerak dengan memanfaatkan momen isu yang ada saja dan memang masih dalam level target hanya untuk opini dan menunjukkan eksistensi kelompok.
Kekuatan ummat Islam yang pemberani dan memilih menggerakkan “tangan” mereka, melawan kemungkaran dengan seluruh jiwa raga mereka masih terlalu kecil. Masih amat sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah umat Islam secara keseluruhan. Tak mungkin mampu melawan kekuatan pemerintah. Setidaknya ini yang terlihat jika dipandang dari kacamata manusia.
Miss world diselenggatakan di Indonesia, rakyat bisa apa. Ketika ribuan pasukan terlatih telah disiapkan untuk mengamankan Bali, tempat terpilih diselenggatakannya kontes ini. Kekuatan pasukan ini jelas tidak bisa dilawan dengan orasi. Lisan hanya akan menjadi seperti pepatah ” anjing menggonggong kafilah berlalu”.
Miss world memang harus ditolak umat Islam. Slogan 3B nya bukan berasal dari penilaian syara, tapi hanya dari sudut pandang manusia yang memperturutkan hawa nafsu. Wanita hanya dinilai sebagai makhluk yang punya potensi besar mendatangkan keuntungan materi dalam dunia kapitalisme. Berbeda dengan Islam yang memandang individu cerdas ( Brain ) adalah individu yang memikirkan kehidupan setelah kematian. Yang berarti menyandarkan segala perbuatan dan pemikiran hanya pada aturan Islam yang akan membawanya pada keselamatan setelah mati. Jadi tak mungkin orang cerdas dalam Islam mau mengikuti ajang ratu-ratuan yang perilakunya menyimpang dari aturan, mulai dari membuka aurat, mewangikan tubuh hingga berlenggak-lenggok di hadapan pria bukan muhrim. Kecantikan ( Beauty ) dalam Islam juga bukan hanya tentang tampilan fisik. Tapi lebih pada hati yang tunduk pada seluruh aturan Alloh tanpa syarat. Kecantikan fisik bukanlah prestasi, karena itu semata pemberian dari Alloh. Sunnatulloh, Alloh menciptakan wanita ada yang cantik, maupun tidak cantik secara fisik. Ada yang sempurna, ada juga yang cacat. Sedangkan Kepribadian ( Behavior ) dalam Islam, bukan hanya dinilai berdasar seperangkat pertanyaan yang hanya dijawab secara lisan. Tapi perlu pembuktian dengan berbagai ujian dan cobaan hidup. Individu yang berkepribadian dalam Islam adalah manusia yang pemikiran dan perilakunya sesuai dengan apa-apa yang diperintahkan Alloh. Jadi tak mungkin wanita berkepribadian Islam sudi mengikuti kontes kecantikan dan semacamnya yang justru merendahkan dirinya sendiri di hadapan Alloh. Wanita Islam akan selalu ingat, bahwa Alloh memandang manusia berdasarkan taqwanya bukan yang lain.
Namun, bukan hanya ajang Miss World yang perlu ditolak. Apalagi faktanya, bukan hanya ajang Miss World yang melihat prestasi dan penghormatan perempuan pada kecantikan wajah dan seluruh tubuh. Di negara Indonesia ajang sejenis tingkat nasional pun telah sering dilakukan. Hampir semua daerah dari ujung timur hingga ujung barat menyelanggarakan kontes sejenis dengan dalih mendongkrak pariwisata. Pun dengan fakta lainnya ” tentang wanita” negeri ini yang penampilannya sama bahkan lebih seronok dan vulgar daripada ajang kontes kecantikan. Lihatlah goyangan penyanyi dangdut wanita dari mulai artis ibukota hingga artis kampung, begitu erotis dan amat menonjolkan keindahan fisik wanita. Bermacam-macam nama pun disematkan untuk berbagai goyangan tersebut, mulai dari goyang ngebor, gergaji, palu, garpu dan segala perlengkapan pertukangan.
Miss World adalah ajang dunia, yang melibatkan hubungan bilateral antar negara. Tak cukup sekedar lisan yang bersuara dan tangan yang menulis untuk menggagalkannya. Pemerintah Indonesia juga tak punya nyali untuk membatalkannya dengan segala konsekuensi berat yang tidak siap untuk diterima seperti embargo dan semacamnya. Ke depan kiranya perlu dibangun sebuah strategi melawan kemungkaran yang bisa dan mampu diperhitungkan oleh pemerintah bahkan siapapun. Sebuah metode yang tidak hanya untuk pembesaran opini saja, sehingga tidak hanya cukup sekedar berbicara dan terbawa arus retorika dalam “zona aman”. Tapi diperlukan sebuah taktik yang efektif mencapai sasaran dan tujuan demi hilangnya kemungkaran dari muka bumi, digantikan dengan penerapan hukum-hukum Alloh. Manakala masih ada kedholiman, kemaksiatan dan kemungkaran di hadapan mata, tak lagi sekedar kembali pada “doa dalam hati” dan berkata : ormas, rakyat “bisa apa selain hanya bicara”.

sumber :eramuslim.com

Friday 6 September 2013

Buya Hamka tentang Bahaya Kontes Kecantikan Miss World

Oleh : Beggy – Pegiat JIB (Jejak Islam untuk Bangsa)

 “Yang Pindah agama itu telah banyak, tetapi lebih banyak lagi

yang lepas lolos dari ikatan Islam, tersapu habis pandangan dan

cinta Islam dari dalam hatinya.”-Buya Hamka.

Penyelenggaraan Miss World tahun 2013, yang sebentar lagi akan

berlangsung nampaknya akan terus melaju. Meskipun

penyelenggaraan itu menuai kecaman dari umat Islam di

Indonesia. Pendapat kontra sudah kita sering dengar gaungnya,

mulai dari umbar aurat, pelecehan terhadap martabat perempuan

hingga bau kapitalisasi perempuan. Bahkan sejarah mencatat di

Amerika Serikat sana pun, penyelenggaraan Miss America telah

dikecam puluhan tahun silam oleh pegiat feminis.[1]

Miss World yang akan singgah dalam tanah air kita ini

sebetulnya bukan barang baru. Kecaman ulama terhadap

kontes-kontes semacam ini juga bukan sesuatu aneh dikolong

langit nusantara. Ulama besar Buya Hamka pernah mengecam kontes

semacam ini. Ia bertutur,

“Orang-orang perempuan maju kemuka berlomba merebut kehidupan,

sehingga alat-alat penghias diri, alat-alat kecantikan lebih

melebihi mahalnya. Kemudian muncullah lomba

kecantikan,memperagakan diri, lomba ratu-ratuan. Perempuan muda

yang cantik tampil ke muka mendedahkan (memamerkan) dada,

pinggul, dan pahanya,di tonton bersama dan diputuskan oleh juri

siapa yang lebih cantik tampil ke muka mendedahkan. Maka

ratu-ratu kecantikan itu jangan sampai menurun. Dan ini pun

menghendaki perbelanjaan banyak dan mewah. Macam-macam nama

yang diberi bagi ratu-ratu itu; Ratu Personality, Ratu luwes,

Ratu daerah, Ratu Propinsi, Ratu Nasional, dan Ratu

internasional.”[2]

Tepat sekali ucapan Buya Hamka. Miss World hanyalah satu dari

sekian banyak ajang eksploitasi perempuan. Kontes semacam ini

hanya berganti-ganti kulitnya. Beribu nama bisa tercetus, namun

esensinya tetap sama. Bahkan pencitraan perempuan dengan

mitos-mitos tertentu tentang kecantikan, sudah membanjiri

pikiran terdalam kita. Melalui, iklan, sinetron, dan lainnya.

Lebih mengenaskannya lagi, mulai dari penyelenggara, peserta

hingga penikmatnya adalah orang Islam itu sendiri.

Salah satu akar dari kerusakan ini adalah lenyapnya pengetahuan

di masyarakat akan kedudukan perempuan dalam Islam. Orang Islam

tak lagi memahami kedudukan perempuan dalam agama mereka,

sehingga mereka mengamini tatkala ajang seperti Miss World

disebut promosi kebudayaan, ekspresi wanita atau lebih

mengenaskan lagi penghargaan pada perempuan.

Sebagian orang Islam saat ini sampai meraba-raba dalam

kegelapan pengetahuan, bagaimana cara menghargai perempuan.

Sehingga jebakan Kontes ratu-ratuan hingga mitos kecantikan

dijadikan pegangan. Sementara kedudukan perempuan yang telah

digariskan Islam digugat dan diseret ke muka umum. Diskriminasi

dijadikan senapan untuk membidik ajaran Islam.  Orang Islam

yang hendak mencari penghargaan diluar Islam, sejatinya tak

paham bahwa mereka makin terperosok jauh ke dalam lembah

kerancuan.

Hendaklah kita resapi nasehat dari Buya Hamka tatkala berbicara

penghargaan perempuan dalam Islam. Menurutnya,

 “Mereka (perempuan) dipandang sebagai bagian yang sama

pentingnya dengan laki-laki dalam memikul tanggung jawab

beragama, mengokohkan aqidah dan ibadat, sehingga timbullah

harga diri yang setinggi-tingginya pada mereka, timbul ilham

perjuangan.”[3]

Ketidakpahaman juga seringkali dialamatkan kepada pembagian

tugas laki-laki (suami) dan perempuan (istri).  Ajaran Islam

mengenai pembagian tugas kepada istri sebagai pemelihara rumah

tangga dianggap rantai yang membelenggu. Dihakimi ramai-ramai

dalam tuduhan diskriminasi. Insyaflah kita ketika dalam hal ini

ketika mengingat keterangan Buya Hamka,

“Hanya perempuan yang kurang sehat jiwanyalah yang akan ingkar

pada pembagian tugas seperti ini. Atau perempuan yang gagal di

dalam rumah tangga lalu dia ‘kasak-kusuk’ menontonkan diri

keluar minta persamaan hak dengan laki-laki, namun dia tak

kenal lagi di mana batas hak itu.”[4]

Perihal pembagian peranan dalam rumah tangga, Buya Hamka

mengingatkan, “Pengorbanan! Itulah yang selalu diminta dari

kedua belah pihak. Yang laki-laki sampai putih rambut di

kepala, mencarikan keperluan rumah tangga. Yang perempuan

habis; tenaga, memelihara rumah tangga, menyelenggarakan suami,

mendidik anak-anak. Keduanya sama-sama berkurban!”[5]

Seandainya saja kita semua sebagai umat Islam memahami

kedudukan perempuan dalam Islam, niscaya kita tidak akan

tertipu dalam kemasan kosong kontes ratu-ratuan atau pencitraan

rapuh tentang perempuan. Namun tantangan tak berhenti di situ.

Kontes ratu-ratuan ala Miss World juga menggunakan promosi

kebudayaan sebagai topeng. Kita yang menentang Miss World

mungkin akan  dianggap tak berbudaya atau anti budaya. Batin

ini tentu bertanya-tanya, kebudayaan macam apa yang hendak

diusung Miss World?

Umat Islam di Indonesia sudah seringkali disudutkan dan

dibenturkan dengan persoalan budaya. Umat semakin terjerembab

ketika tak mampu untuk menafsirkan, kebudayaan apa yang sesuai

dengan Islam di Indonesia ini? Padahal hanya dengan memahami

hakekat budaya itu sendiri umat Islam akan mampu menepis

beragam gelombang tantangan budaya ini.

Salah satu usaha menafsirkan kebudayaan ini juga datang puluhan

tahun yang silam oleh Buya Hamka. Menurut Buya Hamka penting

bagi generasi muda Islam untuk memperdalam pengetahuan ajaran

Islam dan mempelajari sejarah umatnya di Indonesia dan

diluarnya,

“...sehingga dia insyaf bahwa kebudayaan Islam itu universil

sifatnya. Dan kebudayaan yang universil itulah tujuan terakhir

dunia di zaman ini. Dan Nasionalisme sempit, tidaklah panjang

usianya.”[6]

Budayawan Islam diingatkan Buya Hamka untuk kembali mengambil

bagian dalam perkembangan kebudayaan, serta melakukan

risalah-nya (tugasnya) yang suci itu untuk mengisi kebudayaan

dunia. Karena terlihat di Indonesia -mengutip istilah Buya

Hamka- ‘gejala pancaroba kebudayaan.’ Seperti budaya

materialistis, kebudayaan menuhankan manusia. Kebudayaan yang

tak lagi melihat manfaat dan mudharat, yang tak kenal lagi

halal dan haram. Umat Islam hendaknya jeli untuk menafsirkan

dan mewarnai kebudayaan, karena ada berbagai upaya untuk

memasukkan agama menjadi bagian dari budaya. Padahal budaya

adalah hasi kegiatan manusia. Sedangkan agama adalah wahyu.

Budaya atau kebudayaan dapat dipahami sebagai usaha dan hasil

usaha-usaha manusia menyelesaikan kehendaknya buat hidup dengan

alam yang ada di kelilingnya. [7] Menurut Buya Hamka semua

manusia yang berakal-budi adalah berbudaya, sebab budaya adalah

hasil akal budi yang dipengaruhi ruang dan waktu, serta

masyarakat yang mengelilinginya. Maka bagi Islam, kebudayaan

haruslah diterangi oleh iman.

“Maka adalah iman sebagai pemberi cahaya bagi akal budi dan

daya-upaya dalam hidup, hendaklah menjadi amalnya yang saleh!”,

terang Buya Hamka.[8]

Ketika dalam masyarakat telah dipahami bahwa kebudayaan terdiri

dari tiga hal, pengetahuan, filsafat dan seni, maka hal-hal itu

perlu diterangi cahaya Iman. Buya Hamka kembali mengingatkan,

“Islam mengajarkan bahwasanya di dalam mencari ilmu

pengetahuan,atau filsafat atau seni, satu hal perlu diingat.

Yaitu betapa nilainya bagi jiwa. “ Kemudian beliau melanjutkan,

“...Disamping mencari yang benar dan mengelakkan yang salah,

atau mencari yang baik dan menjauhi yang jahat, haruslah

diperhatikan yang manfaat dan yang mudharat itu.”[9]

Dan sejarah telah mencatat, baik di dunia dan di Indonesia,

cahaya Islam telah menerangi berbagai aspek kebudayaan.

Islam-lah yang memberi kita budaya yang lebih beradab. Islamlah

yang memberikan pakaian keindahan. Memakaikan pakaian dan

menutupkan aurat bagi orang-orang yang sebelumnya telanjang.

Islam pula yang mewarnai bahasa lisan dan tulisan di nusantara

dengan huruf arab-jawi atau huruf Pegon. Sebelum semuanya

dilindas secara tragis oleh huruf latin yang dibawa oleh

penjajah. Terlebih dalam bahasa, Bahasa Indonesia demikian

jernih terlihat diwarnai oleh bahasa melayu yang diterangi

kosa-kata berjiwa islam, seperti adil, wilayah, hikmah, dan

lainnya. Karya sastra klasik juga diwarnai jiwa Islam, baik

oleh Raja Ali Haji atau Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Betapa

banyak hikayat dan syair berjiwa jihad yang membakar semangat

perang melawan penjajah. Sebut Hikayat Perang Sabi dari tanah

Aceh sebagai salah satu contohnya.[10]

Bahkan menurut Buya Hamka, “Hindu telah meninggalkan pusaka

berupa candi-candi yang sekarang dijadikan barang antik

bernilai sejarah, untuk opbyek turis, untuk mencari riwayat

lama pada batu-batu. Tetapi Islam telah meninggalkan Mesjid

yang hidup setiap hari dan ramai setiap Jumat.”[11]

Tak heran jika kita sebagai muslim patut berbangga dengan Islam

yang telah mewarnai kebudayaan Indonesia. Dan tak patut kita

merasa rendah diri dengan Islam jika berbicara kebudayaan,

sedang Buya Hamka berani dengan lantang berkata,

“Dengan tegas dan berani mempertanggung-jawabkan, dapatlah saya

katakan bahwa modal yang diberikan Islam yang paling terbanyak,

yang diberikan untuk membangun kebudayaan Indonesia.[12]

Kebudayaan ibarat air sungai yang mengalir, ia memberi dan

menerima. Sudah menjadi tanggung jawab kita mengaliri air itu

dengan kejernihan Tauhid Islam. Dan salah satu cara memandang

kebudayaan adalah dengan meresapi nasehat dari Buya Hamka

perihal kebudayaan ini,

“Hendaklah angkatan Muda Islam memperdalam pengetahuan dan

pengertian ajaran Islam, dituruti dengan amal, sehingga menjadi

pandangan hidup yang sebenarnya, dan dapat membanding ‘mana

yang punya kita dan mana yang kepunyaan orang lain’.”[13]

Racun pembunuh bangsa bernama Miss World ini hanyalah satu dari

sekian banyak kerusakan yang hendak disuntikkan perlahan kepada

generasi kita dan penerus kita. Ketika penyelenggara Miss World

sesumbar berkata mendompleng kuda troya Kebudayaan, maka kita

dapat bertanya lantang, kebudayaan mana yang hendak mereka

maksud? Medan perjuangan begitu lapang terbentang, termasuk

dalam bidang budaya. Dan seperti hendak Buya Hamka pesankan,

“Modal menghadapi perjuangan kebudayaan masih amat terbatas dan

kerdil, sebab itu maka, ‘dengan kail panjang sejengkal,

tidaklah ada daya upaya menduga lautan’.”[14]



    J. Dow, Bonnie. Feminism, Miss America, and Media

Mythology. Rethoric & Public Affairs. Vol 6, No.1. 2003.
    HAMKA. Racun Pemusnah Bangsa dalam Dari Hati ke Hati.

Pustaka Panjimas. 2005. Jakarta.
    HAMKA, Perempuan Juga Dimuliakan dalam Kedudukan Perempuan

dalam Islam. Pustaka Panjimas. 1986. Jakarta.
    HAMKA, Pembagian Tugas dalam Kedudukan Perempuan dalam

Islam. Pustaka Panjimas. 1986. Jakarta.
    Ibid.
    HAMKA. Kebudayaan Dipandang Dari Segi Ajaran Islam dalam

Pandangan Hidup Muslim. Bulan Bintang. 1992. Jakarta.
    Ibid.
    Ibid.
    Ibid.
    Alfian, Ibrahim. Sastra Perang, Sebuah Pembicaraan Mengenai

Hikayat Perang Sabil. Balai Pustaka. 1992. Jakarta.
     HAMKA. Kebudayaan Dipandang Dari Segi Ajaran Islam dalam

Pandangan Hidup Muslim. Bulan Bintang. 1992. Jakarta.
    Ibid
    Ibid
    Ibid

sumber: voa-islam.com