mengatur seluruh permasalahan umat, baik yang muslim maupun
nonmuslim. Sejak masa Rasulullaah Shallallahu `alaihi Wa Sallam
hingga sekarang, jejak peradaban Islam masih dapat disaksikan. Di
masa kejayaan Islam, kesejahteraan tidak dilihat dari besarnya
materi yang dimiliki. Namun sebaliknya dengan saat ini,jarak yang
sangat jauh dari sejarah Islam dulu. Mungkinkah kita dapat
mengembalikan masa itu? Ingatlah,Islam dulu dan sekarang tidak
ada yang berubah. Islam yang dibawa oleh Rasulullaah Shallallahu
`alaihi Wa Sallam dahulu tidak ada bedanya dengan masa sekarang.
Lihatlah, kiblatnya masih sama, kitabnya masih sama, Rasulnya pun
tidak berubah. Lalu dari subjeknya, manusia dulu dan sekarang pun
sama. Mereka tetap memerlukan kebutuhan sehari-hari, seperti
sandang, pangan, dan papan. Perbedaannya dengan saat ini hanya
dari sarana dan prasarana, termasuk sarana pemenuhan naluri dan
keperluan jasmani, beserta aturan kehidupan yang diterapkan.
Kondisi sekarang adalah masa tegaknya sistem
demokrasi-kapitalisme sebagai peraturan kehidupan manusia yang
menilai kesejahteraan dari materi. Demokrasi kini telah, tengah
dan makin kuat menancapkan kukunya di dunia. Maka itulah yang
menghilangkan kesejahteraan manusia di bumi. Dalam demokrasi,
materi/fisik adalah simbol kebahagiaan, padahal materi itu adalah
kebahagiaan semu. Buktinya, Indonesia dengan sistem demokrasinya,
malah banyak terjadi kesengsaraan dan kesenjangan sosial di
dalamnya. Oleh karenanya, jika memandang sejahtera adalah
banyaknya materi (harta secara fisik), maka semua orang pun
berlomba-lomba mencapai materi. Ya, sistem ekonomi
demokrasi-kapitalisme telah mengkondisikan orang untuk bergerak
dan hidup yang pasti memerlukan uang. Hal ini karena
demokrasi-kapitalisme telah menjadikan harga sebagai sarana
distribusi. Artinya, uang dijadikan alat distribusi. Akibatnya,
akses pada segala sesuatu harus menggunakan uang. Na'udzubillaahi
min dzaaalik.contohnya pilkadal(pemilihan kepada daerah langsung)
bukan rahasia umum bahwa untuk menjadi kepala daerah itu harus
mempunyai dana yang besar hingga miliaran rupiah begitu juga
untuk menjadi anggota legislatif.
Demokrasi-kapitalisme juga menghasilkan paham kebebasan yang
berupa kebebasan kepemilikan, akibatnya landasan teori ekonomi
kapitalistik adalah memiliki modal sekecil-kecilnya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. Ditambah lagi dengan adanya
kebebasaan individu. Kebebasan untuk apapun tanpa batas. Yang
parah yaitu bebas dalam memilih agama. Seseorang bebas memilih
agama, berpindah agama, membuat agama baru, bahkan tidak beragama
pun diperbolehkan. Lalu, dalam hal kebebasan berpendapat,
sebebas-bebasnya. Dalam Islam, menyampaikan pendapat tentu
boleh-boleh saja, namun tetap dalam koridor hukum syara’. Justru
dengan adanya demokratisasi, telah menjadikan orang-orang begitu
mudahnya melanggar aturan Allah, menghujat Nabi Shallallahu
`alaihi Wa Sallam, dll. Pun dengan kebebasan berperilaku dan
berekspresi, sehingga tidak ada larangan jika berpakaian yang
membuka aurat.
Mangunwijaya memberi komentar cukup pedes buat kapitalisme dalam
eseinya “Mencari Landasan Sendiri”: “…ternyatalah, bahwa sistem
liberal kapitalis, biar sudah direvisi, diadaptasi baru dan
diperlunak sekalipun, dibolak-balik diargumentasi dengan fasih
ilmiah seribu kepala botak, ternyata hanya dapat berfungsi dengan
tumbal-tumbal sekian milyar rakyat lemah miskin di seluruh dunia,
termasuk dan teristimewa Indonesia..”
berbeda dengan islam.islam itu memuliakan masyarakatnya
saudaraku sekalian, kita wajib menyadari kalo aturan hidup selain
Islam tidak akan pernah membuat masyarakatnya tentram,bahagia,dan
mulia.
masih kita mengingkan kapitalisme, sekulerisme, sosialisme, atau
komunisme,sebagai dasar dinegara semuanya cuma membuat rakyat
tambah melarat. Firman Allah Shubhanallah wa taala.:”Dan
barangsiapa berpaling dari peringatanKu, Maka Sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thahaa [20]: 124)
solusi logis dan sesuai syariat adalah dengan menerapkan Islam
sebagai ideologi negara. Karena apa? Karena masalah akhlak,
masalah ekonomi, masalah kekacauan sosial, pendidikan, budaya,
kesejahteraan rakyat, hukum, pemerintahan dan sebagainya insya
Allah akan beres kalo diterapkan Islam sebagai ideologi negara.
Menurut Muhammad Ismail dalam bukunya, Al-Fikr al-Islâmi (hlm.
9–11), yang disebut dengan mabda’ (ideologi) adalah
akidah/keyakinan yang digali dari proses berpikir, yang kemudian
melahirkan sistem atau aturan-aturan (‘aqîdah ‘aqliyyah
yanbatsiqu ‘anhâ nizhâm). Menurut definisi ini, sebuah
akidah/keyakinan disebut sebagai mabda’ (ideologi) jika memiliki
dua syarat: (1) bersifat ‘aqliyyah; (2) memiliki sistem/aturan.
Tanpa Islam, kehidupan kita akan sengsara seperti sekarang,
ketika kita berada dalam naungan kapitalisme. Firman Allah
Shubhanallah wa taala:”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum)
Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS al-Maaidah [5]: 50)
kalo ingin menuju kehidupan yang mulia,cuma Islam solusinya.
Bukan dengan ideologi lain.
Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam. bersabda (yang
artinya): “Perkara ini (Islam) akan merebak di segenap penjuru
yang ditembus malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu
rumah pun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan
memasukinya sehingga dapat memuliakan agama yang mulia dan
menghinakan agama yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan
yang dihinakan adalah kekufuran” (HR Ibnu Hibban)
dalam soal futuhat alias penaklukan negeri-negeri yang dilakukan
kekhilafahan Islam berbeda dengan penjajahan gaya Kapitalisme.
Islam di bawah kekuasaan Khilafah Islam disebar ke
wilayah-wilayah di luar Arab sebenarnya dalam rangka membebaskan
dan memuliakan manusia agar mereka dapat kehidupan layak.
Beda dengan penjajah, mereka datang untuk menguasai apa yang
berharga di wilayah jajahan mereka.kita ini sudah hampir 70 tahun
merdeka tapi kesejahteraan yang di impikan jauuuuuuh.presiden pun
sudah berkali-kali berganti ratusan menteri pun sudah berganti
memimpin departemen tapi toh tak bisa. hampir 70 tahun juga
demokerasi di elu-elukan sebagai sistem terbaik tapi nyatanya
yunani dan eropa negara pencetus pertama demokrasi pun sekaraang
sedang sekarat masalah ekonominya.kalau tukul bilang mah
MENGHARUKAN....
bersambung...
diambil dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment