Beberapa pekan terakhir ini, manusia yang masih memiliki hati nurani, disuguhi tontonan yang sangat menyakitkan. Menyakitkan bagi semua orang yang masih memiliki akal sehat.
Di mana dua orang Amerika, yaitu Sersan Robert Bales dan Sersan Hassan Nadal, di depan juri mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam hukum. Ini menunjukkan wajah asli demokrasi di Amerika. Di mana adanya bentuk ketidak adilan dan kesataraan secara nyata.
Dua orang Amerika, yaitu Sersan Robert Bales dan Sersan Hassan Nadal melakukan pembunuah, dan keduanya mengakui kejahatan mereka di depan juri (pengadilan) Amerika. Tetapi, pengadilan menyelamatkan salah satu dari mereka dari hukuman mati, dan hukuman mati ditimpakan kepada orang yang kedua.
Robert Bales seorang prajurit Amerika di Afghanistan telah membunuh 16 Muslim Afghan. Tetapi, pengadilan Amerika tidak menghukum mati Bales, dan hanya dengan hukuman seumur hidup.
Sementara, Hassan Nadal, anggota militer Amerika, membunuh tentara yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan Bales, dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan. Jadi ada diskriminasi, ketidakadilan, dan tidak adanya kesataraan dalam hukum diantara keduanya yang sama melakukan pembunuhan.
Pengadilan Amerika memutuskan memberikan kesempatan hidup kepada Sersan Robert Bales. Padahal, Bales telah membunuh anak-anak kecil, perempuan dan orang tua, di tengah kegelapan malam, di mana mereka lelap tidur dalam rumah mereka .
Dilukiskan seakan Bales tidak mempunyai niat membunuh atau menyakiti siapa pun. Sementara itu, Hassan Nadal di vonis hukuman mati, karena dia seorang Muslim, tindakannya membunuh tentara di siang hari di dalam pangkalan militer, dinilai sebagai tindakan yang menyiksa, dan membunuh orang-orang tak berdosa, serta mereka memiliki kemampuan membela diri. Hassan Nadal juga dikaitkan dengan jaringan al-Qaidah.
Hassan Nadal semata membunuh para prajurit, tidak merusak tubuh mereka, dan meninggalkan mereka, serta tanpa ada tindakan yang berlebihan lainnya. Tetapi, Hassan Nadal divonis hukuman mati oleh juri Amerika.
Sebaliknya, Robert Bales yang sudah membunuhi anak-anak, perempuan dan orang tua, kemudian setelah membunuh mereka, mengumpulkan tubuh (mayat) mereka, ditempat yang berbeda ke dalam satu ruangan dan membakarnya, justeru dianggap sebagai tindakan yang layak, dan tetap dipertahankan hak hidupnya.
Keputusan pengadilan di Amerika benar-benar melawan akal sehat dan waras, bahwa orang yang terlibat dalam penumpahan darah terhadap anak-anak, perempuan, dan orang tua, yang tak berdosa, seharusnya dihukum mati. Robert Bales masih tidak puas dengan membunuh mereka saja, tetapi membakar mayat mereka setelah membantai mereka.
Faktanya, pengadilan Amerika melakukan keputusan sebaliknya, karena Hassan Nadal membunuh orang Amerika, sebaliknya Robert Bales membunuh warga Muslim Afghanistan!
Menurut aturan dan hukum yang bersandar kepada demokrasi Amerika, kehidupan bagi Amerika memiliki nilai yang mulia dan sangat dihargai. Sebaliknya kehidupan bagi orang lain, yang bukan orang Amerika,tidak memiliki arti dan nilai apa-apa.
Hassan Nadal mengatakan dalam pengakuannya bahwa dia membunuh tentara Amerika yang sudah menyiksa dan membunuh Muslim di Irak dan Afghanistan. Nadal melihat dengan mata kepalanya, bagiamana tentara Amerika membunuh begitu banyak Muslim Irak dan Afghanistan. Sebaliknya Robert Bales merasa lega tidak dijatuhi hukuman mati, karena dia hanya membunuh anak-anak kecil, perempuan dan orang tua, semata-mata hanya untuk kesenangan.
Hanya Islam yang melindungi hak-hak asasi semua manusia. Semua manusia, setiap ras, suku, kelompok, golongan dengan berbagai keyakinan, di dalam Islam memiliki hak yang sama (equality before by the law). Demokrasi Barat hanya untuk bangsa Barat. Sementara bagi bangsa non-Barat, berlaku standar yang tidak sama dengan yang berlaku di Barat.
Barat tidak memiliki perhatian terhadap anak-anak, perempuan, dan orangtua, dan dibiarkan dengan penuh ketidak adilan. Seperti yang sekarang sedang berlangsung di Barat, eksploiti terhadap anak-anak, perempuan, dan orangtua yang dibiarkan sendirian menjelang hari kematian mereka di apartemen atau panti jompo, menjelang kematian mereka.
Barat tidak memiliki perhatian ketika sebuah junta militer di Mesir dan Aljazair membantai ribuan rakyatnya dengan penuh kekejaman, dan Barat tidak memiliki kepedulian dan keberatan apapun. Kelompok Islam di Mesir, Ikhwanul Muslimin yang sudah ikut pemilu, menang, dan kemudian dihancurkan. Di Aljazair, kelompok Islam FIS, yang juga ikut pemilu, tahun l992, menang kemudian oleh militer dihancurkan.
Barat, khususnya Amerika Serikat mendukung penjajah dan perampok rakyat Palestina, secara parmanen yaitu Zionis-Israel. Satu-satunya penjajah di muka bumi, sampai sekarang yang mendapatkan perlindungan dengan permanen oleh Amerika hanyalah Zionis-Israel. Amerika Serikat harus bertanggung jawab, karena mendukung sebuah rezim yang terus menerus membunuhi rakyat Palestina secara keji.
Jadi, hakikatnya sistem kufur demokrasi itu sistem iblis, dan tidak akan pernah bisa memberikan keadilan, kedamaian, kebahagian, serta kesejahteraan. Demokrasi hanya cocok dipraktikan bagi rakyat di Barat, tetapi tidak di dunia Islam. Demokrasi hanyalah akan menghancurkan kehidupan Muslim selamanya.
Justru demokrasi menjadi alat penjajahan dan perbudakan oleh kaum kapitalis (kafi musyrik - yahudi/nasrani). Muslim harus melakukan gerakan pembebasan atas negeri mereka yang sekarang dijajah dan rakyat diperbudak oleh kafir musyrik. Seperti yang dipesankan oleh Rasulullah Shallahu alaihi wassalam untuk memerangi kafir musyrik. Wallahu'alam.
sumber: voa-islam.com
Wednesday, 11 September 2013
Membongkar Rahasia Cowok Piktor (Penting buat para cewek)!
Ngedenger berita, ngeliat kiri kanan, kok rasanya makin hari makin banyak cewek yang "kebuang sia-sia", ya? Bener- bener miris!.
Yah gimana nggak ngerasa kebuang, mereka ditinggalin gitu aja sama cowok-cowok piktor (pikiran kotor), setelah kehormatan mereka di ambil. Dan gimana nggak sia- sia, karena justru nggak jarang si cewek sendiri yang serahin kehormatan mereka sama cowok model beginian.
Modusnya sih lagi- lagi karena cinta. Yeah, cinta dan pembuktiannya yang katanya nih membutuhkan pengorbanan.
Nggak sedikit akhirnya cewek- cewek itu yang ngerasa frustasi soal masa depan mereka, bahkan banyak juga yang nekat mengakhiri hidup mereka sendiri. Naudzubillah.
So, biar kamu semua nggak ikutan jadi korban, dan terjebak dalam pesona si piktor yang berbahaya. Kenali beberapa rahasia mereka berikut ini,
1. Playboy
Yaps, bukan rahasia lagi kalau kebanyakan para cowok piktor juga berprofesi ganda sebagai playboy. Mereka punya seribu satu aksi dan jebakan buat ngegaet cewek- cewek gebetannya.
Dan asal kamu tahu girls, saat seorang cowok memutuskan menjadi seorang playboy, dia bukan mau ngajak kamu main congklak atau petak umpet.
Tujuan dia cuma satu, yaitu main- main sama hati kamu. Dan jangan lupa juga, poin dia yang utama adalah juga ngedapetin kamu berikut properti kamu yang paling berharga, yaitu kehormatanmu.
Setelah semua selesai, da-da, bye bye deh. Kalau udah gitu siapa yang rugi? ya kamu sendiri, lah. Jadi masih mau deketan sama cowok playboy nan piktor?
2.Perayu Ulung
Selain playboy, si piktor juga kudu jadi jago ulung dalam ngerayu targetnya. Kalau nggak gitu, gimana mungkin si cewek bakal terpesona.
Maka nggak heran kalau kadang sumpah serapah pun sampai dia sampein buat membuktikan kalau memang dia serius dengan ucapannya.
Tapi semua itu cumanlah bohong, karena seperti yang kita semua tahu, tujuan dia akhirnya adalah ngegaet kamu dan seterusnya adalah bisa ngelakuin seks bebas. Jadi, hati- hati deh!
3. Buru-buru Ngajak Pacaran
Pernah ketemu sama cowok yang baru kenal kamu sebulan, trus langsung ngajak pacaran? kalau iya, buru-buru deh jauhin dia. Karena eh karena cowok tipe ini akan menyebarkan virus nggak sehat ke kamu. Mau tau isi kepala mereka? sekali lagi, nggak jauh- jauh pastinya dari seks bebas atau zina.
So pasti lah girls, ngapain dia ngebet banget ngajak pacaran kalau nggak buat begituan?. kalau kamu pikir dia udah emergency banget butuh temen curhat,... ah nggak juga, toh dia bisa aja cari teman selain kamu kan?. atau mungkin tujuan dia biar bisa gandeng tangan berdua, atau biar malam minggu ada temen nonton?
Hmm.. buat dia itu mungkin pemanasan aja. Dan yakin deh, nggak bakal selesai sampai disitu!. Pacaran akhirnya bakal ngasih dia jalan buat berbuat lebih sama kamu.
4. Rutin Ngebahas Fisik Kamu
Udah kodratnya, kalau cowok memang suka sama cewek. Tapi kalau si cowok udah mulai rutin kepo banget sama tubuh cewek, pastinya bakal risih abies kan ngedengernya.
Apa tujuan dari obrolan itu, pastinya sih nggak jelas, dan nggak penting. So, hargain diri kita girls, nggak usah repot-repot presentasi tentang kehormatan kamu sendiri didepan dia, sehingga kamu kelihatan terlalu murah.
Jangan main api deh buat deket sama cowok, apalagi tipe yang begini. Waduh, bisa bahaya siaga satu.
5. Suka Banget Mojok Berdua
Kalau cewek sama cowok berduaan, maka yang ketiga adalah setan. Nah, kalimat yang katanya klise tapi penting ini sering kali nggak nyantol dikuping orang yang lagi pacaran.
Padahal girls, kerugian terbesar justru bakal diderita sama kamunya loh. Gimana nggak, saat sepasang cewek dan cowok berduaan, apalagi ditempat sepi, saat itulah insting cowok gampang nyasar ke area piktor.
Kalau mereka udah ambil tindak lanjut, akhirnya kamu cuma bisa nangis karena nyesel diakhir acara. Gimana tuh?
6. Nggak Tertarik Ngomongin Iman
Semua cewek kelak pasti berharap mendapatkan pasangan yang bisa ngebimbing dia kejalan yang lebih baik. Nah, hal yang kaya' gini mustahil banget didapat dari cowok-cowok piktor tersebut sodara-sodara.
Gimana nggak, surga ama neraka pasti juga udah beda, iman dan dosa nggak mungkin jadi sohib. Secara kita semua tahu, kurikulum di otak para cowok- cowok piktor nggak jauh- jauh dari yang namanya hal porno.
Karena itulah, susah nyampur sama hal yang baik- baik. Dan mereka juga paling anti ngomongin soal ilmu dan iman. So, apa untungnya bergaul sama species beginian?
Girls, udah waktunya kita stop untuk menjadi cewek naif yang mau melakukan semuanya cuma karena alasan pengorbanan cinta.
Kalau memang dia bener- bener sayang sama kamu, pasti dia akan ngejaga kamu dengan sebaik-baiknya, terutama dari pikiran kotornya sendiri.
Dan hubungan yang paling baik buat dua orang yang saling menyayangi, nggak lain nggak bukan cuman lah pernikahan, dan bukan pacaran. Udah banyak korban berjatuhan karena piktornya para cowok-cowok pengecut begini. Dan jangan sampai kamu menjadi yang selanjutnya.
Nggak perlu pake acara kontroversi hati, langkah yang kamu ambil kudu tegas, yaitu jauh- jauh dari mereka, biar kamu selamat dunia akherat deh.
Dan supaya fair juga, kita sebagai cewek juga kudu pinter pake hijab biar nggak ngundang pikiran kotor dari cowok- cowok itu. Jaga diri baik-baik girls, karena setiap kamu adalah berharga.
(NayMa/voa-islam.com)
Yah gimana nggak ngerasa kebuang, mereka ditinggalin gitu aja sama cowok-cowok piktor (pikiran kotor), setelah kehormatan mereka di ambil. Dan gimana nggak sia- sia, karena justru nggak jarang si cewek sendiri yang serahin kehormatan mereka sama cowok model beginian.
Modusnya sih lagi- lagi karena cinta. Yeah, cinta dan pembuktiannya yang katanya nih membutuhkan pengorbanan.
Nggak sedikit akhirnya cewek- cewek itu yang ngerasa frustasi soal masa depan mereka, bahkan banyak juga yang nekat mengakhiri hidup mereka sendiri. Naudzubillah.
So, biar kamu semua nggak ikutan jadi korban, dan terjebak dalam pesona si piktor yang berbahaya. Kenali beberapa rahasia mereka berikut ini,
1. Playboy
Yaps, bukan rahasia lagi kalau kebanyakan para cowok piktor juga berprofesi ganda sebagai playboy. Mereka punya seribu satu aksi dan jebakan buat ngegaet cewek- cewek gebetannya.
Dan asal kamu tahu girls, saat seorang cowok memutuskan menjadi seorang playboy, dia bukan mau ngajak kamu main congklak atau petak umpet.
Tujuan dia cuma satu, yaitu main- main sama hati kamu. Dan jangan lupa juga, poin dia yang utama adalah juga ngedapetin kamu berikut properti kamu yang paling berharga, yaitu kehormatanmu.
Setelah semua selesai, da-da, bye bye deh. Kalau udah gitu siapa yang rugi? ya kamu sendiri, lah. Jadi masih mau deketan sama cowok playboy nan piktor?
2.Perayu Ulung
Selain playboy, si piktor juga kudu jadi jago ulung dalam ngerayu targetnya. Kalau nggak gitu, gimana mungkin si cewek bakal terpesona.
Maka nggak heran kalau kadang sumpah serapah pun sampai dia sampein buat membuktikan kalau memang dia serius dengan ucapannya.
Tapi semua itu cumanlah bohong, karena seperti yang kita semua tahu, tujuan dia akhirnya adalah ngegaet kamu dan seterusnya adalah bisa ngelakuin seks bebas. Jadi, hati- hati deh!
3. Buru-buru Ngajak Pacaran
Pernah ketemu sama cowok yang baru kenal kamu sebulan, trus langsung ngajak pacaran? kalau iya, buru-buru deh jauhin dia. Karena eh karena cowok tipe ini akan menyebarkan virus nggak sehat ke kamu. Mau tau isi kepala mereka? sekali lagi, nggak jauh- jauh pastinya dari seks bebas atau zina.
So pasti lah girls, ngapain dia ngebet banget ngajak pacaran kalau nggak buat begituan?. kalau kamu pikir dia udah emergency banget butuh temen curhat,... ah nggak juga, toh dia bisa aja cari teman selain kamu kan?. atau mungkin tujuan dia biar bisa gandeng tangan berdua, atau biar malam minggu ada temen nonton?
Hmm.. buat dia itu mungkin pemanasan aja. Dan yakin deh, nggak bakal selesai sampai disitu!. Pacaran akhirnya bakal ngasih dia jalan buat berbuat lebih sama kamu.
4. Rutin Ngebahas Fisik Kamu
Udah kodratnya, kalau cowok memang suka sama cewek. Tapi kalau si cowok udah mulai rutin kepo banget sama tubuh cewek, pastinya bakal risih abies kan ngedengernya.
Apa tujuan dari obrolan itu, pastinya sih nggak jelas, dan nggak penting. So, hargain diri kita girls, nggak usah repot-repot presentasi tentang kehormatan kamu sendiri didepan dia, sehingga kamu kelihatan terlalu murah.
Jangan main api deh buat deket sama cowok, apalagi tipe yang begini. Waduh, bisa bahaya siaga satu.
5. Suka Banget Mojok Berdua
Kalau cewek sama cowok berduaan, maka yang ketiga adalah setan. Nah, kalimat yang katanya klise tapi penting ini sering kali nggak nyantol dikuping orang yang lagi pacaran.
Padahal girls, kerugian terbesar justru bakal diderita sama kamunya loh. Gimana nggak, saat sepasang cewek dan cowok berduaan, apalagi ditempat sepi, saat itulah insting cowok gampang nyasar ke area piktor.
Kalau mereka udah ambil tindak lanjut, akhirnya kamu cuma bisa nangis karena nyesel diakhir acara. Gimana tuh?
6. Nggak Tertarik Ngomongin Iman
Semua cewek kelak pasti berharap mendapatkan pasangan yang bisa ngebimbing dia kejalan yang lebih baik. Nah, hal yang kaya' gini mustahil banget didapat dari cowok-cowok piktor tersebut sodara-sodara.
Gimana nggak, surga ama neraka pasti juga udah beda, iman dan dosa nggak mungkin jadi sohib. Secara kita semua tahu, kurikulum di otak para cowok- cowok piktor nggak jauh- jauh dari yang namanya hal porno.
Karena itulah, susah nyampur sama hal yang baik- baik. Dan mereka juga paling anti ngomongin soal ilmu dan iman. So, apa untungnya bergaul sama species beginian?
Girls, udah waktunya kita stop untuk menjadi cewek naif yang mau melakukan semuanya cuma karena alasan pengorbanan cinta.
Kalau memang dia bener- bener sayang sama kamu, pasti dia akan ngejaga kamu dengan sebaik-baiknya, terutama dari pikiran kotornya sendiri.
Dan hubungan yang paling baik buat dua orang yang saling menyayangi, nggak lain nggak bukan cuman lah pernikahan, dan bukan pacaran. Udah banyak korban berjatuhan karena piktornya para cowok-cowok pengecut begini. Dan jangan sampai kamu menjadi yang selanjutnya.
Nggak perlu pake acara kontroversi hati, langkah yang kamu ambil kudu tegas, yaitu jauh- jauh dari mereka, biar kamu selamat dunia akherat deh.
Dan supaya fair juga, kita sebagai cewek juga kudu pinter pake hijab biar nggak ngundang pikiran kotor dari cowok- cowok itu. Jaga diri baik-baik girls, karena setiap kamu adalah berharga.
(NayMa/voa-islam.com)
Saturday, 7 September 2013
Bukan Hanya Tentang “Miss World”
Lagi-lagi, ketika kemaksiatan ada di hadapan mata, apalagi yang dilegitimasi oleh negara, rakyat negeri ini tak bisa berbuat banyak. Sama persis seperti kenaikan BBM. Banyak pihak, mahasiswa, ormas dan masyarakat yang keberatan dengan kenaikan harga BBM, namun pemerintah jalan terus, dan tak peduli dengan jeritan rakyatnya. Sebab, pemerintah tahu, rakyat tak bisa apa-apa selain demo, protes, aksi, mengumpulkan banyak tanda tangan para tokoh dan bersuara secara lisan dan tulisan. Pemerintah tahu, ia lah yang berkuasa mengambil keputusan, bukan rakyat. Kedaulatan di tangan rakyat yang menjadi slogan negeri ini dapat dibeli dari anggota dewan yang terhormat yang katanya adalah wakil rakyat. Dan ini memang benar-benar terbukti dari kasus kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu. Setelah harga BBM benar-benar dinaikkan, rakyat tak bisa berbuat apa-apa. Suara-suara penentangnya hilang ditiup angin. Tak ada lagi pergolakan setelah Pemerintah mengambil keputusan.
Demikian juga dengan hal yang sedang marak saat ini. Tentang penyelenggaraan miss world di Indonesia beberapa saat lagi. Sesungguhnya rakyat hanya bisa bergolak lewat lisan saja. Itupun hanya sebagian kecil rakyat khususnya umat Islam yang mau peduli. Sebagian besar rakyat justru mendukung ajang kontes ratu dunia yang katanya mengusung 3B, brain, beauty dan behavior alias kecerdasan, kecantikan dan kepribadian. Kontes yang seolah adalah suatu agenda penting negara yang dipoles atas nama meningkatkan pariwisata negara peserta. Meski secara logika anggapan ini bisa dimentahkan dengan sebuah fakta yang terjadi dengan Venezuela, Jepang dan Kanada saat dutanya berhasil memenangkan gelar ratu sejagat. Venezuela (2008 dan 2009) pertumbuhan turis mancanegaranya MINUS 3%, Jepang (2007) pertumbuhan turisnya hanya NOL SEKIAN PERSEN saja, dan di tahun 2005 kunjungan turis ke Kanada setelah memenangkan salah satu kontes kecantikan mengalami penurunan drastis dari 18 juta orang menjadi 17 juta orang.
Pemerintah yang notabene banyak orang Islamnya, sangat memahami dengan apa yang sedang dilakukan umat Islam saat ini yang berupaya menolak dan menggagalkan terselenggaranya miss world. Ummat Islam sedang menjalankan kewajibannya sebagai hamba Alloh untuk ammar ma’ruf nahi munkar. Mengamalkan sebuah sunnah, bila kemungkaran ada di hadapan mata, maka lawanlah dengan hatimu, lisanmu dan tanganmu dan doa adalah selemah-lemahnya iman. Pemerintah juga tahu betul dengan watak sebagian besar umat Islam negeri ini yang lembut, yang ketika apa yang dilisankan gagal dipenuhi mereka kembali pada doa dan lebih memilih mengalah serta pantang dengan kekerasan. Apalagi pemerintah juga tahu benar ada sebuah ormas yang begitu lantang dan berani di mulut tapi tidak di perbuatan karena slogannya yang non kekerasan. Berkali-kali bahkan bertahun-tahun pemerintah tak mengindahkan “suara mereka” meski besar-besaran menggelar ajang konferensi, muktamar, dan sejenisnya, tak mendengarkan lisan mereka yang hebat berorasi saat aksi/demo, tak memperhatikan kunjungan-kunjungan mereka kecuali sebatas sambutan ramah, namun ormas ini tak berubah. Tetap sabar melakukan hal yang sama, berorasi lantang menentang pemerintah, mengumpulkan ribuan tanda tangan tanda tak setuju dengan langkah pemerintah, bahkan mengirimkan surat cinta dan sms dalam jumlah yang tak terhitung. Tak lebih dari itu. Tak ada perubahan strategi yang patut diperhitungkan. Hal ini bisa dimengerti karena sesungguhnya kelompok ini bergerak dengan memanfaatkan momen isu yang ada saja dan memang masih dalam level target hanya untuk opini dan menunjukkan eksistensi kelompok.
Kekuatan ummat Islam yang pemberani dan memilih menggerakkan “tangan” mereka, melawan kemungkaran dengan seluruh jiwa raga mereka masih terlalu kecil. Masih amat sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah umat Islam secara keseluruhan. Tak mungkin mampu melawan kekuatan pemerintah. Setidaknya ini yang terlihat jika dipandang dari kacamata manusia.
Miss world diselenggatakan di Indonesia, rakyat bisa apa. Ketika ribuan pasukan terlatih telah disiapkan untuk mengamankan Bali, tempat terpilih diselenggatakannya kontes ini. Kekuatan pasukan ini jelas tidak bisa dilawan dengan orasi. Lisan hanya akan menjadi seperti pepatah ” anjing menggonggong kafilah berlalu”.
Miss world memang harus ditolak umat Islam. Slogan 3B nya bukan berasal dari penilaian syara, tapi hanya dari sudut pandang manusia yang memperturutkan hawa nafsu. Wanita hanya dinilai sebagai makhluk yang punya potensi besar mendatangkan keuntungan materi dalam dunia kapitalisme. Berbeda dengan Islam yang memandang individu cerdas ( Brain ) adalah individu yang memikirkan kehidupan setelah kematian. Yang berarti menyandarkan segala perbuatan dan pemikiran hanya pada aturan Islam yang akan membawanya pada keselamatan setelah mati. Jadi tak mungkin orang cerdas dalam Islam mau mengikuti ajang ratu-ratuan yang perilakunya menyimpang dari aturan, mulai dari membuka aurat, mewangikan tubuh hingga berlenggak-lenggok di hadapan pria bukan muhrim. Kecantikan ( Beauty ) dalam Islam juga bukan hanya tentang tampilan fisik. Tapi lebih pada hati yang tunduk pada seluruh aturan Alloh tanpa syarat. Kecantikan fisik bukanlah prestasi, karena itu semata pemberian dari Alloh. Sunnatulloh, Alloh menciptakan wanita ada yang cantik, maupun tidak cantik secara fisik. Ada yang sempurna, ada juga yang cacat. Sedangkan Kepribadian ( Behavior ) dalam Islam, bukan hanya dinilai berdasar seperangkat pertanyaan yang hanya dijawab secara lisan. Tapi perlu pembuktian dengan berbagai ujian dan cobaan hidup. Individu yang berkepribadian dalam Islam adalah manusia yang pemikiran dan perilakunya sesuai dengan apa-apa yang diperintahkan Alloh. Jadi tak mungkin wanita berkepribadian Islam sudi mengikuti kontes kecantikan dan semacamnya yang justru merendahkan dirinya sendiri di hadapan Alloh. Wanita Islam akan selalu ingat, bahwa Alloh memandang manusia berdasarkan taqwanya bukan yang lain.
Namun, bukan hanya ajang Miss World yang perlu ditolak. Apalagi faktanya, bukan hanya ajang Miss World yang melihat prestasi dan penghormatan perempuan pada kecantikan wajah dan seluruh tubuh. Di negara Indonesia ajang sejenis tingkat nasional pun telah sering dilakukan. Hampir semua daerah dari ujung timur hingga ujung barat menyelanggarakan kontes sejenis dengan dalih mendongkrak pariwisata. Pun dengan fakta lainnya ” tentang wanita” negeri ini yang penampilannya sama bahkan lebih seronok dan vulgar daripada ajang kontes kecantikan. Lihatlah goyangan penyanyi dangdut wanita dari mulai artis ibukota hingga artis kampung, begitu erotis dan amat menonjolkan keindahan fisik wanita. Bermacam-macam nama pun disematkan untuk berbagai goyangan tersebut, mulai dari goyang ngebor, gergaji, palu, garpu dan segala perlengkapan pertukangan.
Miss World adalah ajang dunia, yang melibatkan hubungan bilateral antar negara. Tak cukup sekedar lisan yang bersuara dan tangan yang menulis untuk menggagalkannya. Pemerintah Indonesia juga tak punya nyali untuk membatalkannya dengan segala konsekuensi berat yang tidak siap untuk diterima seperti embargo dan semacamnya. Ke depan kiranya perlu dibangun sebuah strategi melawan kemungkaran yang bisa dan mampu diperhitungkan oleh pemerintah bahkan siapapun. Sebuah metode yang tidak hanya untuk pembesaran opini saja, sehingga tidak hanya cukup sekedar berbicara dan terbawa arus retorika dalam “zona aman”. Tapi diperlukan sebuah taktik yang efektif mencapai sasaran dan tujuan demi hilangnya kemungkaran dari muka bumi, digantikan dengan penerapan hukum-hukum Alloh. Manakala masih ada kedholiman, kemaksiatan dan kemungkaran di hadapan mata, tak lagi sekedar kembali pada “doa dalam hati” dan berkata : ormas, rakyat “bisa apa selain hanya bicara”.
sumber :eramuslim.com
Friday, 6 September 2013
Buya Hamka tentang Bahaya Kontes Kecantikan Miss World
Oleh : Beggy – Pegiat JIB (Jejak Islam untuk Bangsa)
“Yang Pindah agama itu telah banyak, tetapi lebih banyak lagi
yang lepas lolos dari ikatan Islam, tersapu habis pandangan dan
cinta Islam dari dalam hatinya.”-Buya Hamka.
Penyelenggaraan Miss World tahun 2013, yang sebentar lagi akan
berlangsung nampaknya akan terus melaju. Meskipun
penyelenggaraan itu menuai kecaman dari umat Islam di
Indonesia. Pendapat kontra sudah kita sering dengar gaungnya,
mulai dari umbar aurat, pelecehan terhadap martabat perempuan
hingga bau kapitalisasi perempuan. Bahkan sejarah mencatat di
Amerika Serikat sana pun, penyelenggaraan Miss America telah
dikecam puluhan tahun silam oleh pegiat feminis.[1]
Miss World yang akan singgah dalam tanah air kita ini
sebetulnya bukan barang baru. Kecaman ulama terhadap
kontes-kontes semacam ini juga bukan sesuatu aneh dikolong
langit nusantara. Ulama besar Buya Hamka pernah mengecam kontes
semacam ini. Ia bertutur,
“Orang-orang perempuan maju kemuka berlomba merebut kehidupan,
sehingga alat-alat penghias diri, alat-alat kecantikan lebih
melebihi mahalnya. Kemudian muncullah lomba
kecantikan,memperagakan diri, lomba ratu-ratuan. Perempuan muda
yang cantik tampil ke muka mendedahkan (memamerkan) dada,
pinggul, dan pahanya,di tonton bersama dan diputuskan oleh juri
siapa yang lebih cantik tampil ke muka mendedahkan. Maka
ratu-ratu kecantikan itu jangan sampai menurun. Dan ini pun
menghendaki perbelanjaan banyak dan mewah. Macam-macam nama
yang diberi bagi ratu-ratu itu; Ratu Personality, Ratu luwes,
Ratu daerah, Ratu Propinsi, Ratu Nasional, dan Ratu
internasional.”[2]
Tepat sekali ucapan Buya Hamka. Miss World hanyalah satu dari
sekian banyak ajang eksploitasi perempuan. Kontes semacam ini
hanya berganti-ganti kulitnya. Beribu nama bisa tercetus, namun
esensinya tetap sama. Bahkan pencitraan perempuan dengan
mitos-mitos tertentu tentang kecantikan, sudah membanjiri
pikiran terdalam kita. Melalui, iklan, sinetron, dan lainnya.
Lebih mengenaskannya lagi, mulai dari penyelenggara, peserta
hingga penikmatnya adalah orang Islam itu sendiri.
Salah satu akar dari kerusakan ini adalah lenyapnya pengetahuan
di masyarakat akan kedudukan perempuan dalam Islam. Orang Islam
tak lagi memahami kedudukan perempuan dalam agama mereka,
sehingga mereka mengamini tatkala ajang seperti Miss World
disebut promosi kebudayaan, ekspresi wanita atau lebih
mengenaskan lagi penghargaan pada perempuan.
Sebagian orang Islam saat ini sampai meraba-raba dalam
kegelapan pengetahuan, bagaimana cara menghargai perempuan.
Sehingga jebakan Kontes ratu-ratuan hingga mitos kecantikan
dijadikan pegangan. Sementara kedudukan perempuan yang telah
digariskan Islam digugat dan diseret ke muka umum. Diskriminasi
dijadikan senapan untuk membidik ajaran Islam. Orang Islam
yang hendak mencari penghargaan diluar Islam, sejatinya tak
paham bahwa mereka makin terperosok jauh ke dalam lembah
kerancuan.
Hendaklah kita resapi nasehat dari Buya Hamka tatkala berbicara
penghargaan perempuan dalam Islam. Menurutnya,
“Mereka (perempuan) dipandang sebagai bagian yang sama
pentingnya dengan laki-laki dalam memikul tanggung jawab
beragama, mengokohkan aqidah dan ibadat, sehingga timbullah
harga diri yang setinggi-tingginya pada mereka, timbul ilham
perjuangan.”[3]
Ketidakpahaman juga seringkali dialamatkan kepada pembagian
tugas laki-laki (suami) dan perempuan (istri). Ajaran Islam
mengenai pembagian tugas kepada istri sebagai pemelihara rumah
tangga dianggap rantai yang membelenggu. Dihakimi ramai-ramai
dalam tuduhan diskriminasi. Insyaflah kita ketika dalam hal ini
ketika mengingat keterangan Buya Hamka,
“Hanya perempuan yang kurang sehat jiwanyalah yang akan ingkar
pada pembagian tugas seperti ini. Atau perempuan yang gagal di
dalam rumah tangga lalu dia ‘kasak-kusuk’ menontonkan diri
keluar minta persamaan hak dengan laki-laki, namun dia tak
kenal lagi di mana batas hak itu.”[4]
Perihal pembagian peranan dalam rumah tangga, Buya Hamka
mengingatkan, “Pengorbanan! Itulah yang selalu diminta dari
kedua belah pihak. Yang laki-laki sampai putih rambut di
kepala, mencarikan keperluan rumah tangga. Yang perempuan
habis; tenaga, memelihara rumah tangga, menyelenggarakan suami,
mendidik anak-anak. Keduanya sama-sama berkurban!”[5]
Seandainya saja kita semua sebagai umat Islam memahami
kedudukan perempuan dalam Islam, niscaya kita tidak akan
tertipu dalam kemasan kosong kontes ratu-ratuan atau pencitraan
rapuh tentang perempuan. Namun tantangan tak berhenti di situ.
Kontes ratu-ratuan ala Miss World juga menggunakan promosi
kebudayaan sebagai topeng. Kita yang menentang Miss World
mungkin akan dianggap tak berbudaya atau anti budaya. Batin
ini tentu bertanya-tanya, kebudayaan macam apa yang hendak
diusung Miss World?
Umat Islam di Indonesia sudah seringkali disudutkan dan
dibenturkan dengan persoalan budaya. Umat semakin terjerembab
ketika tak mampu untuk menafsirkan, kebudayaan apa yang sesuai
dengan Islam di Indonesia ini? Padahal hanya dengan memahami
hakekat budaya itu sendiri umat Islam akan mampu menepis
beragam gelombang tantangan budaya ini.
Salah satu usaha menafsirkan kebudayaan ini juga datang puluhan
tahun yang silam oleh Buya Hamka. Menurut Buya Hamka penting
bagi generasi muda Islam untuk memperdalam pengetahuan ajaran
Islam dan mempelajari sejarah umatnya di Indonesia dan
diluarnya,
“...sehingga dia insyaf bahwa kebudayaan Islam itu universil
sifatnya. Dan kebudayaan yang universil itulah tujuan terakhir
dunia di zaman ini. Dan Nasionalisme sempit, tidaklah panjang
usianya.”[6]
Budayawan Islam diingatkan Buya Hamka untuk kembali mengambil
bagian dalam perkembangan kebudayaan, serta melakukan
risalah-nya (tugasnya) yang suci itu untuk mengisi kebudayaan
dunia. Karena terlihat di Indonesia -mengutip istilah Buya
Hamka- ‘gejala pancaroba kebudayaan.’ Seperti budaya
materialistis, kebudayaan menuhankan manusia. Kebudayaan yang
tak lagi melihat manfaat dan mudharat, yang tak kenal lagi
halal dan haram. Umat Islam hendaknya jeli untuk menafsirkan
dan mewarnai kebudayaan, karena ada berbagai upaya untuk
memasukkan agama menjadi bagian dari budaya. Padahal budaya
adalah hasi kegiatan manusia. Sedangkan agama adalah wahyu.
Budaya atau kebudayaan dapat dipahami sebagai usaha dan hasil
usaha-usaha manusia menyelesaikan kehendaknya buat hidup dengan
alam yang ada di kelilingnya. [7] Menurut Buya Hamka semua
manusia yang berakal-budi adalah berbudaya, sebab budaya adalah
hasil akal budi yang dipengaruhi ruang dan waktu, serta
masyarakat yang mengelilinginya. Maka bagi Islam, kebudayaan
haruslah diterangi oleh iman.
“Maka adalah iman sebagai pemberi cahaya bagi akal budi dan
daya-upaya dalam hidup, hendaklah menjadi amalnya yang saleh!”,
terang Buya Hamka.[8]
Ketika dalam masyarakat telah dipahami bahwa kebudayaan terdiri
dari tiga hal, pengetahuan, filsafat dan seni, maka hal-hal itu
perlu diterangi cahaya Iman. Buya Hamka kembali mengingatkan,
“Islam mengajarkan bahwasanya di dalam mencari ilmu
pengetahuan,atau filsafat atau seni, satu hal perlu diingat.
Yaitu betapa nilainya bagi jiwa. “ Kemudian beliau melanjutkan,
“...Disamping mencari yang benar dan mengelakkan yang salah,
atau mencari yang baik dan menjauhi yang jahat, haruslah
diperhatikan yang manfaat dan yang mudharat itu.”[9]
Dan sejarah telah mencatat, baik di dunia dan di Indonesia,
cahaya Islam telah menerangi berbagai aspek kebudayaan.
Islam-lah yang memberi kita budaya yang lebih beradab. Islamlah
yang memberikan pakaian keindahan. Memakaikan pakaian dan
menutupkan aurat bagi orang-orang yang sebelumnya telanjang.
Islam pula yang mewarnai bahasa lisan dan tulisan di nusantara
dengan huruf arab-jawi atau huruf Pegon. Sebelum semuanya
dilindas secara tragis oleh huruf latin yang dibawa oleh
penjajah. Terlebih dalam bahasa, Bahasa Indonesia demikian
jernih terlihat diwarnai oleh bahasa melayu yang diterangi
kosa-kata berjiwa islam, seperti adil, wilayah, hikmah, dan
lainnya. Karya sastra klasik juga diwarnai jiwa Islam, baik
oleh Raja Ali Haji atau Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Betapa
banyak hikayat dan syair berjiwa jihad yang membakar semangat
perang melawan penjajah. Sebut Hikayat Perang Sabi dari tanah
Aceh sebagai salah satu contohnya.[10]
Bahkan menurut Buya Hamka, “Hindu telah meninggalkan pusaka
berupa candi-candi yang sekarang dijadikan barang antik
bernilai sejarah, untuk opbyek turis, untuk mencari riwayat
lama pada batu-batu. Tetapi Islam telah meninggalkan Mesjid
yang hidup setiap hari dan ramai setiap Jumat.”[11]
Tak heran jika kita sebagai muslim patut berbangga dengan Islam
yang telah mewarnai kebudayaan Indonesia. Dan tak patut kita
merasa rendah diri dengan Islam jika berbicara kebudayaan,
sedang Buya Hamka berani dengan lantang berkata,
“Dengan tegas dan berani mempertanggung-jawabkan, dapatlah saya
katakan bahwa modal yang diberikan Islam yang paling terbanyak,
yang diberikan untuk membangun kebudayaan Indonesia.[12]
Kebudayaan ibarat air sungai yang mengalir, ia memberi dan
menerima. Sudah menjadi tanggung jawab kita mengaliri air itu
dengan kejernihan Tauhid Islam. Dan salah satu cara memandang
kebudayaan adalah dengan meresapi nasehat dari Buya Hamka
perihal kebudayaan ini,
“Hendaklah angkatan Muda Islam memperdalam pengetahuan dan
pengertian ajaran Islam, dituruti dengan amal, sehingga menjadi
pandangan hidup yang sebenarnya, dan dapat membanding ‘mana
yang punya kita dan mana yang kepunyaan orang lain’.”[13]
Racun pembunuh bangsa bernama Miss World ini hanyalah satu dari
sekian banyak kerusakan yang hendak disuntikkan perlahan kepada
generasi kita dan penerus kita. Ketika penyelenggara Miss World
sesumbar berkata mendompleng kuda troya Kebudayaan, maka kita
dapat bertanya lantang, kebudayaan mana yang hendak mereka
maksud? Medan perjuangan begitu lapang terbentang, termasuk
dalam bidang budaya. Dan seperti hendak Buya Hamka pesankan,
“Modal menghadapi perjuangan kebudayaan masih amat terbatas dan
kerdil, sebab itu maka, ‘dengan kail panjang sejengkal,
tidaklah ada daya upaya menduga lautan’.”[14]
J. Dow, Bonnie. Feminism, Miss America, and Media
Mythology. Rethoric & Public Affairs. Vol 6, No.1. 2003.
HAMKA. Racun Pemusnah Bangsa dalam Dari Hati ke Hati.
Pustaka Panjimas. 2005. Jakarta.
HAMKA, Perempuan Juga Dimuliakan dalam Kedudukan Perempuan
dalam Islam. Pustaka Panjimas. 1986. Jakarta.
HAMKA, Pembagian Tugas dalam Kedudukan Perempuan dalam
Islam. Pustaka Panjimas. 1986. Jakarta.
Ibid.
HAMKA. Kebudayaan Dipandang Dari Segi Ajaran Islam dalam
Pandangan Hidup Muslim. Bulan Bintang. 1992. Jakarta.
Ibid.
Ibid.
Ibid.
Alfian, Ibrahim. Sastra Perang, Sebuah Pembicaraan Mengenai
Hikayat Perang Sabil. Balai Pustaka. 1992. Jakarta.
HAMKA. Kebudayaan Dipandang Dari Segi Ajaran Islam dalam
Pandangan Hidup Muslim. Bulan Bintang. 1992. Jakarta.
Ibid
Ibid
Ibid
sumber: voa-islam.com
“Yang Pindah agama itu telah banyak, tetapi lebih banyak lagi
yang lepas lolos dari ikatan Islam, tersapu habis pandangan dan
cinta Islam dari dalam hatinya.”-Buya Hamka.
Penyelenggaraan Miss World tahun 2013, yang sebentar lagi akan
berlangsung nampaknya akan terus melaju. Meskipun
penyelenggaraan itu menuai kecaman dari umat Islam di
Indonesia. Pendapat kontra sudah kita sering dengar gaungnya,
mulai dari umbar aurat, pelecehan terhadap martabat perempuan
hingga bau kapitalisasi perempuan. Bahkan sejarah mencatat di
Amerika Serikat sana pun, penyelenggaraan Miss America telah
dikecam puluhan tahun silam oleh pegiat feminis.[1]
Miss World yang akan singgah dalam tanah air kita ini
sebetulnya bukan barang baru. Kecaman ulama terhadap
kontes-kontes semacam ini juga bukan sesuatu aneh dikolong
langit nusantara. Ulama besar Buya Hamka pernah mengecam kontes
semacam ini. Ia bertutur,
“Orang-orang perempuan maju kemuka berlomba merebut kehidupan,
sehingga alat-alat penghias diri, alat-alat kecantikan lebih
melebihi mahalnya. Kemudian muncullah lomba
kecantikan,memperagakan diri, lomba ratu-ratuan. Perempuan muda
yang cantik tampil ke muka mendedahkan (memamerkan) dada,
pinggul, dan pahanya,di tonton bersama dan diputuskan oleh juri
siapa yang lebih cantik tampil ke muka mendedahkan. Maka
ratu-ratu kecantikan itu jangan sampai menurun. Dan ini pun
menghendaki perbelanjaan banyak dan mewah. Macam-macam nama
yang diberi bagi ratu-ratu itu; Ratu Personality, Ratu luwes,
Ratu daerah, Ratu Propinsi, Ratu Nasional, dan Ratu
internasional.”[2]
Tepat sekali ucapan Buya Hamka. Miss World hanyalah satu dari
sekian banyak ajang eksploitasi perempuan. Kontes semacam ini
hanya berganti-ganti kulitnya. Beribu nama bisa tercetus, namun
esensinya tetap sama. Bahkan pencitraan perempuan dengan
mitos-mitos tertentu tentang kecantikan, sudah membanjiri
pikiran terdalam kita. Melalui, iklan, sinetron, dan lainnya.
Lebih mengenaskannya lagi, mulai dari penyelenggara, peserta
hingga penikmatnya adalah orang Islam itu sendiri.
Salah satu akar dari kerusakan ini adalah lenyapnya pengetahuan
di masyarakat akan kedudukan perempuan dalam Islam. Orang Islam
tak lagi memahami kedudukan perempuan dalam agama mereka,
sehingga mereka mengamini tatkala ajang seperti Miss World
disebut promosi kebudayaan, ekspresi wanita atau lebih
mengenaskan lagi penghargaan pada perempuan.
Sebagian orang Islam saat ini sampai meraba-raba dalam
kegelapan pengetahuan, bagaimana cara menghargai perempuan.
Sehingga jebakan Kontes ratu-ratuan hingga mitos kecantikan
dijadikan pegangan. Sementara kedudukan perempuan yang telah
digariskan Islam digugat dan diseret ke muka umum. Diskriminasi
dijadikan senapan untuk membidik ajaran Islam. Orang Islam
yang hendak mencari penghargaan diluar Islam, sejatinya tak
paham bahwa mereka makin terperosok jauh ke dalam lembah
kerancuan.
Hendaklah kita resapi nasehat dari Buya Hamka tatkala berbicara
penghargaan perempuan dalam Islam. Menurutnya,
“Mereka (perempuan) dipandang sebagai bagian yang sama
pentingnya dengan laki-laki dalam memikul tanggung jawab
beragama, mengokohkan aqidah dan ibadat, sehingga timbullah
harga diri yang setinggi-tingginya pada mereka, timbul ilham
perjuangan.”[3]
Ketidakpahaman juga seringkali dialamatkan kepada pembagian
tugas laki-laki (suami) dan perempuan (istri). Ajaran Islam
mengenai pembagian tugas kepada istri sebagai pemelihara rumah
tangga dianggap rantai yang membelenggu. Dihakimi ramai-ramai
dalam tuduhan diskriminasi. Insyaflah kita ketika dalam hal ini
ketika mengingat keterangan Buya Hamka,
“Hanya perempuan yang kurang sehat jiwanyalah yang akan ingkar
pada pembagian tugas seperti ini. Atau perempuan yang gagal di
dalam rumah tangga lalu dia ‘kasak-kusuk’ menontonkan diri
keluar minta persamaan hak dengan laki-laki, namun dia tak
kenal lagi di mana batas hak itu.”[4]
Perihal pembagian peranan dalam rumah tangga, Buya Hamka
mengingatkan, “Pengorbanan! Itulah yang selalu diminta dari
kedua belah pihak. Yang laki-laki sampai putih rambut di
kepala, mencarikan keperluan rumah tangga. Yang perempuan
habis; tenaga, memelihara rumah tangga, menyelenggarakan suami,
mendidik anak-anak. Keduanya sama-sama berkurban!”[5]
Seandainya saja kita semua sebagai umat Islam memahami
kedudukan perempuan dalam Islam, niscaya kita tidak akan
tertipu dalam kemasan kosong kontes ratu-ratuan atau pencitraan
rapuh tentang perempuan. Namun tantangan tak berhenti di situ.
Kontes ratu-ratuan ala Miss World juga menggunakan promosi
kebudayaan sebagai topeng. Kita yang menentang Miss World
mungkin akan dianggap tak berbudaya atau anti budaya. Batin
ini tentu bertanya-tanya, kebudayaan macam apa yang hendak
diusung Miss World?
Umat Islam di Indonesia sudah seringkali disudutkan dan
dibenturkan dengan persoalan budaya. Umat semakin terjerembab
ketika tak mampu untuk menafsirkan, kebudayaan apa yang sesuai
dengan Islam di Indonesia ini? Padahal hanya dengan memahami
hakekat budaya itu sendiri umat Islam akan mampu menepis
beragam gelombang tantangan budaya ini.
Salah satu usaha menafsirkan kebudayaan ini juga datang puluhan
tahun yang silam oleh Buya Hamka. Menurut Buya Hamka penting
bagi generasi muda Islam untuk memperdalam pengetahuan ajaran
Islam dan mempelajari sejarah umatnya di Indonesia dan
diluarnya,
“...sehingga dia insyaf bahwa kebudayaan Islam itu universil
sifatnya. Dan kebudayaan yang universil itulah tujuan terakhir
dunia di zaman ini. Dan Nasionalisme sempit, tidaklah panjang
usianya.”[6]
Budayawan Islam diingatkan Buya Hamka untuk kembali mengambil
bagian dalam perkembangan kebudayaan, serta melakukan
risalah-nya (tugasnya) yang suci itu untuk mengisi kebudayaan
dunia. Karena terlihat di Indonesia -mengutip istilah Buya
Hamka- ‘gejala pancaroba kebudayaan.’ Seperti budaya
materialistis, kebudayaan menuhankan manusia. Kebudayaan yang
tak lagi melihat manfaat dan mudharat, yang tak kenal lagi
halal dan haram. Umat Islam hendaknya jeli untuk menafsirkan
dan mewarnai kebudayaan, karena ada berbagai upaya untuk
memasukkan agama menjadi bagian dari budaya. Padahal budaya
adalah hasi kegiatan manusia. Sedangkan agama adalah wahyu.
Budaya atau kebudayaan dapat dipahami sebagai usaha dan hasil
usaha-usaha manusia menyelesaikan kehendaknya buat hidup dengan
alam yang ada di kelilingnya. [7] Menurut Buya Hamka semua
manusia yang berakal-budi adalah berbudaya, sebab budaya adalah
hasil akal budi yang dipengaruhi ruang dan waktu, serta
masyarakat yang mengelilinginya. Maka bagi Islam, kebudayaan
haruslah diterangi oleh iman.
“Maka adalah iman sebagai pemberi cahaya bagi akal budi dan
daya-upaya dalam hidup, hendaklah menjadi amalnya yang saleh!”,
terang Buya Hamka.[8]
Ketika dalam masyarakat telah dipahami bahwa kebudayaan terdiri
dari tiga hal, pengetahuan, filsafat dan seni, maka hal-hal itu
perlu diterangi cahaya Iman. Buya Hamka kembali mengingatkan,
“Islam mengajarkan bahwasanya di dalam mencari ilmu
pengetahuan,atau filsafat atau seni, satu hal perlu diingat.
Yaitu betapa nilainya bagi jiwa. “ Kemudian beliau melanjutkan,
“...Disamping mencari yang benar dan mengelakkan yang salah,
atau mencari yang baik dan menjauhi yang jahat, haruslah
diperhatikan yang manfaat dan yang mudharat itu.”[9]
Dan sejarah telah mencatat, baik di dunia dan di Indonesia,
cahaya Islam telah menerangi berbagai aspek kebudayaan.
Islam-lah yang memberi kita budaya yang lebih beradab. Islamlah
yang memberikan pakaian keindahan. Memakaikan pakaian dan
menutupkan aurat bagi orang-orang yang sebelumnya telanjang.
Islam pula yang mewarnai bahasa lisan dan tulisan di nusantara
dengan huruf arab-jawi atau huruf Pegon. Sebelum semuanya
dilindas secara tragis oleh huruf latin yang dibawa oleh
penjajah. Terlebih dalam bahasa, Bahasa Indonesia demikian
jernih terlihat diwarnai oleh bahasa melayu yang diterangi
kosa-kata berjiwa islam, seperti adil, wilayah, hikmah, dan
lainnya. Karya sastra klasik juga diwarnai jiwa Islam, baik
oleh Raja Ali Haji atau Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Betapa
banyak hikayat dan syair berjiwa jihad yang membakar semangat
perang melawan penjajah. Sebut Hikayat Perang Sabi dari tanah
Aceh sebagai salah satu contohnya.[10]
Bahkan menurut Buya Hamka, “Hindu telah meninggalkan pusaka
berupa candi-candi yang sekarang dijadikan barang antik
bernilai sejarah, untuk opbyek turis, untuk mencari riwayat
lama pada batu-batu. Tetapi Islam telah meninggalkan Mesjid
yang hidup setiap hari dan ramai setiap Jumat.”[11]
Tak heran jika kita sebagai muslim patut berbangga dengan Islam
yang telah mewarnai kebudayaan Indonesia. Dan tak patut kita
merasa rendah diri dengan Islam jika berbicara kebudayaan,
sedang Buya Hamka berani dengan lantang berkata,
“Dengan tegas dan berani mempertanggung-jawabkan, dapatlah saya
katakan bahwa modal yang diberikan Islam yang paling terbanyak,
yang diberikan untuk membangun kebudayaan Indonesia.[12]
Kebudayaan ibarat air sungai yang mengalir, ia memberi dan
menerima. Sudah menjadi tanggung jawab kita mengaliri air itu
dengan kejernihan Tauhid Islam. Dan salah satu cara memandang
kebudayaan adalah dengan meresapi nasehat dari Buya Hamka
perihal kebudayaan ini,
“Hendaklah angkatan Muda Islam memperdalam pengetahuan dan
pengertian ajaran Islam, dituruti dengan amal, sehingga menjadi
pandangan hidup yang sebenarnya, dan dapat membanding ‘mana
yang punya kita dan mana yang kepunyaan orang lain’.”[13]
Racun pembunuh bangsa bernama Miss World ini hanyalah satu dari
sekian banyak kerusakan yang hendak disuntikkan perlahan kepada
generasi kita dan penerus kita. Ketika penyelenggara Miss World
sesumbar berkata mendompleng kuda troya Kebudayaan, maka kita
dapat bertanya lantang, kebudayaan mana yang hendak mereka
maksud? Medan perjuangan begitu lapang terbentang, termasuk
dalam bidang budaya. Dan seperti hendak Buya Hamka pesankan,
“Modal menghadapi perjuangan kebudayaan masih amat terbatas dan
kerdil, sebab itu maka, ‘dengan kail panjang sejengkal,
tidaklah ada daya upaya menduga lautan’.”[14]
J. Dow, Bonnie. Feminism, Miss America, and Media
Mythology. Rethoric & Public Affairs. Vol 6, No.1. 2003.
HAMKA. Racun Pemusnah Bangsa dalam Dari Hati ke Hati.
Pustaka Panjimas. 2005. Jakarta.
HAMKA, Perempuan Juga Dimuliakan dalam Kedudukan Perempuan
dalam Islam. Pustaka Panjimas. 1986. Jakarta.
HAMKA, Pembagian Tugas dalam Kedudukan Perempuan dalam
Islam. Pustaka Panjimas. 1986. Jakarta.
Ibid.
HAMKA. Kebudayaan Dipandang Dari Segi Ajaran Islam dalam
Pandangan Hidup Muslim. Bulan Bintang. 1992. Jakarta.
Ibid.
Ibid.
Ibid.
Alfian, Ibrahim. Sastra Perang, Sebuah Pembicaraan Mengenai
Hikayat Perang Sabil. Balai Pustaka. 1992. Jakarta.
HAMKA. Kebudayaan Dipandang Dari Segi Ajaran Islam dalam
Pandangan Hidup Muslim. Bulan Bintang. 1992. Jakarta.
Ibid
Ibid
Ibid
sumber: voa-islam.com
Subscribe to:
Posts (Atom)