for better life Headline Animator

Wednesday 3 July 2013

Buah Manis dari Bersedekah Kepada Kucing


Bismillahir-Rah­maanir-Rahim … Syaikh ‘Abdul Hadi Badlah, Imam

Masjid Jami’ur Ridhwan di Halab Syiria, pernah bercerita, “Di

awal pernikahanku, Allah telah menganugerahkan­ kepadaku anak

yang pertama. Kami sangat bergembira dengan anugerah ini.

Akan tetapi, Allah Azza wa Jalla berkehendak menimpakan penyakit

yang keras kepada anakku. Pengobatan seakan tak berdaya untuk

menyembuhkannya­, keadaan sang anak semakin memburuk, dan keadaan

kami pun menjadi buruk karena sangat bersedih memikirkan keadaan

buah hati kami dan cahaya mata kami. Kalian tentu tahu, apakah

artinya anak bagi kedua orang tuanya, terutama ia adalah anak

yang pertama!!

Perasaan buruk itu menyeruak di dalam hati, karena kami merasa

tak berdaya memberikan pengobatan bagi penderitaan anak kami!!

Sehatnya kita memang merupakan perintah Allah dan ketentuan-Nya,

namun kita memang harus mengambil langkah-langkah­ pengobatan dan

tidak meninggalkan kesempatan atau sarana apa pun untuk

mengobatinya.

Seorang yang baik menunjukkan kepada kami adanya seorang dokter

yang berpengalaman dan terkenal, maka aku pun pergi bersama

anakku kepadanya. Anakku mengeluhkan demam yang sangat tinggi,

dan dokter itu berkata kepada kami, “Apabila panas anak Anda

tidak turun malam ini, maka ia akan meninggal esok hari!!”

Aku kembali bersama sang anak dengan kegelisahan yang memuncak.

Sakit menyerang hatiku, hingga kelopak mataku tak mampu terpejam

tidur. Aku pun mengerjakan shalat, lalu pergi dengan wajah muram

durja meninggalkan isteriku yang menangis sedih di dekat kepala

anakku.

Aku terus berjalan di jalanan, dan tidak tahu apa yang harus aku

perbuat untuk anakku!! Tiba-tiba aku teringat dengan sedekah, dan

ingat dengan hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam,

tatkala beliau bersabda,

“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.”

Namun, siapa yang akan aku temui di waktu malam seperti ini. Aku

bisa saja mengetuk pintu seseorang dan bersedekah kepadanya, tapi

apa yang akan ia katakan kepadaku jika aku melakukan hal itu?

Tatkala aku berada dalam kondisi bimbang seperti itu, tiba-tiba

ada seekor kucing lapar yang mengeong di kegelapan malam. Aku

menjadi ingat dengan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam

tatkala ditanya oleh seorang sahabat, “Apakah berbuat baik kepada

binatang bagi kami ada pahalanya?”

Beliau shalallahu alaihi wasallam menjawab, “Di dalam setiap apa

yang bernyawa ada pahalanya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan

Muslim)

Aku pun segera masuk ke rumahku, mengambil sepotong daging, dan

memberi makan kucing itu. Aku menutup pintu belakang rumahku, dan

suara pintu itu bercampur dengan suara istriku yang bertanya,

“Apakah engkau telah kembali kepadaku dengan cepat?”

Aku pun bergegas menuju ke arahnya. Dan, aku mendapatkan wajah

isteriku telah berubah, dari permukaan wajahnya telah menyiratkan

kegembiraan! Ia berkata, “Sesudah engkau pergi, aku tertidur

sebentar masih dalam keadaan duduk. Maka, aku melihat sebuah

pemandangan yang menakjubkan!!”

“Dalam tidurku, aku melihat diriku mendekap anakku. Tiba-tiba ada

seekor burung hitam yang besar dari langit yang terbang hendak

menyambar anak kita, untuk mengambilnya dariku. Aku menjadi

sangat ketakutan, dan tidak tahu apa yang harus aku perbuat?

Tiba-tiba muncul kepadaku seekor kucing yang menyerang secara

dahsyat burung itu, dan keduanya pun saling bertempur. Aku tidak

melihat kucing itu lebih kuat daripada burung itu, karena si

burung badannya gemuk. Namun akhirnya, burung elang itu pun pergi

menjauh. Aku terbangun mendengar suaramu ketika datang tadi.”

Syaikh ‘Abdul Hadi berkata, “Aku tersenyum dan merasa gembira

dengan kebaikan ini. Melihat aku tersenyum, isteriku menatap ke

arahku dengan terheran-heran.­ Aku berkata kepadanya, “Semoga

semuanya menjadi baik.”

Kami bergegas mendekati anak kami. Kami tak tahu siapa yang

sampai terlebih dulu, tatkala penyakit demam itu sirna dan sang

anak mulai membuka matanya. Dan, pada pagi hari berikutnya, sang

anak telah bermain-main bersama anak-anak yang lain di desa ini,

alhamdulillah.

Sesudah Syaikh menyebutkan kisah menakjubkan ini, anak tadi

-–yang telah menjadi pemuda berumur 17 tahun, serta telah

sempurna menghafalkan Al-Quran dan menekuni ilmu syar’i–, ia

menyampaikan nasihat yang mendalam kepada kaum muslimin di masjid

orang tuanya, Masjid Ar-Ridhwan di Halb, di salah satu malam dari

sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan yang penuh berkah.

(Sumber: Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah)

No comments:

Post a Comment