for better life Headline Animator

Wednesday 26 June 2013

Kesejahteraan Semu ???

ketahuilah bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Islam mampu

mengatur seluruh permasalahan umat, baik yang muslim maupun

nonmuslim. Sejak masa Rasulullaah Shallallahu `alaihi Wa Sallam

hingga sekarang, jejak peradaban Islam masih dapat disaksikan. Di

masa kejayaan Islam, kesejahteraan tidak dilihat dari besarnya

materi yang dimiliki. Namun sebaliknya dengan saat ini,jarak yang

sangat jauh dari sejarah Islam dulu. Mungkinkah kita dapat

mengembalikan masa itu? Ingatlah,Islam dulu dan sekarang tidak

ada yang berubah. Islam yang dibawa oleh Rasulullaah Shallallahu

`alaihi Wa Sallam dahulu tidak ada bedanya dengan masa sekarang.

Lihatlah, kiblatnya masih sama, kitabnya masih sama, Rasulnya pun

tidak berubah. Lalu dari subjeknya, manusia dulu dan sekarang pun

sama. Mereka tetap memerlukan kebutuhan sehari-hari, seperti

sandang, pangan, dan papan. Perbedaannya dengan saat ini hanya

dari sarana dan prasarana, termasuk sarana pemenuhan naluri dan

keperluan jasmani, beserta aturan kehidupan yang diterapkan.

Kondisi sekarang adalah masa tegaknya sistem

demokrasi-kapitalisme sebagai peraturan kehidupan manusia yang

menilai kesejahteraan dari materi. Demokrasi kini telah, tengah

dan makin kuat menancapkan kukunya di dunia. Maka itulah yang

menghilangkan kesejahteraan manusia di bumi. Dalam demokrasi,

materi/fisik adalah simbol kebahagiaan, padahal materi itu adalah

kebahagiaan semu. Buktinya, Indonesia dengan sistem demokrasinya,

malah banyak terjadi kesengsaraan dan kesenjangan sosial di

dalamnya. Oleh karenanya, jika memandang sejahtera adalah

banyaknya materi (harta secara fisik), maka semua orang pun

berlomba-lomba mencapai materi. Ya, sistem ekonomi

demokrasi-kapitalisme telah mengkondisikan orang untuk bergerak

dan hidup yang pasti memerlukan uang. Hal ini karena

demokrasi-kapitalisme telah menjadikan harga sebagai sarana

distribusi. Artinya, uang dijadikan alat distribusi. Akibatnya,

akses pada segala sesuatu harus menggunakan uang. Na'udzubillaahi

min dzaaalik.contohnya pilkadal(pemilihan kepada daerah langsung)

bukan rahasia umum bahwa untuk menjadi kepala daerah itu harus

mempunyai dana yang besar hingga miliaran rupiah begitu juga

untuk menjadi anggota legislatif.

Demokrasi-kapitalisme juga menghasilkan paham kebebasan yang

berupa kebebasan kepemilikan, akibatnya landasan teori ekonomi

kapitalistik adalah memiliki modal sekecil-kecilnya untuk meraih

keuntungan sebesar-besarnya. Ditambah lagi dengan adanya

kebebasaan individu. Kebebasan untuk apapun tanpa batas. Yang

parah yaitu bebas dalam memilih agama. Seseorang bebas memilih

agama, berpindah agama, membuat agama baru, bahkan tidak beragama

pun diperbolehkan. Lalu, dalam hal kebebasan berpendapat,

sebebas-bebasnya. Dalam Islam, menyampaikan pendapat tentu

boleh-boleh saja, namun tetap dalam koridor hukum syara’. Justru

dengan adanya demokratisasi, telah menjadikan orang-orang begitu

mudahnya melanggar aturan Allah, menghujat Nabi Shallallahu

`alaihi Wa Sallam, dll. Pun dengan kebebasan berperilaku dan

berekspresi, sehingga tidak ada larangan jika berpakaian yang

membuka aurat.

Mangunwijaya memberi komentar cukup pedes buat kapitalisme dalam

eseinya “Mencari Landasan Sendiri”: “…ternyatalah, bahwa sistem

liberal kapitalis, biar sudah direvisi, diadaptasi baru dan

diperlunak sekalipun, dibolak-balik diargumentasi dengan fasih

ilmiah seribu kepala botak, ternyata hanya dapat berfungsi dengan

tumbal-tumbal sekian milyar rakyat lemah miskin di seluruh dunia,

termasuk dan teristimewa Indonesia..”

berbeda dengan islam.islam itu memuliakan masyarakatnya
saudaraku sekalian, kita wajib menyadari kalo aturan hidup selain

Islam tidak akan pernah membuat masyarakatnya tentram,bahagia,dan

mulia.
masih kita mengingkan kapitalisme, sekulerisme, sosialisme, atau

komunisme,sebagai dasar dinegara  semuanya cuma membuat rakyat

tambah melarat. Firman Allah Shubhanallah wa taala.:”Dan

barangsiapa berpaling dari peringatanKu, Maka Sesungguhnya

baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya

pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thahaa [20]: 124)

solusi logis dan sesuai syariat adalah dengan menerapkan Islam

sebagai ideologi negara. Karena apa? Karena masalah akhlak,

masalah ekonomi, masalah kekacauan sosial, pendidikan, budaya,

kesejahteraan rakyat, hukum, pemerintahan dan sebagainya insya

Allah akan beres kalo diterapkan Islam sebagai ideologi negara.

Menurut Muhammad Ismail dalam bukunya, Al-Fikr al-Islâmi (hlm.

9–11), yang disebut dengan mabda’ (ideologi) adalah

akidah/keyakinan yang digali dari proses berpikir, yang kemudian

melahirkan sistem atau aturan-aturan (‘aqîdah ‘aqliyyah

yanbatsiqu ‘anhâ nizhâm). Menurut definisi ini, sebuah

akidah/keyakinan disebut sebagai mabda’ (ideologi) jika memiliki

dua syarat: (1) bersifat ‘aqliyyah; (2) memiliki sistem/aturan.

Tanpa Islam, kehidupan kita akan sengsara seperti sekarang,

ketika kita berada dalam naungan kapitalisme. Firman Allah

Shubhanallah wa taala:”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka

kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum)

Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS al-Maaidah [5]: 50)

kalo ingin menuju kehidupan yang mulia,cuma Islam solusinya.

Bukan dengan ideologi lain.

Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam. bersabda (yang

artinya): “Perkara ini (Islam) akan merebak di segenap penjuru

yang ditem­bus malam dan siang. Allah tidak akan mem­biarkan satu

rumah pun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan

memasukinya se­hingga dapat memuliakan agama yang mulia dan

menghinakan agama yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan

yang dihinakan adalah kekufuran” (HR Ibnu Hibban)

dalam soal futuhat alias penaklukan negeri-negeri yang dilakukan

kekhilafahan Islam berbeda dengan penjajahan gaya Kapitalisme.

Islam di bawah kekuasaan Khilafah Islam disebar ke

wilayah-wilayah di luar Arab sebenarnya dalam rangka membebaskan

dan memuliakan manusia agar mereka dapat kehidupan layak.

Beda dengan penjajah, mereka datang untuk menguasai apa yang

berharga di wilayah jajahan mereka.kita ini sudah hampir 70 tahun

merdeka tapi kesejahteraan yang di impikan jauuuuuuh.presiden pun

sudah berkali-kali berganti ratusan menteri pun sudah berganti

memimpin departemen tapi toh tak bisa. hampir 70 tahun juga

demokerasi di elu-elukan sebagai sistem terbaik tapi nyatanya

yunani dan eropa negara pencetus pertama demokrasi pun sekaraang

sedang sekarat masalah ekonominya.kalau tukul bilang mah

MENGHARUKAN....

bersambung...

diambil dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment